Rabu, 27 Juli 2016

Waspadai Favoritisme

Yakobus 2:1-7

Surat Yakobus ditujukan kepada umat Kristen di perantauan. Surat ini memberikan pedoman hidup teoritis dan praktis bagi umat Kristen sehari-hari. Umat Kristen sendiri dalam makna yang lebih luas merupakan seorang perantauan di dalam dunia. Kita yang percaya Kristus bukanlah dari dunia, namun kita ada di dalam dunia. Pertanyaan penting yang mesti kita gumulkan adalah “Bagaimana kita seharusnya hidup sebagai seorang Kristen di dalam dunia?”

Kita semua dikelilingi banyak kepercayaan dan agama yang bukan Kristen. Dalam Yakobus 1:26-27 diajarkan mengenai ciri khas agama sejati (kekristenan sejati): mengekang lidah, memperhatikan kaum marginal (miskin dll) dan tidak dicemarkan oleh dunia. Agama sejati yang dimaksudkan adalah agama yang alkitabiah bukan agama dalam arti usaha manusia. Secara sederhana dapat dipahami bahwa kekristenan yang alkitabiah mesti memiliki ciri ini: mengekang lidah, memperhatikan kaum marginal (miskin dll) dan tidak dicemarkan oleh dunia.  

Yakobus bukan hanya memberikan bagaimana kekristenan seharusnya (what ought) tapi juga memberikan peringatan penting bagi kekristenan yaitu favoritisme. Saya sendiri cukup terkejut dengan peringatan ini. Karena umumnya peringatan seperti jangan membunuh, mencuri atau harus jujur, jangan ada ilah palsu, doktrin jangan sesat, dll tapi ternyata favoritisme. Janganlah justru akar semua dari peringatan umum yang disebutkan tadi adalah favoritisme. Dalam pemahaman sederhana, favoritisme dapat dipahami juga sebagai “pemberhalaan” yang mengantar pada banyak dosa dan kejahatan lainnya.

Prosopolepsia diterjemahkan LAI “tidak memandang muka” merupakan terjemahan hyper-literal yang memang cukup jelas. Ada juga alkitab yang menterjemahkannya sebagai favoritism (NIV) atau partiality (ESV dan KJV). Prosopolepsia dapat dipahami sebagai “the fault of one who when called on to give judgment has respect of the outward circumstances of man and not to their intrinsic merits, and so prefers, as the more worthy, one who is rich, high born, or powerful, to another who does not have these qualities” (memihak seseorang berdasarkan penilaian lahiriah).

Semua terjemahan ini menyatakan peringatan tentang favoritisme dimana kita semua cenderung menilai sesuatu berdasarkan pada hal-hal lahiriah. Suatu kali ada penelitian bahwa manusia memang memandang muka: si A menggunakan pakaian yang rapi dan bagus warna abu2 kemudian pura-pura minta tolong ke orang lain di pinggir jalan untuk meminjamkan uangnya. Si A menunjukkan identitasnya: nama, alamat, nomor handphone. Ia akan mengembalikan uang  yang dipinjam setelah sampai rumahnya. Di lain waktu, si A menggunakan pakaian sama dengan warna hitam. Kesimpulannya: hasil berbeda, manusia cenderung favoritisme.

Seorang sosiologist, Katherine Congar melakukan penelitian 384 pasangan adik kakak mengenai bagaimana orangtua memperlakukan mereka masing-masing. Sikap orangtua terkadang tanpa disadari memihak pada satu anak dan mempengaruhi mental saudaranya, orang tua cenderung memberikan sikap dan perhatian yang berbeda biasanya orangtua memang memberikan perhatian lebih pada anak sulung. Sekali lagi penelitian ini menyatakan bahwa manusia sulit lepas dari favoritisme.

Ada banyak contoh di alkitab mengenai favoritisme bahkan tokoh-tokoh iman pun tidak lepas dari hal ini. Misalnya saja dalam Kejadian 25:28, Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub. Kata sayang dan kasih merupakan kata yang sama dalam ibraninya yaitu 'ahab atau 'aheb. Istilah ini menjelaskan tentang semua jenis kasih termasuk juga kasih kepada benda atau makanan dan bahkan kepada Tuhan. Berbeda dengan kasih dalam istilah Yunani yang ada beberapa macam sehingga kita bisa membedakannya: agape, philia, storge, eros. Ketika dikatakan ishak sayang kepada Esau bisa juga diartikan bahwa kasih sayang ishak itu sama dengan ketika ia kasih kepada Tuhan. Dan yang menjadi perhatian lagi adalah alasan Ishak mengasihi Esau yaitu sebab ia suka makan daging buruan. Ini merupakan hal lahiriah. Ishak memfavoritkan Esau karena hal-hal lahiriah.

Contoh lain favoritisme yaitu Yakub mengasihi Yusuf. Kejadian 37:3, Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. Yakub begitu mengasihi Yusuf, kenapa? sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya. Alasannya adalah hal lahiriah. Bahkan ketika mendengar berita bahwa yusuf mati, alkitab mengatakan: Kejadian 37:35, Sekalian anaknya laki-laki dan perempuan berusaha menghiburkan dia, tetapi ia menolak dihiburkan, serta katanya: "Tidak! Aku akan berkabung, sampai aku turun mendapatkan anakku, ke dalam dunia orang mati!"

Gereja mula-mula pun tidak lepas dari favoritisme. 1 Korintus 1:12  Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus. Mungkin kita bertanya: “Bukankah ini keteladanan?” Favoritisme beda dengan keteladanan. Ketika meneladani seseorang yang memang kita kagumi, mestinya kita tidak memandang rendah yang lain. Sedangkan favoritisme adalah semacam fanatis sempit terhadap sesuatu atau seseorang yang kita kagumi sampai kita memujanya dan memandang semua yang tentangnya adalah benar dan yang lain salah. Paulus memperingati tentang “penggolongan” karena hal tersebut tentu tidak alkitabiah dan yang pasti mengarah pada fanatisme sempit yang memandang kelompok lain lebih rendah dan bahkan salah.

Favoritisme merusak tiga elemen agama sejati:
(1) menggunakan lidah menghina sesama dan false judgement, 2:4.
(2) favoritisme itu tidak menghargai sesama (kaum marginal), 2:5-6.
(3) favoritisme itu duniawi, 2:6-7.

Teladan Kristus
1. Kristus telah mati untuk semua orang
2 Korintus 5:15-16, Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian.

Kolose 3:9-11  Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya; dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.

2. Kristus merendahkan diri menjadi “tidak masuk hitungan” (bukan favorit)
Matius 27:16-22
Yesus Kristus vs Yesus Barabas. Yesus Kristus tidak difavoritkan, justru Barabas yang menang “pemilu” karena hasutan para imam. Suara rakyat (orang banyak) belum tentu suara Tuhan (vox populi vox Dei).

Yesaya 53:2-5  Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

Kiranya kita terus mengevaluasi diri kita, apakah masih ada favoritisme dalam diri kita entah kita sadari atau tidak kita sadari? Apakah kita masih mengutamakan hal-hal lahiriah dalam menilai orang lain? Apakah kita hanya menghargai orang-orang yang secara lahiriah “ok” dalam penglihatan kita sedangkan yang “tidak ok” tidak kita hargai?


Kristus menjadi “tidak masuk hitungan” dan mati bagi kita yang berdosa supaya kita tidak lagi bermegah dan menilai berdasarkan hal-hal lahiriah tapi bermegah dalam Kristus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar