Minggu, 30 Oktober 2016

Wahyu Umum dan Khusus (1)

Mazmur 19

Salah satu tujuan hidup manusia yaitu mengenal Tuhan Allah. Mazmur 19 mengajarkan pedoman dalam mengenal Allah sejati yaitu wahyu umum (ayat 1-6) dan khusus (ayat 8-15). Kesalahan manusia berdosa dalam mengenal Tuhan adalah hanya menekankan salah satu dari wahyu ini. Padahal dalam mazmur ini diajarkan alam (wahyu umum) dan firman (wahyu khusus) keduanya diperlukan dalam memahami Tuhan Allah secara penuh. Kenapa? Karena kedua wahyu ini menyingkapkan siapa Tuhan Allah. 

Perkataan Alberth Einstein yang begitu dikenal: “ilmu pengetahuan tanpa agama itu pincang, agama tanpa ilmu pengetahuan itu buta.” Walaupun perkataan Einstein ini tidak berasal dari mazmur 19 tapi renungannya secara pribadi atas apa yang dia pahami, namun penekanan yang satu akan wahyu Allah dan melupakan yang lain akan berakibat kurang lebih sama seperti dikatakan oleh Einstein. Kalau saya ubah begitu: “ilmu pengetahuan (wahyu umum) tanpa agama (wahyu khusus) itu pincang, agama (wahyu khusus) tanpa ilmu pengetahuan(wahyu umum) itu buta.” 

Wahyu Umum

“agama (wahyu khusus) tanpa ilmu pengetahuan(wahyu umum) itu buta” 
Dalam pemahaman umum, ada banyak orang beragama hanya bertekun dalam memahami wahyu khusus menurut kepercayaan mereka masing-masing. Namun tidak banyak usaha untuk memahami wahyu umum melalui alam (termasuk manusia). Ini merupakan suatu pemahaman dualistic dalam memahami wahyu umum dan khusus. Akhirnya, para ilmuwan yang mengambil alih dalam mempelajari alam. 

Kita yang hanya bertekun dalam memahami wahyu khusus namun tidak  bertekun dalam memahami wahyu umum akan menghasilkan teologi yang kering dan sempit yang dalam istilah Einstein disebut buta. Kita akan “percaya saja” dan tak peduli dengan alam ciptaan Tuhan Allah. Apakah Tuhan Allah menciptakan alam hanya untuk dieksploitasi oleh manusia? Atau hanya untuk manusia dapat bertahan hidup melalui alam? Mazmur 19 mengajarkan bahwa alam juga merupakan pancaran kemuliaan Allah yang melaluinya kita dapat mengenal siapa Allah.

Melalui wahyu umum, kita tidak bisa menyangkal bahwa ada Pencipta. Ketika melihat keteraturan, keindahan keagungan alam, hal yang paling masuk akal adalah mengakui bahwa ada “Sosok” yang mencipta. Alam yang demikian pastilah bukan keluar dari ketiadaan tanpa campur tangan Pencipta. Alam tidak yang teratur, indah dan agung ini tidak mungkin terjadi karena kebetulan. Bagaimana “kebetulan” dapat menjadikan sesuatu yang demikian? Bagaimana suatu ledakan dapat menjadikan alam ciptaan yang teratur dan indah? Bagaimana sesuatu yang “impersonal” bisa menghasilkan suatu yang personal (manusia)? 

Selain keteraturan dan keindahan alam, ada pertanyaan ontologis dasar: “Kenapa segala sesuatu “ada” bukannya “tidak ada”? Hal ini mengandaikan adanya suatu rencana agung terhadap yang ada. Sesuatu dijadikan “ada” karena yang menjadikan memiliki suatu rencana dan tujuan agung. Ia tidak sama dengan manusia yang kadang membuat sesuatu hanya untuk mempermainkan dan memperlakukan sesuatu tersebut sesukanya. Ia tidak sama dengan manusia yang ketika tidak menyukai yang dibuatnya kemudian menghancurkan dan membuangnya. Alam termasuk manusia di dalamnya dicipta dengan suatu rencana dan tujuan agung Pencipta. 

Dalam Mazmur 19:1-6, merupakan pujian kepada Allah yang mencipta alam semesta serta isinya. Ia mencipta alam semesta dengan keteraturan dan keindahan. Kedua hal tersebut memungkinkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan berkembang. Ia mencipta dengan rencana dan tujuan agung yang di dalamnya alam semesta dan isinya memperoleh makna keberadaannya.

Allah disebut dengan El yang merupakan nama panggilan Tuhan secara umum. Ini berarti wahyu umum bisa saja memperkenalkan Allah secara umum kepada semua orang bahkan bukan kristen sekalipun. Melalui wahyu umum, manusia menyadari bahwa ada Pencipta. Manusia juga mengenal bahwa Pencipta tersebut adalah pribadi. Pencipta mencipta alam semesta dan isinya dalam keteraturan dan keindahan. Prinsip-prinsip keteraturan dan keindahan ini dapat menjadi acuan bagi kehidupan manusia dalam berbagai aspek.  

Melalui wahyu umum juga manusia melihat beberapa hal yang memang pahit: kesedihan, penderitaan, kejahatan dan kematian. Kenyataan “pahit” ini tidak bisa disangkali. Pertama kali menyaksikan ini adalah adam dan hawa. Mereka melihat Habel mati. Habel korbah pembunuhan kakak kandungnya, Kain. Mereka mengalami kesedihan, penderitaan, kejahatan dan kematian untuk pertama kalinya. Tidak ada seorang pun yang dapat lari dari semua ini. Saat yang sama, semua orang ingin mencari “keselamatan” atas semua kepahitan ini. Ada yang mencoba mencari keselamatan melalui ilmu pengetahuan. Para ilmuwan membuat obat-obat untuk menyembuhkan sakit, anti-sakit bahkan untuk memperpanjang umur. Para agamawan menyampaikan ajaran yang memberikan jaminan sesudah kematian. Para filsuf juga terus memikirkan bagaimana menghadapi kenyataan pahit ini secara metafisis, epistemis dan etis (estetis). Ilmu pengetahuan terus berkembang, ajaran agama berkembang demikian pemikiran filsafat terus berkembang namun, mereka semua tidak pernah dapat menyelesaikan persoalan pahit ini dengan tuntas dan jaminan pasti.

Kamis, 25 Agustus 2016

Damai Di Hatiku

Teks dan Musik: Anne Murphy

Anne Murphy lahir di Ohio pada 11 November 1878. Suaminya adalah seorang pebisnis di Ohio. Pada tahun 1929, suaminya meninggal dunia. Sejak itu pula kesehatan Anne Murphy mulai menurun. Akhirnya dia pindah ke California dan tinggal bersama dengan saudara perempuannya. Kemudian dia meninggal pada 30 Maret 1942 di California dan dikuburkan di Ohio.

Lagu ini merupakan kesaksian dari Anne Murphy ketika dia melewati masa-masa sulit dalam hidupnya namun tetap mengalami damai yang sejati. Dalam bait ke-1 dikatakan bahwa ada damai di hati yang tidak diberikan dunia. Yang terus ada walaupun ditengah-tengah masalah yaitu damai karena bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Ada janji bahwa Yesus tidak akan meninggalkan kita. Baik ke-2 menyatakan bahwa Yesus yang layak disembah karena Dia sudah memberikan kita damai yang sejati. Bait ke-3, adalah suatu harapan eskatologis bahwa suatu saat nanti kita akan tinggal bersama-sama dengan Tuhan dalam kekekalan dalam Kerajaan Damai yang direalisasikan secara sempurna di langit dan bumi yang baru. 

Ketika berita kelahiran Yesus Kristus disampaikan ke dunia, para malaikat mengatakan: “Kemuliaan bagi Allah di tempat mahatinggi dan damai di bumi diantara manusia yang berkenan kepadaNya” (Lukas 2:14). Dan Yesus juga mengatakan “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” (Yoh. 14:27). Yesus adalah sumber damai sejati. 

Jumat, 12 Agustus 2016

Ada Lagu Dalam Hatiku

Teks dan Musik: Luther B. Bridges, 1910.

Luther Bridges lahir di Margretville, USA pada 14 Februari 1884. Ia mulai berkotbah pada umur 17 tahun dan diangkat menjadi seorang pelayan di Gereja Methodist. Kemudian ia menikahi Sarah Vetch. Mereka mempunyai 3 anak laki-laki. Luther menjadi seorang penginjil yang dipakai Tuhan. Orang-orang menyebut dia sebagai "The soul saving work."

Pada 1910, Ia mendapat undangan untuk memimpin kebaktian kebangunan rohani yang begitu besar selama 2 minggu di Kentucky. Isteri dan anak-anaknya tidak bisa ikut dalam pelayanan tersebut. Saat itu anak-anaknya ada yang berumur 5 tahun, 3 tahun dan 7 bulan. Ia pun melayani dan banyak orang yang berkomitmen untuk mengikut Kristus pada kebaktian kebangunan rohani tersebut. Mendekati akhir dari pelayanan tersebut, ia mendapat telepon pada malam hari. Dia mendapat berita bahwa isteri dan anak-anaknya meninggal karena terbakar. Ia sangat kehilangan isteri dan anak-anaknya, sampai-sampai ia bertanya: "Mengapa bisa semua ini terjadi padahal aku sedang melakukan pekerjaan Tuhan?" Kemudian Ia hanya bisa terdiam. Ia pun mulai berdoa, membaca alkitab dan berhenti untuk bertanya mengapa semua ini bisa terjadi. Ia ingat Firman Tuhan yang mengatakan bahwa "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia" (Ratapan 3:24-25).

Luther Bridges dikuatkan dan percaya bahwa Allah adalah Allah yang bisa dia percaya dalam keadaan apa pun. Sesudah mengalami peristiwa itu ia pun menuliskan lagu ini yang menyatakan bahwa tetap ada sukacita yang sejati di dalam Yesus Kristus. Ia terus melayani Tuhan dengan setia sampai pada akhir hidupnya bertemu dengan Tuhan yang ia layani pada 27 Mei 1948.

Kamis, 28 Juli 2016

Berjalan Ke Sion

Teks     :Isaac Watts (1674-1748)
Musik  :Robert Lowry, 1867

Isaac Watts (lahir di Southampton, Inggris, 17 Juli 1674 – meninggal di London, Inggris, 25 November 1748 pada umur 74 tahun) adalah seorang pendeta dan juga komponis musik gereja yang terkenal dan mempunyai wawasan yang sangat luas. Dia adalah anak tertua dari 9 bersaudara. Ayahnya aktif dalam pelayanan gereja. Meskipun Isaac mempunyai kesehatan yang kurang baik, dia sangatlah pandai dalam banyak hal. Isaac sejak kecil mempunyai kemampuan khusus dalam sastra dan puisi. Dari umur 5 tahun sampai 13 tahun, dia sudah belajar bahasa Latin, Yunani dan Ibrani serta dia sudah mulai menulis puisi. Sebagai hamba Tuhan, ia juga mempelajari psikologi, berkotbah, memperdalam alkitab, menulis buku-buku agama kristen, pandai dalam logika dan lain-lain. Kurang lebih selama 6 tahun dia juga mempelajari teologi dan filsafat. Dia berkotbah pertama kali ketika berumur 24 tahun. Dia meninggal saat berumur 74 tahun (25 November 1748). Dia dimakamkan di Bunhill Fields Cemetery, London tempat dimana John Bunyan, Joseph Hart John Rippon dan William Shrubsole juga dimakamkan. Sebagai penghargaan, dibuat suatu monumen Isaac Watts di Westminster Abbey, Gereja yang terkenal di Inggris.

Lagu “Berjalan Ke Sion” berdasarkan pada Mazmur, khususnya Mazmur 84. Pada zamannya muncul perdebatan: Apakah kita harus menyanyikan mazmur atau himne dalam ibadah gereja? Hal ini menjadi kontroversi yang mengacaukan banyak jemaat selama abad ke-17 dan ke-18. Isaac Watts adalah seorang juara seumur hidup dalam himne yang “digubah secara kemanusiaan”, sementara sebagian besar gereja berbahasa Inggris bersikeras untuk menggunakan tata cara mazmur dengan melodi yang kaku. Kemarahan seringkali terjadi, dan beberapa gereja benar-benar terpecah karena konflik ketidakselarasan musikal ini. Isaac Watts menulis himne “Berjalan Ke Sion” yang bersumber dari Mazmur dengan lagu lebih lincah daripada lagu-lagu Kristen pada zamannya. Himne ini pertama kali muncul dalam buku Hymns and Spiritual Songs karya Watts di tahun 1707 dan diberi judul “Heavenly Joy on Earth.”


Perjalanan kehidupan Kristen seperti perjalanan naik ke Sion. Sion merupakan simbol eskatologis suatu tempat dimana kita akan tinggal bersama dengan Tuhan. Perjalanan ini adalah perjalanan yang naik bukan perjalanan turun. Di dalam perjalanan ada banyak tantangan dan masalah yang mungkin mulai menghambat kita. Entah itu datang dari dalam diri kita atau pun dari luar diri kita. Semakin kita naik, semakin berat dan semakin melelahkan. Semakin kita naik, semakin ingin kita mundur dan menyerah. Namun jaminan pasti kita berjalan tidak sendirian. Kita berjalan terutama bersama dengan pimpinan Roh Kudus dan saudara seiman yang terus menguatkan kita. Orang-orang yang belum percaya pada Kristus akan menyerah dan bahkan kalah (lihat bait ke-2). Namun orang-orang yang percaya dan mengenal siapa Kristus walaupun lelah tidak akan menyerah dan terus melangkah bahkan makin lama makin kuat. Ada banyak tantangan dalam perjalanan ke Sion. Kita harus terus waspada dalam perjalanan kekristenan kiranya kita tetap tekun dan setia sampai bertemu dengan Tuhan kita. Kita harus percaya bahwa ada sukacita yang begitu besar dan mulia di Sion bersama dengan Tuhan kita.

Rabu, 27 Juli 2016

Waspadai Favoritisme

Yakobus 2:1-7

Surat Yakobus ditujukan kepada umat Kristen di perantauan. Surat ini memberikan pedoman hidup teoritis dan praktis bagi umat Kristen sehari-hari. Umat Kristen sendiri dalam makna yang lebih luas merupakan seorang perantauan di dalam dunia. Kita yang percaya Kristus bukanlah dari dunia, namun kita ada di dalam dunia. Pertanyaan penting yang mesti kita gumulkan adalah “Bagaimana kita seharusnya hidup sebagai seorang Kristen di dalam dunia?”

Kita semua dikelilingi banyak kepercayaan dan agama yang bukan Kristen. Dalam Yakobus 1:26-27 diajarkan mengenai ciri khas agama sejati (kekristenan sejati): mengekang lidah, memperhatikan kaum marginal (miskin dll) dan tidak dicemarkan oleh dunia. Agama sejati yang dimaksudkan adalah agama yang alkitabiah bukan agama dalam arti usaha manusia. Secara sederhana dapat dipahami bahwa kekristenan yang alkitabiah mesti memiliki ciri ini: mengekang lidah, memperhatikan kaum marginal (miskin dll) dan tidak dicemarkan oleh dunia.  

Yakobus bukan hanya memberikan bagaimana kekristenan seharusnya (what ought) tapi juga memberikan peringatan penting bagi kekristenan yaitu favoritisme. Saya sendiri cukup terkejut dengan peringatan ini. Karena umumnya peringatan seperti jangan membunuh, mencuri atau harus jujur, jangan ada ilah palsu, doktrin jangan sesat, dll tapi ternyata favoritisme. Janganlah justru akar semua dari peringatan umum yang disebutkan tadi adalah favoritisme. Dalam pemahaman sederhana, favoritisme dapat dipahami juga sebagai “pemberhalaan” yang mengantar pada banyak dosa dan kejahatan lainnya.

Prosopolepsia diterjemahkan LAI “tidak memandang muka” merupakan terjemahan hyper-literal yang memang cukup jelas. Ada juga alkitab yang menterjemahkannya sebagai favoritism (NIV) atau partiality (ESV dan KJV). Prosopolepsia dapat dipahami sebagai “the fault of one who when called on to give judgment has respect of the outward circumstances of man and not to their intrinsic merits, and so prefers, as the more worthy, one who is rich, high born, or powerful, to another who does not have these qualities” (memihak seseorang berdasarkan penilaian lahiriah).

Semua terjemahan ini menyatakan peringatan tentang favoritisme dimana kita semua cenderung menilai sesuatu berdasarkan pada hal-hal lahiriah. Suatu kali ada penelitian bahwa manusia memang memandang muka: si A menggunakan pakaian yang rapi dan bagus warna abu2 kemudian pura-pura minta tolong ke orang lain di pinggir jalan untuk meminjamkan uangnya. Si A menunjukkan identitasnya: nama, alamat, nomor handphone. Ia akan mengembalikan uang  yang dipinjam setelah sampai rumahnya. Di lain waktu, si A menggunakan pakaian sama dengan warna hitam. Kesimpulannya: hasil berbeda, manusia cenderung favoritisme.

Seorang sosiologist, Katherine Congar melakukan penelitian 384 pasangan adik kakak mengenai bagaimana orangtua memperlakukan mereka masing-masing. Sikap orangtua terkadang tanpa disadari memihak pada satu anak dan mempengaruhi mental saudaranya, orang tua cenderung memberikan sikap dan perhatian yang berbeda biasanya orangtua memang memberikan perhatian lebih pada anak sulung. Sekali lagi penelitian ini menyatakan bahwa manusia sulit lepas dari favoritisme.

Ada banyak contoh di alkitab mengenai favoritisme bahkan tokoh-tokoh iman pun tidak lepas dari hal ini. Misalnya saja dalam Kejadian 25:28, Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub. Kata sayang dan kasih merupakan kata yang sama dalam ibraninya yaitu 'ahab atau 'aheb. Istilah ini menjelaskan tentang semua jenis kasih termasuk juga kasih kepada benda atau makanan dan bahkan kepada Tuhan. Berbeda dengan kasih dalam istilah Yunani yang ada beberapa macam sehingga kita bisa membedakannya: agape, philia, storge, eros. Ketika dikatakan ishak sayang kepada Esau bisa juga diartikan bahwa kasih sayang ishak itu sama dengan ketika ia kasih kepada Tuhan. Dan yang menjadi perhatian lagi adalah alasan Ishak mengasihi Esau yaitu sebab ia suka makan daging buruan. Ini merupakan hal lahiriah. Ishak memfavoritkan Esau karena hal-hal lahiriah.

Contoh lain favoritisme yaitu Yakub mengasihi Yusuf. Kejadian 37:3, Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. Yakub begitu mengasihi Yusuf, kenapa? sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya. Alasannya adalah hal lahiriah. Bahkan ketika mendengar berita bahwa yusuf mati, alkitab mengatakan: Kejadian 37:35, Sekalian anaknya laki-laki dan perempuan berusaha menghiburkan dia, tetapi ia menolak dihiburkan, serta katanya: "Tidak! Aku akan berkabung, sampai aku turun mendapatkan anakku, ke dalam dunia orang mati!"

Gereja mula-mula pun tidak lepas dari favoritisme. 1 Korintus 1:12  Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus. Mungkin kita bertanya: “Bukankah ini keteladanan?” Favoritisme beda dengan keteladanan. Ketika meneladani seseorang yang memang kita kagumi, mestinya kita tidak memandang rendah yang lain. Sedangkan favoritisme adalah semacam fanatis sempit terhadap sesuatu atau seseorang yang kita kagumi sampai kita memujanya dan memandang semua yang tentangnya adalah benar dan yang lain salah. Paulus memperingati tentang “penggolongan” karena hal tersebut tentu tidak alkitabiah dan yang pasti mengarah pada fanatisme sempit yang memandang kelompok lain lebih rendah dan bahkan salah.

Favoritisme merusak tiga elemen agama sejati:
(1) menggunakan lidah menghina sesama dan false judgement, 2:4.
(2) favoritisme itu tidak menghargai sesama (kaum marginal), 2:5-6.
(3) favoritisme itu duniawi, 2:6-7.

Teladan Kristus
1. Kristus telah mati untuk semua orang
2 Korintus 5:15-16, Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian.

Kolose 3:9-11  Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya; dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.

2. Kristus merendahkan diri menjadi “tidak masuk hitungan” (bukan favorit)
Matius 27:16-22
Yesus Kristus vs Yesus Barabas. Yesus Kristus tidak difavoritkan, justru Barabas yang menang “pemilu” karena hasutan para imam. Suara rakyat (orang banyak) belum tentu suara Tuhan (vox populi vox Dei).

Yesaya 53:2-5  Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

Kiranya kita terus mengevaluasi diri kita, apakah masih ada favoritisme dalam diri kita entah kita sadari atau tidak kita sadari? Apakah kita masih mengutamakan hal-hal lahiriah dalam menilai orang lain? Apakah kita hanya menghargai orang-orang yang secara lahiriah “ok” dalam penglihatan kita sedangkan yang “tidak ok” tidak kita hargai?


Kristus menjadi “tidak masuk hitungan” dan mati bagi kita yang berdosa supaya kita tidak lagi bermegah dan menilai berdasarkan hal-hal lahiriah tapi bermegah dalam Kristus.

Kamis, 07 Juli 2016

Persahabatan

Amsal 17:17 Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.
Amsal 18:24  Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.
Amsal 27:5-6  Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.

Ada beberapa relasi yang digunakan alkitab dalam menjelaskan relasi Tuhan dengan manusia. Relasi ini bisa diurutkan berdasarkan kelimpahannya aspeknya:
1. Percintaan
2. Persahabatan
3. Keluarga. Bapa dengan anak (lihat perumpamaan anak yang hilang)
4. Gembala dan domba
5. Tuan dan hamba

Dalam kesempatan ini kita merenungkan relasi yang mungkin “agak jarang” dikotbahkan dalam ibadah minggu yaitu persahabatan. Relasi ini merupakan gambaran yang agung mengenai relasi Tuhan Allah dengan manusia. Sebelum menjelaskan lebih jauh, kita perlu ingat ini: dunia berdosa tidak mengenal arti persahabatan sejati.

Pernyataan ini mungkin sulit diterima oleh sebagian orang. Pada umumnya, setiap kita memiliki sahabat. Persahabatan bukan hanya dijalankan oleh orang Kristen saja. Setiap orang (termasuk non Kristen) mempunyai persahabatan. Selain itu, kita juga bisa menjalankan persahabatan dengan non Kristen. Saya sendiri memiliki sahabat non Kristen. Waktu SD, saya punya sahabat beragama islam. Kami belajar bersama, main game bersama, ke sekolah bersama dan ke perpustakaan daerah bersama. Sampai sekarang saya masih mengingat banyak peristiwa yang kami alami bersama. Waktu SMP, saya punya teman tapi tidak sampai dekat menjadi sahabat. Dan semua teman saya itu beragama islam. Demikian juga waktu SMA, saya punya 2 teman yang sampai sekarang masih bisa saling kontak walaupun tidak terlalu sering.

Benar, persahabatan bisa terjadi kepada semua orang secara umum. Namun, entah kita sadar atau tidak, terima atau tidak, dunia berdosa tidak kenal arti persahabatan sejati. Persahabatan umum itu seperti yang kita jalani biasanya didasarkan pada beberapa hal:
1. Saling menguntungkan/membalas. Contoh: parpol, hadiah ultah dll.
2. Berbeda untuk melengkapi. Contoh: beda karakter, kepandaian dll.
3. Objek lain yang menyatukan. Contoh: kekayaan (amsal 19:4), hobi, suku-bahasa, lingkungan dll.

Dunia berdosa, tidak mengerti arti persahabatan sejati, tapi saling memanfaatkan dan menimbulkan permusuhan. Ini bukanlah persahabatan yang seharusnya. Kita belum mengalami secara limpah arti persahabatan sejati dalam dunia berdosa.

Mungkini ini terdengar ekstrim. Saya tidak bermaksud untuk membuat ekstrim persahabatan tapi mengajak kita semua memahami arti persahabatan yang lebih dalam (radikal) sebagaimana diajarkan oleh alkitab.

Teladan Kristus tentang Persahabatan
Pembahasan mengenai persahabatan tentu sangat luas sekali. Namun pada saat ini paling tidak kita dapat merenungkan beberapa hal dari pengajaran dan teladan Kristus. Satu hari sebelum Ia disalibkan, Ia menyampaikan dan melakukan banyak yang begitu penting sebagai “pesan akhir” pelayanannya, diantaranya adalah,

Yoh. 15:12-15  
Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.

Satu hari sebelum Ia disalibkan Ia mengajarkan tentang persahabatan antara Dia dengan kita. Apa yang dinyatakan di sini? Penebusan Kristus memulihkan relasi manusia. Persahabatan sejati adalah persahabatan di dalam Kristus. Inilah arti persahabatan sejati.

Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari mengenai persahabatan dari ayat ini:
1. Saling mengasihi. Dasar persahabatan adalah kasih bukan saling sekedar menguntungkan (relasi ekonomis). Dan kita hanya mungkin mengasihi sesama karena Kristus yang terlebih dahulu mengasihi kita. Ia yang menjadi teladan kasih kita. 
2. Saling berkorban. Kasih berarti bukan saling menuntut orang lain tapi menuntut diri untuk orang lain. Kasih berarti berkorban. Persahabatan sejati adalah persahabatan yang rela berkorban bagi sahabatnya. Seperti yang Kristus kerjakan, pengorbananNya bukan karena kewajibanNya sebagai Juruselamat tapi kerelaanNya mau berkorban bagi sahabatNya yaitu kita manusia berdosa.
3. Bersama hidup sesuai firman Tuhan. sahabat sejati selalu membawa kita pada pergumulan menjalankan firman Tuhan bersama. Kita saling membangun dan menguatkan dalam menjalankan firmanNya. Ketika kita jatuh dalam dosa atau gagal menjalankan firmanNya, sahabat sejati mesti menegur dan menguatkan kita supaya kita back on track.
4. Sharing kebenaran. Dan persahabatan sejati selalu mempunyai kerinduan untuk berbagi kebenaran. Persahabatan sejati tidak mungkin dibangun di atas dasar kebohongan. Persahabatan sejati juga bukan untuk saling membicarakan hal lain selain kebenaran (mis. gosip). Persahabatan sejati saling membagi kebenaran.

Keempat hal di atas tidak mungkin terjadi di luar Kristus. Dunia hanya mungkin menawarkan salah satu atau beberapa saja tidak secara penuh tentang persahabatan sejati. Penawaran tersebut hanyalah superficial atau artificial. Manusia berdosa tidak mengerti arti kasih sejati, tidak ingin saling berkorban, tidak mau menghidupi firman Tuhan dan tidak mau membagikan kebenaran.

Kristus menjadi teladan kita. Alkitab mencatat bahwa Kristus selama hidupnya menjadi sahabat bagi manusia berdosa. Dalam Matius 11:19 dikatakan: Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Heran sekali, Tuhan Yesus justru sangat dihindari ahli taurat, farisi dan sekelompok yang menyatakan mengerti firman Tuhan. Tuhan Yesus justru didekati oleh anak-anak, ibu-ibu, orang miskin, dan bahkan orang berdosa (pelacur, pemungut cukai, dll). Dalam tradisi ibrani, perjamuan berarti suatu relasi yang begitu dekat sekali. Bisa dikatakan bahwa perjamuan merupakan simbol persahabatan. Kristus makan bersama orang berdosa artinya Ia bersahabat dengan orang berdosa.

Ia datang ke dunia, hidup dan mati disalib bukan hanya supaya setiap orang memperoleh hidup yang kekal tapi juga hidup yang berkelimpahan. Dan hidup berkelimpahan salah satunya berarti mempunyai relasi yang indah dengan Tuhan dan sesama. Ia menebus kita yang berdosa sekaligus menebus relasi kita dengan sesama. Sebagaimana Kristus menjadi sahabat bagi kita yang berdosa, kiranya kita juga menjadi sahabat bagi orang lain atas dasar kasih, rela berkorban, bergumul bersama dalam firman Tuhan dan saling membagikan kebenaran.

Senin, 30 Mei 2016

Yesus Yang Ku Pilih

Lagu ini merupakan puisi yang ditulis oleh seorang perempuan bernama Rhea F. Miller. Ia lahir pada tahun 1894 di Brooktondale, New York. Ibunya, Bertha, adalah seorang Kristen yang takut Tuhan sedangkan ayahnya seorang yang sering minum-minuman keras. Bertha terus mendoakan suaminya yang akhir suatu kali bertobat dan bahkan menjadi hamba Tuhan. Rhea dibesarkan dalam keluarga demikian. Pada tahun 1922, suatu saat Rhea berjalan melewati lapangan dekat rumahnya serta merenungkan kembali bagaimana ayahnya bertobat dan memutuskan untuk berkomitmen hidup bagi Kristus. Dari renungannya, Rhea menuliskan barisan puisi indah ini.

Pada tahun 1932, seorang musisi berumur 23 tahun bernama George Beverly Shea membaca puisi ini dan terinspirasi untuk membuat melodinya. Suatu kali George menyanyikan lagu ini di rumahnya. Saat itu ibunya mendengarkan George bernyanyi, ibunya begitu tersentuh dengan kata-kata dan alunan melodi yang begitu indah. Sejak itu lagu ini pun dinyanyikan di gereja dan menjadi berkat bagi banyak orang. 

