Markus 1:1
Beberapa hal penting yang membuat suatu berita itu menjadi berita yang
baik dan buruk adalah kapan berita itu disampaikan dan dampak berita tersebut
bagi pendengarnya. Seorang yang sedang kelaparan mendapat berita bahwa minuman
dirumahnya melimpah, maka berita itu bisa dipandang sebagai berita tidak baik. Tapi
kalau ia mendapat berita bahwa makanan dirumahnya melimpah maka itu dipandang
sebagai berita yang baik. Demikian juga ketika hari ini kita mendengar orang
menyampaikan bahwa sebentar lagi akan hujan, ini bukanlah berita yang baik. Tapi
ketika di zaman elia, semua orang menantikan hujan, ada berita bahwa sebentar
lagi akan hujan, itu menjadi berita yang baik. Artinya berita bukan sekedar
dihubungkan dengan kronos tapi kairos (momen). Ada suatu hal yang
membuat berita tersebut menjadi penuh makna dan kepentingannya menyangkut
kehidupan manusia. Lebih lagi, berita (yang bersifat kairos) tersebut
menjadi begitu penting karena dalam kronos Tuhan Allah menyampaikan
kehendakNya.
Markus menuliskan injilnya bukan sebagai biografi (kronos) dari
Tuhan Yesus Kristus. Tapi merupakan suatu berita tentang Tuhan Yesus Kristus.
Karena itu urutan kronologis tidak terlalu diutamakan, tapi berita teologis (bersifat
kairos) begitu ditekankan. Dalam gaya penulisan Timur Tengah Kuno, tidak
disusun berdasarkan urutan kronologis sebagaimana gaya penulisan modern. Demikian
juga injil, ditulis untuk dibacakan dengan suara yang nyaring. Banyak pendengar
tidak tahu bagaimana membaca tulisan tersebut. Karena itu untuk mempermudah
cara pembacaan maka ada pengulangan, penekanan dan retorika dalam penulisan. Yang
diutamakan adalah berita/pesan yang akan disampaikan dalam tulisan tersebut.
Markus bisa dinyatakan sebagai orang pertama yang menggunakan istilah “injil”
yang dalam bahasa yunaninya euangelion berarti kabar baik. Istilah “injil” sendiri dalam Markus diulang sebanyak 7 kali. Sedangkan dalam
Lukas hanya 4 kali. Mengejutkan dalam dalam Matius dan Yohanes istilah ini
tidak ada. Markus begitu menekankan berita yang diwahyukan Tuhan Allah
merupakan injil ini. Tidak heran dari awal, sudah dibuka dengan kalimat: “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus,
Anak Allah” (Markus 1:1).
Penulisan injil Markus tidak lepas dari konteks saat itu. Kemungkinan besar
injil Markus ditulis dalam konteks kekristenan di Roma. Yang mana kebanyakan penerima injil ini merupakan
orang non yahudi (atau bukan yahudi asli). Beberapa indikasi ini didapat diantaranya
dari begitu banyaknya penjelasan tentang tradisi yahudi dalam injil Markus
misalnya dalam Markus 7:3-4. Dan yang
lebih penting yaitu tentang pesan dari injil Markus itu sendiri yang sangat
familiar dengan literature Romawi Yunani yaitu tentang “victory comes only through suffering”. Kalau kita melihat
beberapa contoh dari mitologi yunani banyak diajarkan bahwa kemuliaan diperoleh
dalam penderitaan. Dalam bukunya, Herodotus mencatat beberapa hal tentang
legenda-legenda Yunani. Misalnya: Cleobis dan Bito. “Mereka merupakan
keturunan ras Argos; kekayaan mereka cukup untuk memenuhi apa pun yang mereka
inginkan, mereka juga diberkahi dengan kekuatan tubuh yang luar biasa sehingga
mereka sanggup memenangkan begitu banyak penghargaan dalam berbagai
pertandingan. Ada cerita suatu kali ada festival untuk menghormati dewi Juno di
Argos, dan mereka harus mengantarkan sang ibunda menuju tempat perayaan
tersebut dengan menggunakan sebuah kereta. Namun lembu peliharaan mereka tidak
kembali pulang ke rumah tepat pada waktunya dari padang rumput. Karena kalau
menunggu mereka akan terlambat, maka mereka memasang kuk ke leher mereka
sendiri dan menjalankan kereta yang dinaiki oleh sang ibu. Mereka berhenti
tepat di depan kuil disaksiakan oleh seluruh majelis pemuda yang berkumpul di
kuil itu. Setelah itu, kehidupan mereka berakhir dengan cara yang indah. Dewa
menunjukan bukti nyata yang amat jelas, bahwa kematian merupakan suatu
peristiwa yang lebih indah bagi manusia dibandingkan dengan kehidupan. Para
pria argos begitu memuji kekuatan luar biasa dua pemuda tersebut, para wanita
memuji sang ibu yang dikaruniai dua putra demikian hebat. Sang ibu memohon
kepada dewa agar 2 anaknya diberikan anugerah tertinggi dapat dicapai oleh umat
manusia. Dua pemuda ini kemudian tertidur di kuil dan meninggal dalam tidurnya.
Rakyat argos memandang mereka sebagai sosok terbaik diantara seluruh umat
manusia. Untuk itu mereka membangun patung-patung pemujaan bagi keduanya,
mereka tempatkan di kuil Delphi.” Selain itu, cerita yang terkenal yaitu
tentang Achiles. Yang mana suatu kali diberikan pilihan: mati muda
namun terkenal (memperoleh kemuliaan) atau mati tua menjadi seorang petani. Die as
a hero or live as a loser. Achiles memilih mati muda namun memperoleh
kemuliaan.
Berita “victory comes only
through suffering” dalam injil Markus sungguh menjadi kabar baik
(injil) karena konteks saat itu dimana kekristenan mengalami banyak
penganiayaan di Roma. Sejak tahun 49 Masehi, kekristenan sangat sulit
berkembang di Roma. Bahkan banyak yang diusir dari Roma. Puncaknya yaitu tahun
64-68 dimana Nero menganiaya banyak sekali orang-orang Kristen. Ini membuat
banyak orang Kristen menjadi ketakutan. Dalam penganiayaan tersebut ada
beberapa pilihan: mati dalam penganiayaan atau lari jauh dari penganiayaan.
Injil ini
menjadi suatu kabar baik dimana ternyata kematian bukanlah menjadi sesuatu yang
harus ditakuti atau dihindari. Tapi merupakan suatu jalan menuju kemuliaan yang
lebih tinggi. Terlebih lagi karena kematian tersebut adalah kematian sebagai
saksi Kristus. Selaras dengan apa yang dinyatakan oleh Petrus (bapak rohani dari
Markus): Tetapi jika kamu
berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia
pada Allah (1 Peter 2:20).