Selasa, 20 November 2012

Kesabaran

Yakobus 5:7 "Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi."

Salah satu pengalaman kita yang paling umum dan sulit sampai saat ini yaitu menunggu. Tidak pernah satu hari pun kita lewati tanpa pengalaman ini. Menunggu anak-anak pulang sekolah. Menunggu suami atau isteri pulang dari kerja. Menunggu makanan diantarkan padahal kita sudah memesannya 20 menit yang lalu. Menunggu antrean di salah satu pusat perbelanjaan. Menunggu lampu lalu lintas atau kemacetan di jalan. Daftarnya bisa terus berlanjut dari hal-hal yang sederhana sampai yang lebih rumit dan menantang dalam hidup kita. Kita sering menunggu dalam hidup kita dan banyak tantangan yang kita hadapi.

Kita semua tahu untuk menghadapi pengalaman ini yaitu dengan bersabar. Mungkin kita sudah mempunyai kesabaran yang luar biasa, namun ketika kita berada diantara orang-orang yang tidak sabar, kesabaran kita kembali diuji. Kesabaran sangat penting bukan hanya dalam hal “menunggu” saja tapi terlebih lagi kita yang mengaku diri sudah menjadi seorang yang beriman kepada Kristus harus memiliki kesabaran. Tertullianus (c. 160 – c. 225 M), salah seorang bapak gereja pernah menulis satu karya khusus berjudul “Tentang Kesabaran” (On Patience) kira-kira pada tahun 155 M. Dalam karyanya itu, ia mengaku bahwa dirinya bukanlah seorang yang sabar. Dan dia terus berjuang untuk menjadi orang yang sabar khususnya ketika ia menjadi seorang Kristen. Ia menyatakan bahwa kesabaran adalah salah satu sifat Allah yang harus kita teladani. Kristus sudah menunjukannya kepada kita. Tertulianus menuliskan: “Kesabaran diberikan dalam hal yang berkaitan dengan Tuhan bahwa tidak ada yang bisa memenuhi ajaran atau menjalankan suatu pekerjaan yang menyenangkan bagi TUHAN tanpa kesabaran” (Tertullian, On Patience, Ch. 1). Ada dua hal yang kita renungkan di sini: (1) Kesabaran adalah dari Tuhan dan untuk Tuhan, (2) Seorang Kristen yang terus berusaha untuk menyenangkan Tuhan harus memiliki kesabaran.

Dalam istilah latin, kata “sabar” dihubungkan dengan “penderitaan”. Kesabaran artinya suatu kemampuan untuk menanggung suatu hal yang tidak menyenangkan termasuk menanggung penderitaan secara terus-menerus tanpa keluhan. Demikian juga yang dijelaskan oleh Yakobus. Salah satu dorongan oleh Yakobus kepada orang-orang Kristen yaitu “bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan!” Yakobus menggambarkan seperti petani yang menunggu musim semi tiba. Ketika petani menunggu hasil tanahnya bisa ditunai pasti ia sempat mengalami kelaparan dan bahkan penderitaan. Karena itu, ia harus mengerjakannya dengan penuh kesabaran bahwa pasti akan tiba musim menuai hasil tanahnya.

 Bukankah ini juga yang ditunjukan oleh Tuhan sendiri kepada kita? Ketika kita membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu, maka salah satu hal penting yang kita dapati adalah cerita tentang kesabaran Tuhan atas manusia berdosa. Ia dengan sabar menanti umatNya yang terus-menerus berdosa untuk kembali kepada-Nya. Ia dengan sabar menanggung penderitaan yang seharusnya tidak dia terima di atas kayu salib. Ia dengan sabar menggenapi kedatangan-Nya kembali untuk menghakimi dunia yang berdosa. Amin.   


Small Things

Yohanes 6:9 "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"

Cerita ini adalah salah satu cerita yang sangat terkenal khususnya di kalangan sekolah minggu. Ketika sekolah minggu yang mungkin membuat kita langsung kagum dan terkesima ketika mendengar cerita ini adalah mengenai Yesus yang memberi makan 5000 orang. Itu adalah hal luar biasa. Ketika cukup dewasa dan kita kembali merenungkan bagian ini, kita tambah kagum lagi karena ternyata 5000 itu adalah jumlah laki-laki yang hadir di sana. Artinya Yesus memberi makan lebih dari 5000 orang. Sekarang kalau kita kembali merenungkan bagian ini, ternyata sangat banyak hal yang bisa membuat kita kagum. Dalam Yohanes 6:35 dinyatakan inti dari pesan ini yaitu Yesus adalah Roti Hidup. Namun, saat ini saya mengajak kita merenungkan sisi lain dari bagian ini.

Secara garis besar cerita ini paralel dengan Markus 6:30-44 (Matius 14:13-21 dan Lukas 9:10-17) . Tentunya kita melihat beberapa hal yang berbeda diantara dua bagian ini. Misalnya di dalam Markus diekspresikan bahwa tergeraklah Yesus karena belas kasihan (34). Sedangkan di Yohanes tidak. Demikian juga di dalam Markus 6:38 tidak ada dikatakan bahwa ada seorang anak kecil membawa lima roti dan dua ikan. Berbeda dengan Yohanes 6:9. Saya percaya setiap penulis injil diberikan Tuhan keunikan tersendiri sehingga masing-masing mengangkat perspektif yang unik dalam firman Tuhan. Terlebih lagi injil Yohanes, dalam kanonisasi alkitab, tidak dimasukkan dalam injil sinoptik. Jadi ada satu perspektif yang lain yang diangkat Yohanes di sini. Mengapa di Markus dicatat tapi di Yohanes tidak dan sebaliknya, mengapa di Yohanes dicatat tapi di Markus tidak.

Menarik di sini bahwa ada seorang anak kecil yang membawa lima roti dan dua ikan. Ini menjadi keunikan yang dicatat oleh Yohanes dibandingkan dengan injil lain. Ketika kita berada dalam situasi yang kurang lebih mirip dengan yang terjadi dalam peristiwa ini maka kita pasti mengatakan bahwa apa yang dibawa oleh anak kecil tersebut tidaklah cukup. Penekanan oleh penulis di sini sangat tegas: (1) anak kecil dan (2) lima roti dan dua ikan. Murid-murid Tuhan pun meragukan hal tersebut. Karena memang faktanya demikian. Siapa yang tidak bisa menghitung bahwa jumlah tersebut jauh sangat kurang dibandingkan jumlah orang yang lapar. Karena itu tidak heran ada penafsiran bahwa sebenarnya ada beberapa dari orang banyak tersebut membawa roti dalam perjalanan. Selain itu juga ada orang-orang kaya yang mengikuti Tuhan Yesus secara diam-diam yang ternyata cukup mampu menyediakan makanan untuk orang sebanyak itu. Sehingga ketika Tuhan Yesus berdoa untuk memberi makan mereka, maka orang-orang yang membawa roti dan orang-orang kaya tersebut tergerak membagikan roti mereka. Tapi alkitab jelas tidak berkata demikian. Yang ada sedikit, namun karena itu berada di dalam tangan Tuhan maka menjadi cukup untuk memberi makan banyak orang.

Demikian dalam setiap hidup kita. Banyak orang tidak terlibat dalam pelayanan karena merasa bahwa ia tidak punya apa-apa untuk dibawa kepada Tuhan. Kita berpikiran sama seperti orang yang mempunyai satu talenta karena merasa bahwa 1 talenta itu tidak ada gunanya. Jumlah itu terlalu sedikit dibandingkan dengan orang-orang lain yang memiliki 5 dan 2 talenta. Ada banyak orang lain yang memiliki ribuan roti dan ikan. Kita hanya punya sedikit bahkan mungkin lebih sedikit dari anak kecil tersebut. Point utama nya bukanlah berhenti pada kita tapi pada Tuhan. Tuhan bisa mengubah 5 roti dan 2 ikan untuk memberi makan ribuan orang. Ia bisa memakai nelayan-nelayan dari Galilea untuk menyebarkan injilNya. Ia memakai Petrus dan para muridNya untuk mempertobatkan banyak orang. Siapa mereka? mereka adalah fisherman yang diubah menjadi fisher-of-man oleh Kristus.

Edward Kimball adalah seorang guru sekolah minggu di Boston. Di suatu sabtu siang, ia memutuskan untuk mengunjungi seorang anak sekolah minggunya. Dalam pelayanannya hari itu, Dwight L. Moody mengambil komitmen untuk mengikut Kristus. Moody mempengaruhi Wilbur Chapman. Wilbur Chapman adalah seorang penginjil yang kemudian memuridkan Billy Sunday dan mengajaknya pelayanan bersama-sama dalam lembaga penginjilannya. Melalui lembaga penginjilan itu, Sunday mengadakan banyak kebaktian kebangunan rohani yang besar. Salah satunya di Charlotte, North Carolina. Di situ kemudian lembaga penginjilan dari Sunday mengundang seorang penginjil bernama Modercai Ham untuk mengadakan kebaktian kebangunan rohani di sana. Salah satu orang yang bertobat dalam kebaktian tersebut adalah Billy Graham.

Seperti Paulus mengatakan justru di dalam kelemahan-lah, kuasa dan anugerah Tuhan itu semakin nyata (1 Kor. 12:9)Allah memakai hal-hal yang sederhana untuk menyatakan kemuliaanNya yang besar.