Maz. 55:23
Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia
akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar
itu goyah.
Maz. 55:23
Cast thy burden upon the LORD, and he
shall sustain thee: he shall never suffer the righteous to be moved. (KJV)
(1)
penganiyaan dan bahaya (ayat 4);
(2) kondisi sosial yang mengecewakan (ayat
10c–12). Kejahatan sosial terjadi dimana-mana menimpa semua orang
termasuk orang percaya kepada Tuhan Allah;
(3) teman dekat yang
tidak setia (ayat 14). Ini mungkin yang paling mengecewakan. Orang
yang seharusnya mendukung dan menguatkan saat susah justru menimbulkan
kekecewaan bahkan mengkhianati kita.
Ketika menghadapi ini
semua apa respon pemazmur? Ada 2 respon pemazmur:
1. Terbang jauh (fly away - ayat 7-9)
Ini merupakan respon umum yang hampir kita
semua juga pikirkan. Ketika ada masalah-masalah dalam hidup kita, salah satu
hal yang terpikirkan adalah pergi jauh meninggalkan masalah tersebut. Kenapa
orang bunuh diri? Karena mereka ingin pergi jauh dari kepahitan hidup. Kenapa
orang berpindah kerja? Mungkin karena mereka tidak lagi merasa nyaman dengan
pekerjaan mereka. Ada banyak orang pergi tempat-tempat hiburan karena ingin pergi
jauh melupakan masalah-masalah hidup.
“Terbang jauh” merupakan respon yang sangat manusiawi. Ada banyak masalah yang bisa kita selesaikan, namun ada lebih banyak lagi masalah yang tidak bisa kita selesaikan. Ketika manusia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi terhadap masalahnya, umumnya, kita semua ingin pergi jauh. Dalam kekristenan, sikap ini pun merupakan sikap wajar (selama tidak dalam dosa). Keinginan “terbang jauh” dalam kekristenan, mengingatkan kita bahwa memang dunia ini berdosa. Keinginan “terbang jauh” mengingatkan kita bahwa dunia memang sudah rusak dan kita merindukan tempat yang ditransformasikan oleh Tuhan Allah secara sempurna.
2. Menguatkan iman kepada Tuhan Allah (encouragement - ayat 23-24)Pemazmur menguatkan imannya kepada Tuhan Allah. Ini menjadi pesan juga bagi setiap kita bahwa “terbang jauh” bukanlah satu-satunya hal yang mesti kita lakukan ketika ada banyak masalah sulit. Tapi kita juga mestinya terutama “menguatkan iman” dalam menghadapi segala tantangan dan ujian hidup.
“Menguatkan iman” bukanlah suatu ungkapan klise atau kosong. Tapi sungguh-sungguh menyadari dan mengakui pertolongan dan perlindungan Tuhan Allah dalam hidup setiap umatNya. Doa menjadi titik awal kita “menguatkan iman” ketika menghadapi banyak masalah-masalah.
Ayat 22, “Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN”Ayat ini merupakan pengajaran yang indah sekali. Dalam bahasa inggris dan ibraninya, kata “serahkanlah” lebih diartikan “lemparkanlah” (shalak = cast). Pemazmur mengajarkan kita untuk melemparkan segala pergumulan iman kita. Hal ini jangan dipandang satu sisi saja berarti kita benar-benar tidak perlu bertanggungjawab sedikit pun. Kata “lemparkanlah” mesti dimengerti sebagai suatu “penyerahan total” kita kepada Tuhan Allah.
“Penyerahan total” tidak segampang menuliskan frase ini. Realitanya, kita masih memang sebagian masalah kita dan bersandar pada hikmat kita. Kita belum “melemparkan” segala pergumulan kita. Manusia menyadari bahwa dirinya terbatas dan ada lebih banyak hal yang berada di luar kemampuannya. Namun manusia juga terlalu self-centered untuk mengandalkan Tuhan. Alasannya sederhana, karena Tuhan Allah tidak kelihatan. Atau lebih tepatnya, Tuhan Allah berkarya tidak kelihatan. Berapa banyak orang Kristen yang begitu bergumul tentang masalahnya sehingga kesulitan tidur di malam hari? Ada berapa banyak orang Kristen yang begitu kuatir akan masa depannya sehingga bekerja mati-matian bahkan mengurangi tidurnya supaya mendapat jaminan pasti (kelihatan) atas hidupnya?
Menarik lagi bahwa istilah “kuatir” dalam bahasa inggris dan ibrani berarti beban (yehab = burden, gift). Beban di sini bisa juga diartikan sebagai pemberian. Hal ini justru semakin menguatkan kita bahwa ternyata “beban” ini pun tidak lepas dari kedaulatan Tuhan. Ia mungkin saja mengizinkan atau memberikan masalah kepada kita supaya kita semakin lagi bertumbuh dan berakar kuat di dalam Dia. Ketika kita menyadari bahwa Allah juga berdaulat atas segala masalah maka mestinya kita tidak lagi hidup dalam kekuatiran. Demikian pemazmur mengajarkan kita bukan untuk lari dari segala pergumulan atau tantangan hidup tapi justru semakin kuat dalam iman kepada Tuhan. Sebagaimana pohon yang sering diterpa angin akan semakin berakar lebih dalam lagi.
Sumber Bacaan:
Tate, Marvin E., Word Biblical
Commentary, Volume 20: Psalms 51-100, (Dallas, Texas: Word Books,
Publisher) 1998.