Secara struktur mazmur ini bisa dibagi
menjadi: 1-2, 3-5, 6-8. Bagian tengah (3-5) yang diapit oleh awal dan akhir
bisa dimengerti sebagai bagian pokok pikiran (inti) dari pesan mazmur ini. Ini
sebenarnya bukan pola mazmur 121 saja, kita bisa menemukan banyak pola yang
serupa di mazmur yang lain. Pada bagian tengahnya seolah membunyikan kembali
doa berkat Bil. 6:24-26,
TUHAN memberkati
engkau dan melindungi engkau;
TUHAN menyinari
engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;
TUHAN
menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.
Tidak
mengherankan karena memang mazmur ini disampaikan dalam konteks perjalanan
ibadah (ziarah). Hal ini dikonfirmasikan lagi oleh bagian awal yaitu “gunung-gunung.” Tentu ini merupakan
suatu ungkapan simbolis. Dimana gunung-gunung dimengerti sebagai tempat pewahyuan
(revelation) dan penyembahan (worship). Ini konsep yang sangat common (umum dan universal) dalam
kepercayaan atau agama dunia. Manusia cenderung hormat dan kagum bahkan
menyembah hal-hal yang disebut oleh Rudolf Otto sebagai Mysterium Tremendum. Melihat gunung maka kita melihat kekuatan (aspek tremendum) dan kemisteriusan (aspek mysterium). Kekuatannya begitu
nyata yang mampu memberi kehidupan juga kematian. Ketika lava keluar maka tanah-tanah yang terkena lava tersebut menjadi tanah yang subur walaupun
memakan waktu yang cukup panjang. Namun dalam waktu itu terjadi maka lava itu
menghancurkan apa yang ada di sekitarnya. Kita bisa melihat dari sejarah,
gunung-gunung yang dipandang sakral karena kekuatannya memberi kehidupan dan
kematian:
1.
Gunung Toba
73.000 tahun silam menimbulkan dampak
dahsyat luar biasa hingga memusnahkan keberadaan kawasan hutan di anak benua
India yang letaknya terpisah sejauh 3.000 mil dari pusat letusan yang kini
menjadi danau Toba.
2.
Gunung Laki
Laki adalah sebuah gunung api di
Islandia yang legendaris yang telah tertidur sejak letusan terakhirnya yang
sangat dahsyat di tahun 1783 menyebabkan kerusakan di seluruh negara ketika
secara spektakuler meletus, membunuh di atas 50% populasi makhluk hidup di
Islandia dengan awan belerang dan fluorine beracunnya. Kelaparan menjadi
penyebab matinya 25% populasi tersebut. Air mancur lahar memancar hingga 1.400
meter tingginya. Seluruh dunia merasakan akibat dari letusan tersebut. Awan
beracun menyebar hingga ke Eropa, menutupi langit belahan bumi bagian utara
yang menyebabkan musim dingin datang lebih awal di Inggris dan membunuh 8.000
orang. Di Amerika Utara, musim dingin 1784 menjadi musim dingin terpanjang dan
paling dingin yang pernah tercatat. Ada catatan lebih banyak salju di New
Jersey, sungai Mississippi membeku di New Orleans, dan di ditemukan es di Teluk
Mexico!.
3.
Gunung Vesuvius
Gunung api ini menyebabkan kematian
hingga 25,000 nyawa. Ketika Vesuvius dengan letusan yang maha dahsyat di tahun
79 SM, sepenuhnya telah menguburkan kota Pompeii di bawahnya dengan memuntahkan
‘isi perutnya’ selama 20 jam nonstop. Sejak itu, gunung api ini meletus lusinan
kali dan terakhir pada tahun 1944 beberapa desa didekatnya telah dibinasakan.
4.
Gunung Tambora
Tambora adalah gunung api aktip dari
130-an gunung api yang yang ada di Indonesia. Gunung raksasa setinggi 4,300
meter telah ‘melakukan’ serangkaian ledakan dari April hingga Juni di tahun
1815 dan mengguncangkan dunia dengan after-effect-nya yang mengubah stratosfir
dan menyebabkan kelaparan yang buruk hingga ke US dan Eropa pada abad ke 19.
Secara keseluruhan, lebih 71,000 orang tewas karena terbakar, kelaparan ataupun
keracunan.
5.
Gunung Krakatau
Krakatau adalah pulau vulkanis yang still-dangerous, terletak di Selat
Sunda, Indonesia. Agustus 1883, sebuah rangkaian ledakan dahsyat yang
mengerikan dengan kekuatan 13,000 kali lebih besar dari bom Hiroshima.
Ledakannya terdengar hingga ke Perth, Australia. Muntahan lebih dari 21
kilometer kubik batu dan debu membumbung hingga setinggi 70 mil. Secara resmi,
lebih dari 37,000 orang tewas. Namun dengan tsunami yang ditimbulkannya, korban
sepertinya bisa lebih besar lagi.
6.
Gunung Pelee
Gunung api yang terletak di
Martinique, kini menjadi tujuan wisatawa di Perancis yang populer untuk
mengenang bahwa sesuatu yang sangat mematikan telah terjadi di sini. Pada tahun
1902, sebuah letusan yang terbesar di abad 20 terjadi di sini dan menewaskan
lebih dari 30,000 orang.
7.
Gunung Ruiz
Nevado Del Ruiz, Kolumbia, dikenal
karena laharnya yaitu mudflow atau longsoran yang terdiri atas air dan material
pyroclastic yang mengalir dan mematikan . Di tahun 1595, 635 orang terbunuh
setelah lumpur yang yang mendidih seperti dituangkan ke dalam sungai Guali dan
Lagunillas, dan di tahun 1845 lebih dari 1,000 orang tewas. Di tahun 1985,
sebuah letusan telah mengalirkan lahar dengan kecepatan 40 mil per jam dan
mengubur kota. Lebih dari 23,000 orang tewas.
8.
Gunung Unzen
Unzen yang terdiri dari beberapa lapis
stratovolcanoes terletak di daerah Kyushu, Jepang. Gunung api setinggi 1,500
meter ini masih aktip hingga kini. Pada tahun1792 beberapa kubah lahar roboh,
menyebabkan tsunami yang membunuh lebih 15,000 orang. Sebuah letusan terbaru di
tahun 1991 telam membunuh lebih dari 40 orang dan menyebabkan kerusakan luar
biasa pada bangunan-bangunan disekitarnya.
9.
Gunung Kelud
Sejak abad ke-15, Gunung Kelut telah
memakan korban lebih dari 15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586
merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa. Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran
lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga
kini setelah letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat
banjir lahar dingin menyapu pemukiman penduduk.
10.
Gunung Papandayan
Papandayan adalah sebuah gunung api
semi-aktif yang terletak di pulau Jawa, Indonesia. Pada 1772, gunung api ini
meletus menghancurkan 40 desa di dekatnya. Lebih dari 3,000 orang terbunuh.
Gunung api ini diperkirakan masih sangat berbahaya dan terus mengeluarkan asap
dan letusan-letusan di tahun 1923, 1942, dan terus meningkatkan kekuatannya di
tahun 2002.
11.
Gunung Lamington
Lamington adalah gunung api dengan
ketinggian 1,680 meter yang terletak di Papua New Guinea. Sialnya hingga tahun
1951, penduduk setempat di Provinsi Oro ini mengira gunung tersebut hanyalah
gunung biasa yang ditumbuhi pepohonan. Hingga suatu malam pada 18 Januari,
lahar dan asap mulai untuk keluar dari puncaknya, dan tiga hari kemudian,
sebuah ledakan sangat besar dari sisi utara, menyebabkan langit ditutupi debu
tebal dan gerimis magma bercampur uap sulfur. Dalam beberapa bulan kemudian
getaran dan letusan terus berlanjut hingga radius 10 mil. Ledakannya
menyebabkan total hampi 3,000 kematian.
Daftar di
atas (terlepas dari perdebatan waktu kejadian) merupakan contoh-contoh gunung menyatakan kekuatan dan kemisteriusannya.
Gunung seperti menjaga keseimbangan bumi. Kalau meletus maka dampaknya begitu
luar biasa bahkan sampai ke tempat yang jauh dari gunung tersebut. Hal
tersebutlah yang seringkali menjadikan gunung itu sakral. Seperti beberapa
waktu lalu, seorang yang baru saja datang dari gunung Rinjani di Lombok
bercerita bahwa ia melihat suatu ritual dijalankan oleh penduduk setempat.
Mereka chanting dan bermusik sebagai
wujud penyembahan. Selain itu juga melemparkan koin bahkan emas potongan kecil (mis.
ikan kecil) ke danau yang ada di atas gunung Rinjani. Banyak lagi cerita
seperti ini kita bisa dapatkan. Termasuk ketika seseorang ingin mencari ilham
ilahi atau dari penguasa gaib. Dimana mereka bertapa dan berpuasa dalam waktu
tertentu. Sampai seolah mendapat petunjuk ilahi.
Gunung
menjadi tempat pewahyuan dan penyembahan. Sebenarnya juga dinyatakan dalam
alkitab. Contohnya Tuhan berfirman kepada Musa di gunung Sinai. Tapi perlu
diingat bahwa yang mysterium tremendum
bukanlah gunungnya tapi ada Pribadi yang berfirman yaitu Tuhan. Karena itulah,
pemazmur mengungkapkan bahwa pertolongannya datang bukan dari gunung-gunung
yang dipandang sebagai mysterium
tremendum. Tapi dari Tuhan yang mencipta segala yang ada termasuk
gunung-gunung tersebut. Ini merupakan ungkapan iman yang luar biasa. Pemazmur
bukan menyandarkan kekuatan pada apa yang kelihatan secara kasat mata, tapi apa
yang kelihatan melalui mata iman.
Demikian
juga, seringkali kita menyandarkan pada hal-hal yang kelihatan mempunyai
kekuatan dan kemisteriusan. Mungkin masih ada orang Kristen yang percaya pada
hal-hal sakral dari gunung-gunung. Pasti ini adalah suatu hal yang salah.
Karena alkitab menyatakan bukan gunung yang penting tapi tempat itu sakral
karena Tuhan hadir dan berfirman. Tuhan Allah sejati tidak terkunci atau
terikat di satu gunung tertentu (mis. gunung Sinai). Tuhan Allah sejati
mengatasi segala ciptaan. Dia Maha Hadir. Dia menyatakan diriNya kepada siapa
Dia mau, dimana pun dan kapan pun.
Tapi bagi
kita yang tidak percaya akan gunung yang sakral, bisa saja kita terikat dengan
gunung-gunung sandaran hidup kita. Entah harta kekayaan kita yang menjadi
sandaran pertolongan kita. Kita begitu bergantung pada harta kekayaan sehingga
tanpanya kita tidak bisa hidup. Entah kepandaian kita yang membuat kita yakin
bisa mencapai kebahagiaan hidup. Kita begitu bergantung pada kepandaian kita
sampai lupa bahwa Tuhan jauh lebih pandai daripada kita. Dan Dia jauh lebih
tahu apa yang terbaik bagi kita daripada diri kita sendiri. Entah juga
kehormatan atau nama baik kita, sehingga orang lain segan dan takut dengan
kita. Yang membuat kita bahkan kompromi terhadap dunia demi nama baik kita
sendiri. Apakah gunung-gunung sandaran hidup kita?
Dari semua
itu, pemazmur mengatakan dari Tuhan-lah datang pertolongannya.
Ini
merupakan ungkapan iman terhadap providensia
Allah (harafiah berarti “melihat segala
sesuatu sebelumnya” atau “menyediakan
untuk”) yaitu bagaimana Tuhan menyatakan pemeliharaan dan perlindunganNya
atas ciptaanNya terlebih lagi umatNya. Namun yang menarik, ungkapan iman ini
muncul bukan ketika lepas dari suatu kejahatan dan penderitaan. Tidak ada
dijelaskan kejahatan dan penderitaan dalam Mazmur 121. Malahan dituliskan bahwa
konteks saat itu adalah dalam perjalanan ibadah. Dengan kata lain,
dalam suatu hal yang rutin atau keseharian dijalani. Dalam keadaan demikian pun
pemazmur menyatakan bahwa sandaran hidupnya hanyalah Tuhan, the one and only.
Dasar iman
ini dari janji Tuhan seperti dalam Bil. 6:24-26, yang salah satunya
diungkapkan: “Tuhanlah naunganmu di
sebelah tangan kananmu” (ayat 5). Kita bisa bandingkan dengan Ratapan 4:20 dan
Maz. 110:5. Ini merupakan ungkapan puitis yang begitu indah yang diungkapkan
bukan hanya saat kejahatan dan penderitaan menimpa tapi saat melakukan suatu
hal yang “rutin” dalam keseharian. Dalam keadaan demikian, pemazmur tetap
menyatakan bahwa dirinya helpless dan
bersandar pada Tuhan Allah Pencipta dan Penebus. Kesadaran self-helplessness ini sangat sulit untuk kita sadari setiap hari.
Kesadaran itu muncul hanya saat kita mengalami kejahatan dan penderitaan.
Tetapi alkitab mengajarkan pada dasarnya manusia itu lemah, terbatas dan helpless. Manusia tidak bisa menyangkali
hal ini. Yang sering menjadi masalah adalah kepada apa atau siapa manusia
menyandarkan hidupnya. Ada begitu banyak gunung-gunung sandaran hidup manusia.
Tapi hanya ada satu Pribadi yang mampu dan layak sebagai sandaran hidup kita
yaitu Tuhan Pencipta dan Penebus kita.