Surat Yakobus ditujukan kepada umat Kristen di
perantauan. Surat ini memberikan pedoman hidup teoritis dan praktis bagi umat
Kristen sehari-hari. Umat Kristen sendiri dalam makna yang lebih luas merupakan
seorang perantauan di dalam dunia. Kita yang percaya Kristus bukanlah dari
dunia, namun kita ada di dalam dunia. Pertanyaan penting yang mesti kita
gumulkan adalah “Bagaimana kita seharusnya hidup sebagai seorang Kristen di
dalam dunia?”
Kita semua dikelilingi banyak kepercayaan dan
agama yang bukan Kristen. Dalam Yakobus 1:26-27 diajarkan mengenai ciri khas
agama sejati (kekristenan sejati): mengekang
lidah, memperhatikan kaum marginal (miskin dll) dan tidak dicemarkan oleh
dunia. Agama sejati yang dimaksudkan adalah agama yang alkitabiah bukan
agama dalam arti usaha manusia. Secara sederhana dapat dipahami bahwa
kekristenan yang alkitabiah mesti memiliki ciri ini: mengekang lidah,
memperhatikan kaum marginal (miskin dll) dan tidak dicemarkan oleh dunia.
Yakobus bukan hanya memberikan bagaimana
kekristenan seharusnya (what ought) tapi juga memberikan peringatan penting
bagi kekristenan yaitu favoritisme. Saya sendiri cukup
terkejut dengan peringatan ini. Karena umumnya peringatan seperti jangan
membunuh, mencuri atau harus jujur, jangan ada ilah palsu, doktrin jangan
sesat, dll tapi ternyata favoritisme.
Janganlah justru akar semua dari peringatan umum yang disebutkan tadi adalah favoritisme. Dalam pemahaman sederhana, favoritisme dapat dipahami juga sebagai “pemberhalaan”
yang mengantar pada banyak dosa dan kejahatan lainnya.
Prosopolepsia diterjemahkan LAI “tidak
memandang muka” merupakan terjemahan hyper-literal
yang memang cukup jelas. Ada juga alkitab yang menterjemahkannya sebagai favoritism (NIV) atau partiality (ESV dan KJV). Prosopolepsia dapat dipahami sebagai “the fault of one
who when called on to give judgment has respect of the outward circumstances of man
and not to their intrinsic merits, and so prefers, as the more worthy, one who
is rich,
high born, or powerful, to another who does not have these qualities”
(memihak seseorang berdasarkan penilaian lahiriah).
Semua terjemahan ini menyatakan peringatan
tentang favoritisme dimana kita semua
cenderung menilai sesuatu berdasarkan pada hal-hal lahiriah. Suatu kali ada
penelitian bahwa manusia memang memandang muka: si A menggunakan pakaian yang
rapi dan bagus warna abu2 kemudian pura-pura minta tolong ke orang lain di
pinggir jalan untuk meminjamkan uangnya. Si A menunjukkan identitasnya: nama,
alamat, nomor handphone. Ia akan mengembalikan uang yang dipinjam setelah sampai rumahnya. Di
lain waktu, si A menggunakan pakaian sama dengan warna hitam. Kesimpulannya: hasil
berbeda, manusia cenderung favoritisme.
Seorang sosiologist,
Katherine Congar melakukan penelitian 384 pasangan adik kakak mengenai bagaimana
orangtua memperlakukan mereka masing-masing. Sikap orangtua terkadang tanpa
disadari memihak pada satu anak dan mempengaruhi mental saudaranya, orang tua
cenderung memberikan sikap dan perhatian yang berbeda biasanya orangtua memang
memberikan perhatian lebih pada anak sulung. Sekali lagi penelitian ini
menyatakan bahwa manusia sulit lepas dari favoritisme.
Ada banyak contoh di alkitab mengenai
favoritisme bahkan tokoh-tokoh iman pun tidak lepas dari hal ini. Misalnya saja
dalam Kejadian 25:28, Ishak sayang kepada Esau, sebab
ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub. Kata sayang
dan kasih merupakan kata yang sama
dalam ibraninya yaitu 'ahab atau 'aheb. Istilah ini menjelaskan tentang
semua jenis kasih termasuk juga kasih kepada benda atau makanan dan bahkan
kepada Tuhan. Berbeda dengan kasih dalam istilah Yunani yang ada beberapa macam
sehingga kita bisa membedakannya: agape,
philia, storge, eros. Ketika dikatakan ishak sayang kepada Esau bisa juga
diartikan bahwa kasih sayang ishak itu sama dengan ketika ia kasih kepada
Tuhan. Dan yang menjadi perhatian lagi adalah alasan Ishak mengasihi Esau yaitu
sebab
ia suka makan daging buruan. Ini merupakan hal lahiriah. Ishak
memfavoritkan Esau karena hal-hal lahiriah.
Contoh lain favoritisme yaitu Yakub mengasihi
Yusuf. Kejadian 37:3, Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab
Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh
membuat jubah yang maha indah bagi dia. Yakub begitu mengasihi Yusuf, kenapa? sebab
Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya. Alasannya adalah hal
lahiriah. Bahkan ketika mendengar berita bahwa yusuf mati, alkitab mengatakan: Kejadian
37:35, Sekalian anaknya laki-laki dan
perempuan berusaha menghiburkan dia, tetapi ia menolak dihiburkan, serta
katanya: "Tidak! Aku akan berkabung, sampai aku turun mendapatkan anakku,
ke dalam dunia orang mati!"
Gereja mula-mula pun
tidak lepas dari favoritisme. 1 Korintus 1:12 Yang aku maksudkan ialah, bahwa
kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan
Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus. Mungkin
kita bertanya: “Bukankah ini keteladanan?” Favoritisme beda dengan keteladanan.
Ketika meneladani seseorang yang memang kita kagumi, mestinya kita tidak
memandang rendah yang lain. Sedangkan favoritisme adalah semacam fanatis sempit
terhadap sesuatu atau seseorang yang kita kagumi sampai kita memujanya dan
memandang semua yang tentangnya adalah benar dan yang lain salah. Paulus memperingati
tentang “penggolongan” karena hal tersebut tentu tidak alkitabiah dan yang
pasti mengarah pada fanatisme sempit yang memandang kelompok lain lebih rendah dan
bahkan salah.
Favoritisme merusak tiga elemen agama sejati:
(1) menggunakan lidah menghina sesama dan false judgement, 2:4.
(2) favoritisme itu tidak menghargai sesama
(kaum marginal), 2:5-6.
(3) favoritisme itu duniawi, 2:6-7.
Teladan
Kristus
1. Kristus telah mati
untuk semua orang
2 Korintus 5:15-16, Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang
hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah
mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Sebab itu kami tidak lagi menilai
seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus
menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian.
Kolose 3:9-11 Jangan lagi kamu saling mendustai,
karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan
manusia baru yang terus-menerus diperbaharui
untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya; dalam
hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang
tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi
Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.
2. Kristus merendahkan
diri menjadi “tidak masuk hitungan” (bukan favorit)
Matius
27:16-22
Yesus Kristus vs Yesus Barabas. Yesus Kristus
tidak difavoritkan, justru Barabas yang menang “pemilu” karena hasutan para imam. Suara rakyat (orang banyak)
belum tentu suara Tuhan (vox populi vox Dei).
Yesaya 53:2-5 Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan
TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak
ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita
menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh
kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga
orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.
Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita
yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas
Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh
karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan
kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Kiranya kita terus mengevaluasi diri kita, apakah
masih ada favoritisme dalam diri kita entah kita sadari atau tidak kita sadari?
Apakah kita masih mengutamakan hal-hal lahiriah dalam menilai orang lain?
Apakah kita hanya menghargai orang-orang yang secara lahiriah “ok” dalam penglihatan kita sedangkan
yang “tidak ok” tidak kita hargai?
Kristus menjadi “tidak masuk hitungan” dan mati
bagi kita yang berdosa supaya kita tidak lagi bermegah dan menilai berdasarkan
hal-hal lahiriah tapi bermegah dalam Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar