Senin, 01 Desember 2014

Injil = Euangelion = Good News

Markus 1:1
Beberapa hal penting yang membuat suatu berita itu menjadi berita yang baik dan buruk adalah kapan berita itu disampaikan dan dampak berita tersebut bagi pendengarnya. Seorang yang sedang kelaparan mendapat berita bahwa minuman dirumahnya melimpah, maka berita itu bisa dipandang sebagai berita tidak baik. Tapi kalau ia mendapat berita bahwa makanan dirumahnya melimpah maka itu dipandang sebagai berita yang baik. Demikian juga ketika hari ini kita mendengar orang menyampaikan bahwa sebentar lagi akan hujan, ini bukanlah berita yang baik. Tapi ketika di zaman elia, semua orang menantikan hujan, ada berita bahwa sebentar lagi akan hujan, itu menjadi berita yang baik. Artinya berita bukan sekedar dihubungkan dengan kronos tapi kairos (momen). Ada suatu hal yang membuat berita tersebut menjadi penuh makna dan kepentingannya menyangkut kehidupan manusia. Lebih lagi, berita (yang bersifat kairos) tersebut menjadi begitu penting karena dalam kronos Tuhan Allah menyampaikan kehendakNya.

Markus menuliskan injilnya bukan sebagai biografi (kronos) dari Tuhan Yesus Kristus. Tapi merupakan suatu berita tentang Tuhan Yesus Kristus. Karena itu urutan kronologis tidak terlalu diutamakan, tapi berita teologis (bersifat kairos) begitu ditekankan. Dalam gaya penulisan Timur Tengah Kuno, tidak disusun berdasarkan urutan kronologis sebagaimana gaya penulisan modern. Demikian juga injil, ditulis untuk dibacakan dengan suara yang nyaring. Banyak pendengar tidak tahu bagaimana membaca tulisan tersebut. Karena itu untuk mempermudah cara pembacaan maka ada pengulangan, penekanan dan retorika dalam penulisan. Yang diutamakan adalah berita/pesan yang akan disampaikan dalam tulisan tersebut.

Markus bisa dinyatakan sebagai orang pertama yang menggunakan istilah “injil” yang dalam bahasa yunaninya euangelion berarti kabar baik. Istilah “injil” sendiri dalam Markus diulang sebanyak 7 kali. Sedangkan dalam Lukas hanya 4 kali. Mengejutkan dalam dalam Matius dan Yohanes istilah ini tidak ada. Markus begitu menekankan berita yang diwahyukan Tuhan Allah merupakan injil ini. Tidak heran dari awal, sudah dibuka dengan kalimat: “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah” (Markus 1:1).

Penulisan injil Markus tidak lepas dari konteks saat itu. Kemungkinan besar injil Markus ditulis dalam konteks kekristenan di Roma. Yang mana kebanyakan penerima injil ini merupakan orang non yahudi (atau bukan yahudi asli). Beberapa indikasi ini didapat diantaranya dari begitu banyaknya penjelasan tentang tradisi yahudi dalam injil Markus misalnya dalam Markus 7:3-4. Dan yang lebih penting yaitu tentang pesan dari injil Markus itu sendiri yang sangat familiar dengan literature Romawi Yunani yaitu tentang “victory comes only through suffering”. Kalau kita melihat beberapa contoh dari mitologi yunani banyak diajarkan bahwa kemuliaan diperoleh dalam penderitaan. Dalam bukunya, Herodotus mencatat beberapa hal tentang legenda-legenda Yunani. Misalnya: Cleobis dan Bito. “Mereka merupakan keturunan ras Argos; kekayaan mereka cukup untuk memenuhi apa pun yang mereka inginkan, mereka juga diberkahi dengan kekuatan tubuh yang luar biasa sehingga mereka sanggup memenangkan begitu banyak penghargaan dalam berbagai pertandingan. Ada cerita suatu kali ada festival untuk menghormati dewi Juno di Argos, dan mereka harus mengantarkan sang ibunda menuju tempat perayaan tersebut dengan menggunakan sebuah kereta. Namun lembu peliharaan mereka tidak kembali pulang ke rumah tepat pada waktunya dari padang rumput. Karena kalau menunggu mereka akan terlambat, maka mereka memasang kuk ke leher mereka sendiri dan menjalankan kereta yang dinaiki oleh sang ibu. Mereka berhenti tepat di depan kuil disaksiakan oleh seluruh majelis pemuda yang berkumpul di kuil itu. Setelah itu, kehidupan mereka berakhir dengan cara yang indah. Dewa menunjukan bukti nyata yang amat jelas, bahwa kematian merupakan suatu peristiwa yang lebih indah bagi manusia dibandingkan dengan kehidupan. Para pria argos begitu memuji kekuatan luar biasa dua pemuda tersebut, para wanita memuji sang ibu yang dikaruniai dua putra demikian hebat. Sang ibu memohon kepada dewa agar 2 anaknya diberikan anugerah tertinggi dapat dicapai oleh umat manusia. Dua pemuda ini kemudian tertidur di kuil dan meninggal dalam tidurnya. Rakyat argos memandang mereka sebagai sosok terbaik diantara seluruh umat manusia. Untuk itu mereka membangun patung-patung pemujaan bagi keduanya, mereka tempatkan di kuil Delphi.” Selain itu, cerita yang terkenal yaitu tentang Achiles. Yang mana suatu kali diberikan pilihan: mati muda namun terkenal (memperoleh kemuliaan) atau mati tua menjadi seorang petani. Die as a hero or live as a loser. Achiles memilih mati muda namun memperoleh kemuliaan.

Berita “victory comes only through suffering” dalam injil Markus sungguh menjadi kabar baik (injil) karena konteks saat itu dimana kekristenan mengalami banyak penganiayaan di Roma. Sejak tahun 49 Masehi, kekristenan sangat sulit berkembang di Roma. Bahkan banyak yang diusir dari Roma. Puncaknya yaitu tahun 64-68 dimana Nero menganiaya banyak sekali orang-orang Kristen. Ini membuat banyak orang Kristen menjadi ketakutan. Dalam penganiayaan tersebut ada beberapa pilihan: mati dalam penganiayaan atau lari jauh dari penganiayaan.

Injil ini menjadi suatu kabar baik dimana ternyata kematian bukanlah menjadi sesuatu yang harus ditakuti atau dihindari. Tapi merupakan suatu jalan menuju kemuliaan yang lebih tinggi. Terlebih lagi karena kematian tersebut adalah kematian sebagai saksi Kristus. Selaras dengan apa yang dinyatakan oleh Petrus (bapak rohani dari Markus): Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah (1 Peter 2:20).