Senin, 12 Januari 2015

Masa Lalu dalam Sudut Pandang Alkitab


Titian, seorang pelukis italia saat umur kira-kira 75-80 tahun melukis satu lukisan berjudul Allegory of Prudence (1565). Lukisan ini menggambarkan 3 wajah manusia dan 3 kepala binatang. Wajah yang tua menghadap ke kiri ada yang menyatakan modelnya adalah Titian sendiri yang memang sudah tua saat itu. Ini mewakili masa lalu. Yang ditengah menghadap ke depan wajah laki-laki dewasa yang adalah anak Titian, Orazio yang mewakili masa kini. Dan yang menghadap ke kanan adalah seorang muda yang modelnya adalah keponakan dari Titian yang mewakili masa depan. Bisa juga dimengerti: memory (ingatan masa lalu), intelligence (kecerdasan/hikmat hidup masa kini), foresight (tinjauan masa depan). Tidak heran para penafsir menyatakan lukisan ini mengaitkan antara waktu dan kebijaksanaan/hikmat. Sebagaimana judul yang diberikan dan motto yang tertulis di lukisan tersebut dalam bahasa latin yang diterjemahkan menjadi: “from the past /the present acts prudently/lest it spoil future action” (Dari contoh masa lalu, manusia masa kini bertindak bijaksana supaya tidak menghancurkan masa depan).

Manusia adalah makhluk yang memiliki kepekaan terhadap waktu dan diikat oleh waktu (masa lalu, masa kini dan masa depan). Karena memang manusia dicipta begitu unik sekali. Manusia dicipta dengan 2 unsur di dalamnya yaitu kekekalan dan kesementaraan. Dalam Kejadian 2:7, dikatakan manusia dibentuk dari debu tanah (kesementaraan) dan nafas hidup dalam istilah aslinya bisa diartikan sebagai roh (kekekalan). Tumbuh-tumbuhan dan binatang bernafas tapi beda dengan nafas hidup yang diberikan pada manusia. Nafas hidup di sini berarti roh yang bersifat kekal. Karena itu hanya manusia yang memiliki kepekaan waktu terlebih lagi memikirkan kehidupan sesudah kematian.

Kepekaan waktu binatang dan tumbuhan beda dengan kepekaan manusia. Salah satu binatang yang tersingkat umurnya adalah lalat capung yang berumur 1-24 jam saja. Apa dia tahu umurnya pendek? Secara insting (tingkat kesadaran paling rendah) ia tahu karena itu merespon itu, langsung mempunyai banyak keturunan dalam waktu singkat. Coba kalau kita tahu bahwa umur kita 1-24 jam lagi. Apa respon akan sama ? Saya yakin pasti beda. Kepekaan terhadap waktu ini membuat manusia memikirkan makna hidup. Karena itu waktu dikaitkan juga dengan hikmat kebijaksanaan. Semakin seseorang memiliki kepekaan waktu dan bagaimana menggunakannya, orang tersebut semakin berhikmat.

Pengkotbah 7:10
“Janganlah mengatakan: "Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?" Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu.”

Kitab pengkotbah merupakan salah satu masuk dalam kategori kitab hikmat. Tidak heran juga di dalamnya kita akan menemukan adanya ajaran-ajaran hikmat dalam konteks zaman itu. Yang ternyata juga sangat relevan dengan kita sekarang. Salah satunya ada yang mengatakan: “zaman dulu lebih baik daripada zaman sekarang”. Sama sekarang, kita sering menerima pengajaran hikmat seperti: “Belajarlah dari pengalaman.” Kalimat ini tepat, tapi kalau sudah mentuhankan pengalaman jadi salah. Pengalaman yang lewat hanya jadi bandingan, bukan standar mutlak. Apalagi kalau itu soal hal-hal yang bukan prinsip.

Orang yang menyatakan bahwa “Zaman dulu lebih baik daripada zaman sekarang” adalah Orang yang tidak siap untuk menerima masa kini dan masa akan datang. Yang juga orang yang belum siap untuk memulai hal yang baru. Karena dalam Pengkotbah 7:14 dikatakan bahwa setiap zaman ada baik dan buruknya. Membandingkan zaman dengan zaman itu sangat tidak setara karena konteks beda, orang-orang beda, pemikiran beda, teknologi beda, kebudayaan beda dll. Kita bandingkan zaman Abraham dengan sekarang. Sulit. Dalam hal kepercayaan dan teknologi saja. Pergumulan zaman Abraham, tidak ada gps atau google maps. Semua dunia polytheism, Abraham monotheism. Kelebihannya Tuhan berbicara langsung. Abraham tidak lagi mereka-reka atau terjadi salah tafsir akan firman Tuhan. Bagaimana sekarang? Sekarang monotheism tidak sendiri. Teknologi maju. Tapi penafsiran firman Tuhan beragam bahkan banyak sesat. Semua mengklaim dari alkitab sumber yang sama. Setiap zaman ada baik dan buruknya. Yang baik terus dikembangkan, yang buruk ditinggalkan dan dijadikan pelajaran.

Apa yang diberikan masa lalu yang relevan bagi hidup kita dalam sudut pandang alkitab?

1. Kegagalan/kesalahan menimbulkan Penyesalan (Filipi 3:13-14)
“Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”

Kalau kita merenungkan masa lalu. Maka pasti kita mengakui bahwa masa lalu adalah masa dimana ada banyak kegagalan atau kesalahan yang kita pikirkan, katakan, putuskan dan lakukan. Kegagalan atau kesalahan tersebut akhirnya jadi penyesalan di masa sekarang. Bahkan tidak jarang kita menjadi trauma dan sulit untuk maju. 

Salah satu tokoh alkitab yang melihat masa lalu dengan banyak kegagalan dan kesalahan yaitu Yudas. Bedanya Yudas dan Petrus di sini. Sama-sama menyadari apa yang sudah dilakukan adalah salah dan dosa. Tapi Petrus bertobat, Yudas tidak. Kenapa karena Yudas dihantui rasa bersalah masa lalu tidak mampu melihat harapan keselamatan di masa akan datang atau haru baru hidupnya.  

Kalau kita lihat masa lalu Paulus, maka bisa kita bayangkan itu merupakan hal yang berat mempunyai masa lalu demikian. Itu sama mungkin seorang hamba Tuhan (pimpinan) dari FPI atau ISIS, sekarang jadi hamba Tuhan. Tidak heran, saat itu secara sosial Paulus pun tidak dengan segera dipercayai. Secara pribadi pun, pasti mungkin Paulus akan jadi hamba Tuhan yang minder: “Orang yang bunuh orang Kristen sekarang ngajarin kita akan firman Tuhan. Orang seperti itu harus dihukum aja.”

2. Keberhasilan menimbulkan kesombongan (Filipi 3:13-14)
Arti Filipi 3:13 bukan hanya berarti melupakan segala kesalahan dan kegagalan masa lalu. Tapi juga melupakan keberhasilan yang mungkin patut menjadi kebanggaan di masa lalu.  Demikian ketika kita melihat ke belakang, masa lalu. Maka kita melihat pertama, masa dimana banyak kesalahan dan kegagalan. Kedua, masa dimana banyak keberhasilan dan kesuksesan yang patut dibanggakan.

Paulus mencatat satu sisi kesalahan dan kegagalan. Tapi juga merupakan hal yang mungkin achievement atau keberhasilannya. Di sisi lain dia mau mengatakan: “Hal yang patut dibanggakan dalam masa laluku adalah betapa giatnya aku bekerja demi nama TUhan.”

Kalau kita masuk ke rumah orang, ada orang-orang yang pasang foto dengan orang-orang yang dihormati. Dengan pejabat atau president dll. Momen-momen dalam hidup yang membanggakan. Ada juga yang pasang piala-pialanya. Setiap KKR di sekolah-sekolah, pasti ada piala-piala. Ada banyak sekolah yang mempunyai banyak piala. Tapi waktu saya datang, sekolahnya sudah tidak bagus lagi. Kebanggaan hanya tinggal kenangan.

3. Pimpinan dan Penyertaan Tuhan (Mzm. 143:5)
“Aku teringat kepada hari-hari dahulu kala, aku merenungkan segala pekerjaan-Mu, aku memikirkan perbuatan tangan-Mu.”

Ketika kita merenungkan masa lalu, seharusnya kita tidak berhenti pada kesalahan dan keberhasilan yang sudah terjadi di waktu yang lewat. Tapi kita merenungkan karya Tuhan yang sudah dikerjakanNya. Seperti pemazmur mengatakan: “Aku teringat kepada hari-hari dahulu kala, aku merenungkan segala pekerjaan-Mu, aku memikirkan perbuatan tangan-Mu.”

Sejarah bukan hanya catatan kegagalan atau keberhasilan manusia, tapi catatan karya Tuhan nyata dalam kehidupan manusia berdosa dan sementara ini. Karena itu, kita tidak henti kagum dengan penuh ucapan syukur kepada Tuhan atas apa yang sudah terjadi entah mungkin itu tidak baik atau pun baik bagi kita. Karena semuanya terjadi bukan tanpa campur tangan Tuhan. 

Biarkan masa lalu berlalu, serahkan saja semua kepada Kristus. Tinggalkan segala kegagalan dan kebanggaan masa lalu ke dalam tangan Kristus. Dan melangkahlah bersamaNya menuju masa depan yang tak terelakkan.