Lagu ini merupakan suatu ekspresi kelahiran baru yang sejati. Sebagaimana dinyatakan dalam alkitab: "Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dia-lah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya memperoleh Kristus, ..." (Filipi 3:8). Kristus sudah mati bagi kita yang berdosa supaya kita tidak lagi hidup dalam kesia-siaan. Lagu ini kembali mengingatkan kita untuk terus mengutamakan Kristus dalam segala hal.

1 Yohanes 2:17 - Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.

Sekarang Ku Milik Yesus

Norman Clayton lahir pada 22 Januari 1903 di Brooklyn, New York. Momen pertobatannya ketika ia berumur 6 tahun. Saat itu ia bergereja di salah satu gereja injili di Brooklyn. Sejak umur 12 tahun sampai seumur hidupnya, ia melayani sebagai organis di gereja tersebut. Ketika dewasa, ia bekerja dalam industry bangunan. Namun tetap aktif dalam pengembangan musik gereja. Ia meninggal pada tahun 1992, saat berumur 89 tahun. Saat itulah, pengaruh musik popular mulai masuk ke dalam gereja khususnya melalui gerakan pentakosta kemudian karismatik.

Bagaimana ia menulis lagu Kristen? Ia mengatakan: “biasanya saya membuat musiknya terlebih dahulu sebelum memasukan kata-kata.” Dan setiap kata-kata yang dituliskannya “bersumber pada ayat-ayat alkitab” (101 More Hymn Stories, hal. 204). Hampir semua lagu yang ditulis Clayton bertemakan mengenai penginjlan yang berfokus pada karya keselamatan di dalam Kristus dan relasi indah bersama Tuhan. Demikian juga lagu “Sekarang Ku Milik Yesus”.

Ada banyak bagian alkitab yang menjelaskan tentang karya penebusan Kristus: Markus 10:45, Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. 1 Timotius 2:6  yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia. Karena penebusan Kristuslah maka setiap kita yang percaya kepada Kristus menjadi milikNya secara khusus (diadopsi menjadi anak-anak Allah).

Ada seorang misionaris bernama Roy Gustafson yang melayani para tahanan penjara Jamaika. Roy terus menyebarkan injil Tuhan kepada ribuan orang yang ada di sana. Suatu kali Roy diminta untuk memimpin kelompok kecil para tahanan. Tujuannya dalah supaya bisa saling berbagi, menguatkan dan mendoakan. Saat itulah, Roy juga menceritakan kesaksian pribadinya mengikut Kristus. Sesudah kesaksian, ia menyanyikan lagu “Sekarang Ku Milik Yesus”. Setelah lagu itu dinyanyikan, ada seorang yang begitu tergerak dan berkata: “Saya akan dihukum mati pada selasa pagi, bisakah saya selamat?” Kemudian Roy membuka alkitab dan membacakan bagian alkitab mengenai keselamatan. Saat mendengar itu, orang ini kemudian menangis dan bertobat. Kalimat refrain lagu ini terus ia nyanyikan: “Sekarang ku milik Yesus, Yesus pun milikku, bukan untuk sementara tapi untuk selamany” (“Now I belong to Jesus, Jesus belongs to me, / Not for the years of time alone, / But for eternity”).

Senin, 25 April 2016

Lemparkanlah Bebanmu

Maz. 55:23  
Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.

Maz. 55:23  
Cast thy burden upon the LORD, and he shall sustain thee: he shall never suffer the righteous to be moved. (KJV)

Mazmur 55 ini merupakan ungkapan keluh-kesah pemazmur karena beberapa kondisi yang pemazmur hadapi:
(1) penganiyaan dan bahaya (ayat 4);
(2) kondisi sosial yang mengecewakan (ayat 10c–12). Kejahatan sosial terjadi dimana-mana menimpa semua orang termasuk orang percaya kepada Tuhan Allah;
(3) teman dekat yang tidak setia (ayat 14). Ini mungkin yang paling mengecewakan. Orang yang seharusnya mendukung dan menguatkan saat susah justru menimbulkan kekecewaan bahkan mengkhianati kita.

Ketika menghadapi ini semua apa respon pemazmur? Ada 2 respon pemazmur:
1.  Terbang jauh (fly away - ayat 7-9)
Ini merupakan respon umum yang hampir kita semua juga pikirkan. Ketika ada masalah-masalah dalam hidup kita, salah satu hal yang terpikirkan adalah pergi jauh meninggalkan masalah tersebut. Kenapa orang bunuh diri? Karena mereka ingin pergi jauh dari kepahitan hidup. Kenapa orang berpindah kerja? Mungkin karena mereka tidak lagi merasa nyaman dengan pekerjaan mereka. Ada banyak orang pergi tempat-tempat hiburan karena ingin pergi jauh melupakan masalah-masalah hidup.

“Terbang jauh” merupakan respon yang sangat manusiawi. Ada banyak masalah yang bisa kita selesaikan, namun ada lebih banyak lagi masalah yang tidak bisa kita selesaikan. Ketika manusia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi terhadap masalahnya, umumnya, kita semua ingin pergi jauh. Dalam kekristenan, sikap ini pun merupakan sikap wajar (selama tidak dalam dosa). Keinginan “terbang jauh” dalam kekristenan, mengingatkan kita bahwa memang dunia ini berdosa. Keinginan “terbang jauh” mengingatkan kita bahwa dunia memang sudah rusak dan kita merindukan tempat yang ditransformasikan oleh Tuhan Allah secara sempurna.

Namun pemazmur tidak berhenti pada respon pertama ini saja. Pemazmur memberikan respon kedua terhadap segala masalah-masalah yang dia hadapi.

2. Menguatkan iman kepada Tuhan Allah (encouragement - ayat 23-24)Pemazmur menguatkan imannya kepada Tuhan Allah. Ini menjadi pesan juga bagi setiap kita bahwa “terbang jauh” bukanlah satu-satunya hal yang mesti kita lakukan ketika ada banyak masalah sulit. Tapi kita juga mestinya terutama “menguatkan iman” dalam menghadapi segala tantangan dan ujian hidup.

“Menguatkan iman” bukanlah suatu ungkapan klise atau kosong. Tapi sungguh-sungguh menyadari dan mengakui pertolongan dan perlindungan Tuhan Allah dalam hidup setiap umatNya. Doa menjadi titik awal kita “menguatkan iman” ketika menghadapi banyak masalah-masalah.

Ayat 22, “Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN”Ayat ini merupakan pengajaran yang indah sekali. Dalam bahasa inggris dan ibraninya, kata “serahkanlah” lebih diartikan “lemparkanlah” (shalak = cast). Pemazmur mengajarkan kita untuk melemparkan segala pergumulan iman kita. Hal ini jangan dipandang satu sisi saja berarti kita benar-benar tidak perlu bertanggungjawab sedikit pun. Kata “lemparkanlah” mesti dimengerti sebagai suatu “penyerahan total” kita kepada Tuhan Allah.

“Penyerahan total” tidak segampang menuliskan frase ini. Realitanya, kita masih memang sebagian masalah kita dan bersandar pada hikmat kita. Kita belum “melemparkan” segala pergumulan kita. Manusia menyadari bahwa dirinya terbatas dan ada lebih banyak hal yang berada di luar kemampuannya. Namun manusia juga terlalu self-centered untuk mengandalkan Tuhan. Alasannya sederhana, karena Tuhan Allah tidak kelihatan. Atau lebih tepatnya, Tuhan Allah berkarya tidak kelihatan. Berapa banyak orang Kristen yang begitu bergumul tentang masalahnya sehingga kesulitan tidur di malam hari? Ada berapa banyak orang Kristen yang begitu kuatir akan masa depannya sehingga bekerja mati-matian bahkan mengurangi tidurnya supaya mendapat jaminan pasti (kelihatan) atas hidupnya?

Perlu diingat bahwa “penyerahan total” tidak sama dengan sikap masa bodoh. “Penyerahan total” artinya mengimani bahwa hanya Tuhan Allah yang mampu menopang kita. Tugasnya adalah mengerjakan apa yang sudah dipercayakanNya sebaikmungkin tanpa kuatir atau bersandar pada kekuatan diri.

Menarik lagi bahwa istilah “kuatir” dalam bahasa inggris dan ibrani berarti beban (yehab = burden, gift). Beban di sini bisa juga diartikan sebagai pemberian. Hal ini justru semakin menguatkan kita bahwa ternyata “beban” ini pun tidak lepas dari kedaulatan Tuhan. Ia mungkin saja mengizinkan atau memberikan masalah kepada kita supaya kita semakin lagi bertumbuh dan berakar kuat di dalam Dia. Ketika kita menyadari bahwa Allah juga berdaulat atas segala masalah maka mestinya kita tidak lagi hidup dalam kekuatiran. Demikian pemazmur mengajarkan kita bukan untuk lari dari segala pergumulan atau tantangan hidup tapi justru semakin kuat dalam iman kepada Tuhan. Sebagaimana pohon yang sering diterpa angin akan semakin berakar lebih dalam lagi.


Sumber Bacaan:
Tate, Marvin E., Word Biblical Commentary, Volume 20: Psalms 51-100, (Dallas, Texas: Word Books, Publisher) 1998.


Rabu, 06 April 2016

Batman v Superman

Dua ikon superhero komik yang sangat saya ikuti dan kagumi sejak kecil. Saya pikir mereka menggambarkan kompleksitas menjadi superhero. Mulai dari motivasi yang berbeda: superman karena “takdir” dan batman karena “pilihan”. Seperti perbandingan antara determinisme dan freedom yang tidak pernah selesai. Superman menjadi hero bagi bumi karena memang demikian “permintaan” dari orang tuanya. Harapan orang tuanya agar superman dapat menjadikan bumi lebih baik daripada krypton yang hancur karena kerusakan dari dalam (eksploitasi habis-habisan bagi dunia sendiri). Walaupun ia tidak berasal dari bumi (tapi dari krypton), ia menanggung “beban” untuk memperbaiki bumi. Ia ingin agar harapan dari orang tuanya tercapai. Berbeda dengan batman, motivasinya menjadi hero memang ingin menjadikan dunia lebih baik. Tapi tidak seperti sudut pandang superman. Ia memilih menjadikan dunia lebih baik karena kejahatan dunia merenggut nyawa kedua orang tuanya. Jadi motivasinya bersifat pengalaman pribadi atau lebih tepatnya kepahitan hidup yang terjadi padanya tidak ingin terjadi pada orang lain. Ini pilihannya, bukan karena pilihan orang tuanya. Secara tidak langsung, batman menjadi superhero karena kejahatan. Sedangkan superman menjadi superhero karena percaya kebaikan manusia.

Saya tidak terlalu mengerti apakah 100 % para penulis kedua tokoh ikon superhero ini bermaksudkan seperti saya gambarkan di atas. Tapi saya percaya ada paradigm tertentu dari para penulis sehingga menciptakan tokoh demikian. Dan sedikit banyak dua tokoh ikon superhero ini saya pikir cukup berpengaruh pada saya. Bahkan dalam hal dualistic life yang dijalani dua tokoh tersebut: Clark Kent dan Bruce Wayne. Clark (alter ego) digambarkan “polos”. Sedangkan Bruce digambarkan seolah tak peduli dengan moralitas. Perbedaan keduanya juga digambarkan dari “sumber” kekuatannya: Superman dengan matahari (siang hari), Batman dengan malam hari.

Saya pikir kenapa kedua tokoh ikon superhero ini begitu banyak disukai karena mereka mewakili manusia tentang dirinya dan harapannya. Manusia seolah melihat diri mereka dalam tokoh ini yang menyadari bahwa dunia perlu penyelamat karena kejahatan begitu merajalela. Namun penyelamat itu bukanlah manusia biasa. Penyelamat itu mestilah “yang lain” entah itu seperti Superman atau pun Batman. Penyelamat itu harus memikirkan kepentingan dan keselamatan dunia (termasuk orang lain) lebih besar dari dirinya. Dengan kata lain, penyelamat itu mestinya tidak berpusat pada diri, minimal seorang altruist. Penyelamat itu mesti memiliki visi dan cita-cita yang luhur tidak peduli dengan cara yang dijalaninya: membuat dunia lebih baik dan meminimalisir kejahatan. Entah seperti superman yang mendapat kekuatan dari terang atau pun batman yang menggunakan kegelapan sebagai kekuatan.

Kesadaran akan “penyelamat” digambarkan para penulis tokoh ikon superhero. Walaupun mereka tidak terlalu menelusuri lebih jauh tentang konsep penyelamat ini. Tapi saya percaya kesadaran ini memang tertanam di setiap kita. Kita semua butuh penyelamat. Satu-satunya sumber terpercaya mengenai penyelamat yang dibutuhkan manusia yaitu alkitab. Alkitab mencatat mengenai Juruselamat yang begitu agung, bukan khayalan seperti superman dan batman. Seorang Juruselamat yang lebih agung daripada apa yang pernah dipikirkan dan diharapkan manusia yaitu Tuhan Yesus Kristus. Ia menjalani hidupNya dengan integritas penuh berdasarkan firmanNya. Ia menyelamatkan manusia sampai mati disalib. Dan menyatakan kuasaNya dalam kebangkitanNya bahwa maut sudah dikalahkan. Di dalam Kristus, manusia mempunyai harapan sejati. Dan suatu kali nanti, Ia akan datang untuk mengambil kembali dan menyempurnakan dunia ciptaan. Ia datang kembali sebagai Hakim dan Raja. Saat itulah, semua lidah mengaku dan lutut bertelut menyembah Dia, Anak Domba Allah. 

Selasa, 22 Maret 2016

Karya-karya Kristus

1 Korintus 1:30 – Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita.

Jemaat Korintus adalah Jemaat yang bisa dianggap “sempurna”. Artinya mereka adalah jemaat yang mempunyai banyak karunia dan juga giat dalam melayani. Namun terjadi perpecahan di dalam gereja Tuhan tersebut. Mereka mengelompokan diri mereka. Misalnya dalam ayat ke-12, Paulus menyatakan bahwa terdapat golongan Paulus, Apolos, Kefas dan Kristus. Mereka saling membanggakan golongan masing-masing. Setiap golongan merasa lebih daripada yang lain. Padahal seharusnya tubuh Kristus tidak terpecah-pecah. Karena itu, Paulus mengajak jemaat Korintus untuk mengingat kembali keadaan mereka semua ketika mereka dipanggil Allah. Menurut ukuran manusia keadaan mereka adalah tidak banyak yang bijak, tidak banyak yang berpengaruh, dan tidak banyak yang terpandang. Mereka sekarang membanggakan golongan dan karunia-karunia yang mereka miliki, padahal mereka dulu itu tidak demikian. Mereka menjadi seperti sekarang itu adalah karena karya Kristus dalam hidup mereka. Karena Kristus yang melayakkan mereka untuk ikut berbagian dalam pekerjaan Tuhan dan diperlengkapi dengan berbagai karunia. Hal ini nyata supaya tidak ada seorang pun yang memegahkan diri. Apakah karya Kristus itu?

Pertama, Kristus menjadi hikmat bagi kita. Paulus mengajarkan bahwa hikmat Allah itu adalah Kristus. Dengan mengenal Kristus, kita mengenal kebenaran yang sejati. Dalam bagian sebelumnya dinyatakan bahwa orang Yunani selama ini terus mencari hikmat. Karena itu pemberitaan injil Kristus dipandang sebagai suatu kebodohan di mata orang Yunani. Padahal hikmat sejati hanya di dapat di dalam Kristus karena Kristus sendirilah hikmat Allah itu. Jadi apa yang sudah dikejar dan dikerjakan oleh orang Yunani selama ini adalah suatu yang sia-sia. Berbahagialah kita karena kita melalui anugerah Tuhan sudah beroleh hikmat Allah yang sejati yaitu Kristus. Padahal kebanyakan dari kita bukanlah orang yang bijak.

Kedua, Kristus membenarkan kita. Alkitab mengajarkan bahwa semua manusia sudah berdosa dan tidak layak untuk datang ke hadapan Allah. Satu-satunya jalan adalah di dalam Kristus. Kebenaran Kristus dikenakan kepada kita yang tidak layak sehingga kita menjadi benar di hadapan Allah. Setiap manusia berdosa berpandangan bahwa dengan melakukan suatu yang baik maka mereka dapat memperoleh kepastian dalam hidup yang akan datang. Misalnya saja orang yahudi yang menekankan untuk melakukan hukum taurat dan memegang teguh tradisi. Mereka percaya dengan melakukan itu semua mereka akan memperoleh suatu yang berharga kelak. Kekristenan juga mengajarkan bahwa kita harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita di hadapan Tuhan. Namun sebelum itu, kita harus dibenarkan dulu di dalam Kristus. Karena selama kita masih dalam status berdosa, apa pun yang kita lakukan adalah dosa. Kita harus dinyatakan benar terlebih dahulu di dalam Kristus lalu kita dimampukan untuk melakuan segala kebenaran Tuhan dalam hidup kita.

Ketiga, Kristus menguduskan kita. Arti dari kata kudus dari alkitab adalah dipisahkan atau dikhususkan. Umat yang dikuduskan artinya dikhususkan untuk Tuhan. Atau umat tersebut sudah dipisahkan dari dunia dan dibawa kepada Tuhan. Tidak hanya berhenti di situ saja. Umat yang sudah dikuduskan itu juga akan diutus kembali ke dunia untuk menyatakan kekudusan Allah selama mereka berada di dunia ini. Dengan kata lain, umat Tuhan diberikan suatu kemampuan untuk melakukan suatu transformasi kebenaran di dunia ini. Lihat kembali bangsa Israel yang dikhususkan daripada bangsa-bangsa yang lain. Namun mereka berhenti pada diri mereka sendiri. Mereka berpikir bahwa kekudusan itu hanya milik mereka. Lalu mereka terus menyimpan kekudusan itu dan tidak mengajarkan kepada bangsa yang lain mengenai apa yang sudah Tuhan ajarkan. Yang mereka kerjakan hanyalah menegur bangsa lain dan menyatakan mereka adalah bangsa yang special yang terus disertai Tuhan. Mereka salah, karena Tuhan juga ingin agar umatNya menyatakan kekudusan itu dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.

Keempat, Kristus menebus kita. Kristus saja yang bisa melepaskan kita semua dari dosa. Penebusan ini Dia kerjakan melalui pengorbananNya di atas kayu salib. Dia menebus kita sehingga kita tidak lagi dalam belenggu dosa. Sekarang kita hidup di dalam Kristus karena sesudah Dia menebus kita, Dia juga menjadikan kita umatNya. Penebusan Kristus ini adalah satu kali untuk selamanya. Kalau di Perjanjian Lama, umat Tuhan harus mempersembahkan korban penebusan berkali-kali karena korban tersebut bukanlah korban yang sempurna. Dalam Perjanjian Baru dinyatakan bahwa Kristus-lah korban yang sempurna itu yang menyukakan hati Allah. Dan hanya penebusan yang dilakukan olehNya saja yang berlaku sekali untuk selamanya dan untuk semua umatNya.

Keempat hal ini hanya bisa dilakukan oleh Kristus. Dan kita adalah umat yang sudah mengalami keempat hal ini. Kita sudah memperoleh hikmat yang sejati di dalam Kristus, sudah dibenarkan, dikuduskan dan ditebus. Tidak seorang pun dari umat Tuhan yang berhak untuk memegahkan diri karena karunia atau apa pun yang ada pada dirinya. Ternyata Kristus-lah yang berkarya bukan manusia. Karena itu kalau pun kita memegahkan diri, seperti kata Paulus, bermegahlah dalam Kristus.

Senin, 14 Maret 2016

The Unspeakable Burden

Ada hasil pengamatan psikologi menyatakan bahwa “80% orang akan menyimpan perasaannya karena mereka yakin orang lain tidak akan bisa mengerti apa yang dirasakannnya.” Entah seberapa jauh ketepatan pengamatan ini, namun sepertinya tidak bisa dibantah bahwa setiap kita memiliki beban yang tak dapat dikatakan. Beban tersebut tak terkatakan, seringkali, karena kita meyakini bahwa orang lain tidak akan mengerti beban kita. Beban tersebut bisa mengenai diri kita, orang lain atau keadaan sekitar kita. Psikologi dan juga psikoanalisis mencoba memahami “beban yang tak terkatakan” ini dengan berbagai macam pendekatan. Salah satunya mereka menjadi “telinga” bagi pasiennya. Tapi tetap saja usaha ini tidak berhasil sepenuhnya. Faktanya selalu saja ada “beban yang tak terkatakan”. Sebagaimana pengamatan diawal bahwa beban tersebut bukan karena tak mampu terkatakan, tapi karena kita tak mau mengatakannya. Kita sendiri memilih untuk tidak mengatakannya karena kita yakin orang lain tak mengerti.

Dalam hal ini, saya teringat akan apa yang dialami oleh Tuhan Yesus Kristus. Pada saat Ia menanggung penderitaan untuk menebus manusia berdosa, ia dihakimi, dianiaya dan disalib, ada kalimat: “Tetapi Ia tidak menjawab suatu katapun(Matius 27:14). Hal ini bukanlah hal yang mengejutkan, karena jauh sebelumnya ada nubuatan demikian:

Yesaya 53:7
Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.

Frase tersebut bahkan diulang 2 kali dalam Yesaya 53:7. Pengulangan merupakan semacam penegasan akan suatu hal. Dia adalah Allah yang MahaKuasa yang menjadikan segala sesuatu dengan “berfirman”. Tuhan Allah yang diajarkan alkitab adalah Tuhan Allah yang berfirman. Dan injil banyak mencatat bahwa Allah yang menjadi manusia, Tuhan Yesus Kristus, itu mengajar banyak hal tentang kerajaan Allah dan kebenarannya. Ia juga bukanlah pribadi yang diam atas ketidakadilan. Jelas Ia menegur marta ketika marta “menghakimi” maria. Ia juga menegur Petrus ketika “menyombongkan” dirinya. Ia juga menegur Yudas saat perjamuan terakhir sebelum mengalami penderitaan menuju salib. Ia menegur keras orang Yahudi, ahli Taurat, Farisi dan semua orang yang munafik. Ia adalah Allah yang berfirman. Tapi momen dimana Ia dibawa menuju salib, Ia tidak membuka mulutnya. Kenapa?

Sebelum Yesaya 53:7, dijelaskan bahwa Ia diam karena menanggung dosa kita semua. Ia diam karena hal tersebut sulit untuk kita mengerti. Namun bukan itu saja, karena manusia juga diam karena berpikir bahwa orang lain tidak mengerti apa yang dialami. Ia, Yang Maha Kuasa dan Suci, diam karena “kerelaanNya” menanggung itu semua tanpa keluhan dan keberatan sedikit pun. Ia bukan tak mau atau tak mampu mengatakan beban tersebut, tapi karena ia “membatasi” diriNya. Ia membatasi diriNya karena Ia rela (Efesus 2:5-8).

Yesaya 53:4-5
Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

Ia diam karena kerelaanNya menanggung sesuatu yang seharusnya tidak dia terima yaitu dosa kita. Ia sama sekali tidak bersalah, tapi Ia “dijadikan” bersalah untuk menebus kita, manusia berdosa. Supaya kita semua yang berdosa dapat memperolah harapan keselamatan di dalam Kristus. Ya, setiap kita yang percaya kepadaNya. Keberdosaan kita ditanggungkan kepadaNya dan kebenaranNya diperhitungkan kepada kita yang percaya kepadaNya. Sebagaimana dikatakan alkitab bahwa oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

Selasa, 08 Maret 2016

Yesus Sumber Harapan Sejati (Yoh. 5:1-9)

Peristiwa ini adalah mujizat ketiga yang dicatat dalam injil Yohanes. Sebelumnya ada mujizat air menjadi anggur pada pernikahan di Kana. Kemudian Yesus menyembuhkan anak dari pegawai istana di Kapernaum. Jelas, Yohanes memang memilih mujizat-mujizat yang dikerjakan oleh Yesus dengan tujuan memperkenalkan siapa Kristus dan apa yang Dia kerjakan. Dan supaya kita semua percaya kepadaNya. Dalam bagian ini adalah mujizat ke-3 oleh Yesus Kristus di kolam Bethesda yang ada di Yerusalem. Sampai pada abad ke-19, ada yang menyatakan tidak menemukan bukti yang cukup menyatakan keberadaan kolam Bethesda ini. Maka ada yang percaya bahwa cerita ini sebenarnya bersifat metafor, bukan historis. Belakangan, ada yang menyatakan sudah memperkirakan dimana letak kolam tersebut di Yerusalam.

Cerita ini diawali dengan "sesudah itu". Ini adalah salah satu ciri khas dalam injil Yohanes dan Matius ketika mengawali ceritanya. Kalau di dalam Markus menggunakan "Segera". Lukas, "Pada suatu kali/hari/ketika". Ini menyatakan bahwa apa yang dikerjakan Tuhan Yesus Kristus berdasarkan rencanaNya. Ia pergi ke suatu tempat dan pada saat tertentu karena memang Ia merencanakan demikian.

Ia berencana untuk pergi ke kolam Bethesda yang dalam bahasa ibrani artinya "house of mercy/grace". Karena memang disitulah didapati belas kasihan Tuhan menyembuhkan orang yang membutuhkan pertolongan. Namun kata yang sama juga berarti "shame, disgrace." Karena disitulah berkumpul orang-orang cacat (buta, timpang dan lumpuh) yang beranggapan bahwa tidak mendapatkan kasih karunia dalam hidupnya. Dicatat bahwa jumlah besar orang sakit yang berkumpul di tempat tersebut. Ironis sekali, padahal Yerusalem yang adalah pusat dari keagamaan Yahudi, ternyata banyak sekali yang sakit. Penderitaan atau kesakitan itu seringkali diidentikan beberapa hal: tidak disertai Tuhan, hukuman dosa dan untuk kemuliaan Allah. Lebih banyak orang percaya bahwa ketika adanya penderitaan, kesusahan dan masalah pasti karena tidak disertai Tuhan atau hukuman dosa. Tidak heran, ketika orang yang mempunyai masalah datang kepada kita entah mungkin sharing, konseling atau minta didoakan, salah satu tanggapan kita adalah: "Selesaikan terlebih dahulu masalah kita dengan Tuhan. Mungkin memang ada dosa dimana kita tidak sungguh-sungguh jujur dan mohon ampun kepada Tuhan". Suatu kali ada seorang kakek tua yang sharing bahwa ia sudah kehilangan anaknya yang laki-laki. Ia menceritakan bahwa anaknya itu meninggal ketika tidur. Saya pikir mungkin karena sakit. Tapi kata kakek itu, bukan karena sakit. Tapi karena dulu ia punya musuh dan mungkin sekali musuh itulah yang menyerang anak lelakinya dengan kekuatan gelap. Kesimpulannya kematian anaknya itu karena hukuman dosa masa lalunya. Memang alkitab juga menyatakan bahwa seringkali masalah, kesulitan dan penderitaan itu datang karena kesalahan kita sendiri. Seperti juga orang lumpuh yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus disertai oleh suatu dorongan untuk tidak berbuat dosa lagi (Yoh. 5:14). Artinya memang ada dosa dari orang tersebut yang sebagai akibatnya ia mengalami kelumpuhan paling tidak selama 38 tahun (seperti lamanya orang israel berada di padang gurun).

Dengan berbagai macam latar belakang dari masing-masing orang yang sakit di tempat itu, mereka berkumpul karena sudah tidak mempunyai harapan lagi dalam hidup. Mungkin mereka sudah pergi ke dokter dan imam untuk diobati dan didoakan tapi tidak sembuh. Mungkin juga banyak dari mereka yang tidak mempunyai uang yang cukup untuk berobat. Suatu kali dalam suatu pelayanan bersama dengan rekan yang lain, kami diminta untuk mendoakan seorang anak yang sakit. Orang banyak mengatakan bahwa anak tersebut sudah pergi ke dokter untuk diobati dan juga didoakan oleh hamba Tuhan lain tapi tidak sembuh. Mereka sudah tidak mempunyai harapan lagi. Anak ini bisa tiba-tiba pingsan sendiri dan tidak sadarkan diri dalam waktu yang lama. Ketika kami diminta mendoakan, saya sempat berpikir dan berdoa: "Tuhan apa yang harus dilakukan? Kami doakan atau tidak? Kalau didoakan tidak sembuh, bagaimana? Tuhan tunjukkanlah bahwa Engkau Tuhan dan Kami hambaMu." Kemudian kami berdoa bersama-sama. Ketika itu juga, anak itu langsung tidak sadarkan diri namun tidak begitu lama sadar kembali. Yang lain mengatakan bahwa biasanya lebih lama, karena itu mereka berpikir mungkin anak itu sudah sembuh. Sesudah itu, datang seorang ibu, ia juga minta didoakan. Ia mengatakan bahwa sudah pergi ke dokter dan hamba Tuhan tapi tidak sembuh. Saya merenungkan satu hal bahwa seperti inilah keadaan orang yang sudah tidak mempunyai harapan lagi. Mereka tidak tahu lagi harus pergi ke siapa. Ketika mereka mendengar bahwa seseorang atau suatu tempat itu bisa mengadakan sesuatu hal yang luar biasa dalam hidup mereka, mereka langsung pergi ke orang atau tempat itu. Demikian juga orang-orang di Yerusalem yang sakit dan tidak mempunyai harapan untuk sembuh. Mereka pasti mendengar berita bahwa kadang-kadang malaikat itu datang di kolam bethesda dan memberikan anugerah kesembuhan. Namun datangnya hanya sebentar dan tidak jelas kapan waktunya. Di bagian lain dari alkitab memang tidak mencatat tentang turunnya malaikat di kolam ini, tapi dalam injil ini dicatat memang terjadi demikian. Mungkin ada beberapa dari kita akan berkata kepada mereka, "Kenapa buang waktu di sini? Lebih baik kerjakan hal lain yang lebih berguna daripada duduk diam saja di sini". Saya pikir mereka akan menanggapi begini: "Kami sudah tidak punya harapan untuk sembuh, dan hal yang paling kami inginkan dalam hidup adalah kami lepas dari masalah dan penderitaan kami. Kami ingin sembuh. Lebih baik kami menunggu di sini, sehingga ketika malaikat datang kami bisa sembuh. Daripada ketika kami berada di luar, lalu malaikat datang, kami tidak bisa sembuh." Karena itu tidak heran, ada yang menunggu dan terus berharap dalam waktu yang lama sekali, 38 tahun (seperti lamanya orang israel berada di padang gurun - Ulangan 2:14). Dan mereka lebih memilih untuk terus berharap, entah keajaiban itu belum terjadi atau tidak terjadi sama sekali.

Kenapa Tuhan mengizinkan tempat seperti ini pernah ada? Kita pasti percaya bahwa Tuhan mengizinkan tempat ini ada bukan karena iseng atau hal-hal yang tidak jelas. Saya percaya Tuhan mengizinkan tempat seperti ini ada, supaya tetap menjaga harapan-harapan dari orang-orang yang sedang mengalami kesulitan, kesusahan dan penderitaan dalam hidupnya. Tempat ini bukanlah untuk orang-orang yang sehat dan hidupnya lancar. Kalau kita merasa bahwa hidup kita lancar dan baik-baik saja, pasti tidak ada di sana. Karena kita tidak merasa ada hal-hal yang kurang dalam hidup kita. Dan kita tidak berharap sama sekali keajaiban yang demikian terjadi atau bahkan tidak peduli dan tidak memikirkan keajaiban itu terjadi. Tempat ini adalah tempat harapan untuk orang-orang yang tidak punya harapan. Ada orang sakit, yang sudah kehilangan harapan sama sekali. Kalau kita sendiri mengalami demikian atau mungkin bertemu orang demikian, pasti sangat sulit menghadapinya. Namun, ada yang sakit masih mempunyai harapan. Masih ada semangat untuk hidup. Kalau diminta mendoakan orang yang sedang sakit dan ternyata tidak ada perubahan. Saya sempat terpikir, berarti sama saja entah saya atau lain doakan juga tidak ada perubahan. Lalu kenapa orang tersebut tetap meminta untuk didoakan. Ternyata ada juga orang sakit yang mau didoakan bukan untuk sembuh saat itu, tapi supaya imannya semakin kuat. Supaya mereka diteguhkan bahwa mereka tidak berharap pada Allah yang salah.

Masalah dalam peristiwa ini pada ayat 7. Orang lumpuh yang sudah menunggu 38 tahun itu, tetap percaya bahwa suatu kali malaikat turun namun ia tidak bisa menggapai kolam itu. Ia dan juga banyak orang sakit di sana sangat percaya bahwa satu-satunya (the only way) yang bisa menyembuhkan dan melepaskan mereka dari masalah hidup mereka adalah peristiwa turunnya malaikat. Sampai-sampai mereka tidak lagi melihat Pribadi di balik peristiwa tersebut yaitu Allah yang berdaulat. Mereka tidak bisa melihat bahwa Allah bisa saja menolong dia dengan cara yang lain (the other way). Kenapa ia berpikir itu satu-satunya cara? Karena itu sesuai pengalaman yang pernah terjadi. Suatu kali ada perdebatan dalam suatu perusahaan yang besar sekali mengenai bagaimana masa depan perusahaan tersebut. Mereka diskusi bagaimana supaya perusahaan tetap bertahan. Ada yang mengusulkan supaya membuat suatu sistem yang kuat, sehingga kalau orang-orang penting dalam perusahaan tersebut sudah tidak ada lagi, maka perusahaan tersebut tetap bisa berjalan. Semua tinggal ikuti dan jalani sistem yang ada. Namun, yang lain mengusulkan untuk mulai sekarang mencari orang-orang yang tepat dalam posisi yang tepat supaya perusahaan itu terus bertahan ke depan. Tidak jarang kita juga meletakan harapan kita kepada sesuatu yang sementara. Tidak jarang kita juga berhenti di sini bahwa kita tidak sungguh-sungguh melihat Pribadi di balik semua peristiwa yaitu Allah yang berdaulat. Kita memutlakan satu cara yang sebenarnya relatif karena berdasarkan pada “perkataan orang banyak atau kepercayaan orang banyak atau pengalaman yang terjadi dalam sejarah.”

Yohanes mencatat bahwa kolam ini dekat Pintu Gerbang Domba. Ini adalah suatu catatan yang menyatakan pesan tersendiri. Ini adalah gerbang dimana korban bakaran dibawa untuk dipersembahkan. Bagian lain yang mencatat mengenai pintu gerbang ini yaitu dalam Nehemia 3 & 12:39 (ada 5 pintu gerbang). Kolam ini ada di dekat pintu gerbang domba karena menyatakan bahwa memang belas kasihan itu hanya bisa didapat melalui pengorbanan anak domba. Dan jelas ini menunjuk pada Kristus yang adalah Anak Domba Allah menghapus dosa dunia melalui pengorbananNya di atas salib. Kristus hadir ke tempat dimana orang-orang yang tidak punya harapan berkumpul. Ia hadir dan menyatakan kuasaNya di Pintu Gerbang Domba.

Ironis sekali, ketika Yesus Kristus yang adalah Tuhan yang mengirimkan malaikat-malaikat itu datang ke tempat itu, mereka tidak mengenali Dia. Seperti dikatakan dalam Yoh. 1:10-11, bahwa orang-orang tidak mengenali bahkan menolakNya. Bayangkan ketika kita berada dalam suatu keramaian, namun tidak ada seorang pun yang mengenali kita. Bahkan sepertinya kita ada atau tidak ada, tidak penting sama sekali. Invisible dan rejected, itu tidak nyaman sama sekali. Namun apa yang kita alami masih belum ada apa-apa dibandingkan dengan Kristus. Ia adalah Tuhan, Pencipta namun tidak dikenali dan bahkan ditolak oleh ciptaanNya. Ia adalah Tuhan yang mengutus malaikat-malaikatNya untuk menyembuhkan orang-orang di kolam tersebut. Namun ketika Ia sendiri datang, tidak ada seorang pun yang mengenaliNya. Kenapa? karena semua orang sudah meletakan harapan mereka pada sesuatu yang sementara dan salah. Padahal, Ia adalah Sumber Harapan Sejati dari semua kita. Ia adalah Sumber Pengharapan di dalam setiap pergumulan kita.

Dia adalah Sumber Harapan kita yang sejati. Jangan sampai kita menggantikan dengan harapan-harapan lain 


Senin, 22 Februari 2016

Kekristenan dan Kebudayaan

Salah satu persoalan dalam gereja yaitu knowledge dan piety, antara culture dan Christianity. Tegangan ini muncul karena adanya orang-orang yang terus membangun dasar kekristenan yang kuat yang bisa disebut sebagai “the scientific or academic tendency”. Di sisi yang lain, orang-orang yang menekankan pada practical tendency. Biasanya yang praktikal ini menekankan kesederhaan injil. Dunia adalah dunia berdosa, kita adalah manusia berdosa. Injil adalah jawaban dan jalan keluar satu-satunya. Susah sekali menemukan titik temu antara tegangan ini. Diantara tegangan ini pula ada tegangan antara kekristenan dan kebudayaan.

Pendidikan secara umum menempatkan agama dan kebudayaan secara terpisah. Bahkan semakin terpisah dipandang semakin baik. Kurang lebih 5-6 hari dalam seminggu kita belajar mengenai pengetahuan dimana studi teologi menjadi berkurang dan tidak dipandang penting. Machen mengatakan itu seperti : “We studied natural science without considering its bearing or lack of bearing upon natural theology or upon revelation. We studied Greek without opening the New Testament….” Agama dilihat sebagai suatu subjek yang berhubungan dengan emosi dan kehendak saja, tanpa intelek kepada pengetahuan lainnya.

Di sisi lain, seminari mempelajari alkitab seperti mempelajari natural science dan sejarah. Kita belajar alkitab bukan lagi semata-mata karena memiliki kerinduan pengembangan akan moral dan kerohanian saja tapi juga untuk tahu. Jadi sudah terpengaruh oleh cara berpikir dan semangat scientific. Hubungan antara knowledge dan piety, culture dan Christianity menjadi sulit diselesaikan.

Ada beberapa solusi yang ditawarkan oleh Machen:
(1) Christianity may be subordinated to culture. Posisi ini merupakan posisi mayoritas dari gereja-gereja. Kekristenan merupakan suatu human product dan bagian dari kebudayaan manusia. Tapi posisi ini akan kesulitan menyatakan bahwa kekristenan merupakan pewahyuan dari Tuhan Allah. Akibatnya yang terjadi adalah kebudayaan menghancurkan dan mendominasi kekristenan. Terjadi sinkretisme dimana sudah merubah dan mengkompromikan wahyu Allah.
(2) Christianity is the opposite extreme of culture (seeks to destroy culture). Ini mungkin lebih baik daripada sebelumnya. Tidak terlalu melihat kemanusiaan dan kebudayaan secara optimistic (dan deification). Karena dunia ini terlalu jahat dan berdosa sehingga harus ditinggalkan karena tidak bisa lagi diselamatkan. Keselamatan merupakan anugerah pemberian Allah akan hidup yang baru. Kita harus meninggalkan hidup yang lama duniawi dan berdosa (mundane life). Sehingga kekristenan seharusnya menghancurkan atau meninggalkan segala kebudayan yang ada. Karena kebudayaan dilihat sebagai suatu ikatan hidup duniawi. Mereka mengakui bahwa kekristenan memang bagian dari kebudayaan. Tapi mereka menolak necessary evil yang ada di kebudayaan. Walaupun ada sisi benar dalam hal ini, tapi faktanya kita tidak bisa begitu saja melepaskan kebudayaan. Selain itu, di alkitab juga ada bagian-bagian dimana memuji dan menikmati keindahan alam ciptaan tanpa menyangkali keberdosaan dunia ciptaan.
(3) Christianity consecration/cultivate culture. Daripada kita menghancurkan kebudayaan, mari kita membudidayakannya dan mengembangkannya dengan antusias untuk kemuliaan Tuhan. Kekristenan bukan hanya menyerap dan meliputi segala bangsa tapi juga segala pemikiran manusia. Kebudayaan harus dikritisi namun di sisi lain juga bisa dipakai untuk memuliakan Tuhan. ini merupakan posisi yang tepat sebagaimana yang dinyatakan dalam alkitab.

Ada beberapa keberatan:
(1) Mungkinkah kekristenan akan menghancurkan kebudayaan? Bukankah seni dan pengetahuan harus independen supaya dapat berkembang? Jawabannya tergantung pada sejauhmana kebergantungan satu sama lain. Ketika bergantung pada otoritas manusia, maka akan terjadi sesuatu yang fatal. Tapi ketika kebergantungannya kepada otoritas Tuhan maka akan berbeda. Justru ketika tunduk pada otoritas Tuhan, maka segala hal menjadi terangkat dan berkembang sebagaimana seharusnya. Karena Tuhan Allah adalah Pencipta segala sesuatu maka Dia bisa dengan tepat membawa ke arah mana kebudayaan manusia.
(2) Mungkinkah kebudayan menghancurkan kekristenan? Tidak mudah kekristenan tetap bertahan di tengah-tengah kebudayaan dunia. Memang mungkin lebih mudah bagi kita menjadi Kristen dengan menjauhi segala yang ada di dunia. Tapi itu merupakan suatu tindakan yang konyol. Itu seperti membiarkan musuh kita menguasai medan pertempuran. Ada orang Kristen namun kita tidak mentrasformasi pemikiran dan gaya hidup sekitar kita. Medan pertempuran itu tetap real dan semakin lama yang terjadi adalah kita yang akan kalah. Kita harus terus membentuk diri kita menjadi orang-orang Kristen yang siap di medan pertempuran. Bersama-sama menjadi orang Kristen yang kritis dan intelek (men of thought) dan mampu memberikan suatu perubahan dalam segala aspek kehidupan untuk dipersembahkan dan tunduk kepada Tuhan. Orang Kristen yang memiliki fondasi iman yang kokoh dan setia kepada firman Tuhan dan mempertanggungjawabkannya dalam segala aspek kehidupan.

Disadur dari tulisan J. Gresham Machen berjudul “Christianity and Culture”


Senin, 15 Februari 2016

‘Ku Tahu Alkitab Sungguh Benar

Penulis lagu ini bernama Baylus Benjamin McKinney. Ia lahir pada 22 Juli 1886 di Heflin, Louisiana. Dan meninggal pada 7 September 1952 di Nort Carolina. McKinney mendalami musik secara akademis di Southwestern Baptist Seminary di Texas, Amerika Serikat. Southwestern Baptist Seminary merupakan suatu seminari yang dipandang baik secara akademis dan berpengaruh. Tokoh-tokoh sekarang berpengaruh yang juga lulusan dari Southwestern Baptist Seminary yaitu Rick Warren, Paul Washer dan William Dembski. Pada 1942, ia diberikan penghargaan Doktor Musik oleh Universitas Baptis di Oklahoma. Dia aktif sebagai editor musik baik dalam suatu lembaga musik dan juga dalam sekolah minggu. Dia menulis cukup banyak lagu-lagu Kristen yang berisikan ungkapan iman kristiani (doktrinal). Salah satunya adalah lagu “Ku Tahu Alkitab Sungguh Benar”.

Lagu ini meneguhkan kembali apa yang harus dipercaya oleh orang Kristen bahwa Alkitab adalah firman Allah. Alkitab merupakan suatu buku pedoman hidup bagi orang percaya yang mengajarkan kita bagaimana menjadi seorang Kristen sejati. Seperti yang dinyatakan dalam 2 Timotius 3:16, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Diilhamkan sama artinya dengan dinafaskan oleh Allah. Alkitab adalah firman Allah yang dinafaskan dari Allah melalui para nabi, rasul dan orang-orang yang diperkenankan-Nya.

Bait 1
'Ku tahu Alkitab anugerah
yang datang dari Allah;
'Ku tahu Alkitab sungguh
benar Firman hidup dan kudus.

Ref.:
Ya tahu 'ku tahu
Alkitab sungguh benar,
S'luruhnya wahyu yang Ilahi,
Alkitab sungguh benar.

Bait 2
'Ku tahu hikayat Kristus benar,
kelahiranNya ajaib;
Dari kematian Ia bangkit
dan 'kan datang kembali.

Bait 3
'Ku tahu Alkitab memb'ri damai,
dan tetap di hatiku;
Tiap hari 'ku dipuaskanNya
dan menang atas dosa.

Bait 4
Alkitab kekal s'panjang masa,
b'ritaNya tetap baru;
KebenaranNya makin indah
bila t'rus dib'ritakan.

McKinney hidup dalam masa dimana ilmu pengetahuan dan teknologi terus dikembangkan secara luar biasa daripada sebelumnya. Modernitas yang mengandalkan rasio dan eksperiman manusia menjadi standar kebenaran menggantikan dan mempertanyakan kebenaran alkitab. Namun, jelas ekspresi iman McKinney yang tidak tergoyahan tertuang dalam setiap bait dari lagu ini. Dalam bait pertama lagu ini dinyatakan bahwa alkitab adalah anugerah dari Allah. Alkitab adalah wahyu khusus Allah diberikan kepada manusia. Dengan kata lain, McKinney menyatakan bahwa alkitab sebagai sumber kebenaran lebih tinggi dari pemikiran manusia. Bait kedua menjelaskan tentang pengajaran penting dalam alkitab yaitu mengenai Kristus yang tidak kita temukan dalam kitab-kitab lain. Kristus yaitu Firman menjadi manusia. Ia hadir dalam sejarah dan Dia-lah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Bait ketiga menjelaskan pentingnya alkitab dalam hidup manusia. Alkitab memberikan kepastian kebenaran yang membawa pada kedamaian sejati di dalam Kristus. Keempat menekankan kembali mengenai alkitab yang tak pernah ketinggalan zaman. Alkitab yang adalah firman Allah itu sangat relevan bagi kita sampai kapan pun juga.

Rabu, 06 Januari 2016

Janvier

Janvier (Ʒã.vje) merupakan kata perancis untuk januari yang sifatnya masculine. Menurut cerita, januari berasal dari nama dewa Romawi Yanus yang bermuka 2, muka 1 menghadap ke tahun yang lama dan muka 2 ke tahun yang baru. Menurut saya cerita ini merupakan ekspresi dari eksistensi manusia. Manusia membuat cerita seperti demikian untuk menjelaskan dirinya dan mengenali dirinya. Dan memang, setiap kali kita memasuki bulan januari awal tahun seolah tegangan antara masa lalu dan masa depan begitu kuat, tegangan antara yang lama dan baru begitu terasa. Namun pada dasarnya, tidak hanya di januari, manusia selalu hidup dalam tegangan masa lalu dan masa depan. Ini menyatakan keterbatasan (finite) manusia. Kalau kita merenungkan lebih jauh maka waktu hidup manusia yang secara eksistensial dihidupi merupakan seri kekinian (series of heres). Namun lebih jauh lagi, apa yang dimaksud dengan “kini” atau “sekarang”? Waktu saya katakan: “Sekarang saya menulis.” Waktu kalimat itu diucapkan segera berlalu, tidak lagi sekarang tapi yang lalu. Maka “sekarang” tidak sungguh-sungguh ada. “Sekarang” itu hanya menjadi asumsi kita untuk yang kita hidupi secara eksistensial namun tidak nyata ada. Dengan kata lain, “sekarang” hanya imajinasi kita. Dari sini kita dapat sadari betapa fana dan terbatasnya manusia. Betapa rapuhnya kita. Kita terbatas dalam ruang dan tidak mempunyai ruang. Kita terbatas dalam waktu dan tidak mempunyai waktu.

Dalam pergumulan kerapuhan ini manusia pasti memerlukan pegangan. Sesuatu yang bisa diandalkan dalam hidupnya. Setidaknya pegangan yang pasti ditengah ketidakpastian. Siapa lagi kalau bukan Tuhan Allah Pencipta dan Penebus yang sejati diajarkan oleh alkitab. Hidup tidak lagi dalam kesia-siaan. Hidup tidak lagi menjadi seri kekinian tanpa makna. Yang rapuh mendapatkan kekuatan untuk berpijak. Saya teringat akan perkataan Tuhan Yesus:

Matius 11:25-30
"Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."

Benar kita rapuh, fana dan terbatas. Namun di dalam Kristus, kita punya Allah yang Perkasa Berdaulat atas alam semesta. Dialah gunung batu kita yang kokoh yang menopang dan memimpin kita.