Minggu, 28 Mei 2023

Sicut Cervus (Mazmur 42:2)


Sicut cervus adalah motet untuk empat suara oleh Giovanni Pierluigi da Palestrina (c. 1525 – 2 Feb. 1594). Teks-nya bersumber dari Mazmur 42 dalam versi Latin dari Psalterium Romanum. Bagian tengahnya adalah "Sicut cervus desiderat ad fontes" (Seperti rusa merindukan sumber air) diikuti dengan bagian kedua "Sitivit anima mea" (Jiwaku haus). Dalam liturgi gereja kala itu, Mazmur 42:1-3 merupakan sebuah ayat alkitab yang digunakan untuk peneguhan baptisan. Namun dalam konteks lebih luas, karya ini dapat dinyanyikan dalam ibadah rutin hari Minggu. 

Sicut cervus desiderat ad fontes aquarum,

(Seperti rusa yang merindukan sumber air,)

ita desiderat anima mea ad te Deus.

(demikian merindu jiwaku pada Engkau, ya Allah.)

Ini merupakan salah satu motets paling populer dari Palestrina, bahkan dianggap sebagai model polifoni Renaisans yang indah mengungkapkan kerinduan spiritual. Motet ditulis untuk empat suara, soprano, alto, tenor, dan bass. Seluruhnya diatur dalam polifoni imitatif, dengan memperhatikan makna teks dalam lukisan kata (word-painting) yang halus. Polifoni adalah jenis komposisi musik yang disusun dengan banyak suara yang seringkali per suara dengan entri berbeda-beda. Untuk kata "desiderat" yang mengungkapkan kerinduan, langkahnya lebih cepat, dan melodi meninggi, mencapai puncaknya pada kata "fontes" (sumber air, sungai, air, air mancur). Dalam kelanjutan dari bagian pertama, "ita desiderat anima mea ad te, Deus" (Demikianlah merindu jiwaku pada-Mu, Tuhan), keinginan manusia yang diungkapkan subjek orang pertama diterjemahkan dalam peniruan yang lebih padat dan dengan disonansi yang lebih intens. Motet menyatakan ekspresi "kerinduan spiritual yang tenang namun kuat." 

Gaya motets ini mewakili polifoni imitatif dalam keadaannya yang paling ideal, dengan bentuk melodi (struktur frase) yang seimbang, disonansi yang disiapkan dan diselesaikan secara konsisten, dan simetri secara struktural. Secara khusus, melodi dicirikan oleh interval melodi yang lebar, dengan gerakan bertahap ke arah yang berlawanan mengikuti lompatan sepertiga atau keempat; ritme berada dalam rentang nilai durasi yang sempit, dengan dominasi not setengah dan seperempat (dalam transkripsi masa kini); dan harmoni diatur secara logis, dengan membangun ketegangan diikuti dengan titik temu resolusi yang tak terelakkan pada beberapa bagian dalam komposisinya.

Untuk penyanyi membutuhkan fokus yang hati-hati, paling tidak untuk membawakan baris yang biasanya melibatkan (a) perbedaan yang halus bahkan ketika mereka tampaknya mirip dengan yang lain, (b) entri dengan waktu yang unik dan akhir frase yang berbeda-beda, dan (c) ritme bebas yang berulang kali memotong garis birama namun dengan tempo yang stabil.

Frasa yang sebanding dengan kapasitas pernapasan penyanyi meningkatkan kemungkinan bernyanyi dengan baik. Setiap garis menonjol dalam tekstur. "Kepemilikan" terhadap garis melodi per suara meningkat. Di atas segalanya, ada kebutuhan yang lebih besar akan kepekaan terhadap bagian satu sama lain, kesadaran akan setiap hubungan, kemampuan untuk mendengar garis melodi suara yang berbeda. Penyanyi dapat dengan lebih mudah mempertimbangkan apa yang dilakukan oleh bagian suara lainnya, di mana dia bergabung, bernyanyi atau berpisah dengannya di berbagai titik, bagaimana rasanya bernyanyi sekarang dengan orang X, kemudian dengan orang Y. Ada nuasa kesadaran sosial yang tinggi, bergerak dari teknik ke semangat dan etos. 

Sicut Cervus membangun hasrat surgawi yang murni dengan semangat yang tenang yaitu menginginkan Tuhan lebih daripada apa pun. Dalam komposisi ini keragaman disatukan oleh kerinduan yang sama akan Allah. Kiranya kerinduan akan Tuhan Allah semakin menderu dengan kuat dalam diri setiap kita yang percaya kepada-Nya.

Sumber Bacaan:
Dennis Shrock. 2009. Choral Repertoire.
Jonathan Boswell. 2018. Palestrina for All: Unwrapping, Singing, Celebrating. CreateSpace Independent Publishing Platform.

https://en.wikipedia.org/wiki/Sicut_cervus_(Palestrina)
https://en.wikipedia.org/wiki/Giovanni_Pierluigi_da_Palestrina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar