Senin, 31 Desember 2018

Rahmat Allah yang Tersembunyi


Ketika mendekati akhir tahun salah satu yang hal yang kita renungkan adalah melihat ke belakang bagaimana kita menjalani hidup sepanjang tahun (misalnya 2018). Sesudah itu kita mulai membandingkan bagaimana hidup kita tahun 2017, 2018 dan rencana 2019. Ketika kita merenungkan kehidupan kita sepanjang tahun, apa yang kita renungkan? Kemungkinan kita dapat menyimpulkan paling tidak 2 hal: (1) Kehidupan yang lancar dan penuh keberhasilan, (2) Kehidupan yang tersendat dengan kesulitan dan tantangan tanpa henti. Sebagai umat Tuhan kita diperintahkan untuk bersyukur dalam segala hal. Salah satunya terdapat dalam 1 Tesalonika 5:18, Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. Hati yang penuh syukur merupakan kehendak dari Kristus untuk terus kita jalankan. Bersyukur tentang apa? Segala hal. Bersyukur atas mawar yang indah dan duri yang tajam.

Seringkali lebih mudah bagi kita untuk bersyukur atas kelancaran dan keberhasilan. Ketika hidup kita penuh kesulitan, apa yang kita lakukan? Seringkali kita berdoa untuk dikeluarkan dari kesulitan. Tentu tidak salah berdoa demikian, namun bukankah dengan berdoa demikian merupakan ekspresi pelarian dari kesulitan untuk mendapatkan kelancaran. Dengan kata lain, kita melihat kesulitan itu sepenuhnya jahat dan harus dijauhi. Secara tidak langsung ini seperti teologi kemakmuran: tidak makmur identik dengan tidak disertai Tuhan. Jangan-jangan kita berdoa untuk dilepaskan dari kesulitan karena kita secara tanpa sadar percaya bahwa penyertaan Tuhan itu hanya ada dalam kelancaran.

Apa kata alkitab? Rasul Paulus pernah berdoa supaya Tuhan melepaskan “duri dalam daging” yang sangat mengganggu dia. Masih ingat jawaban doa dari Tuhan? Sang Rasul yang begitu dikasihi Tuhan dan dipakai Tuhan secara luar biasa dalam mengabarkan injil Kristus mendapat jawaban: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2 Korintus 12:9). Dengan kata lain, Tuhan tidak mengabulkan doa tersebut. “Duri dalam daging” itu terus ada sepanjang hidup Paulus. Apa yang bisa kita pelajari? Kita pelajari ini: Hidup kristen sejati bukan tanpa “duri dalam daging”. Hidup seperti ini sangat sulit dipahami oleh teologi kemakmuran. Hidup seperti ini melampaui konsep hidup duniawi. Hidup seperti ini adalah hidup yang mengimani bahwa setiap kesulitan merupakan blessing in disguise, rahmat tersembunyi dari Sang Ilahi. Di balik kesulitan hidup kristen tersembunyi terang yang sedikit terhalang oleh kelemahan iman kita. Rahmat tersembunyi itu tiada lain selain karya Allah yang misterius dalam hidup umat-Nya.

Sepanjang tahun ini, ada banyak berita kita dengar tentang krisis ekonomi dunia yang berdampak pada lapangan pekerjaan termasuk pekerjaan kita pribadi selama sepanjang tahun. Ada banyak berita kita dengar tentang bencana alam yang menimbulkan kerusakan dan korban begitu besar. Angka perceraian yang semakin meningkat. Keluarga kristen yang hancur. Berlaksa-laksa kisah hidup memilukan dialami seluruh manusia termasuk umat Tuhan. Penderitaan, kesakitan dan dosa menghampiri manusia tanpa bertanya apa agama kita. Identitas umat Tuhan sejati dinyatakan bagaimana kita meresponi segala kesulitan yang dialami. Iman sejati dalam Kristus mampu melihat rahmat Allah yang tersembunyi baik dalam kelancaran maupun kesulitan.  Karena itu, marilah dalam akhir tahun ini kita kembali melihat ke belakang dengan kacamata iman sejati dalam Kristus. Melihat ke belakang dengan berpegang bahwa “Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga” (Efesus 1:3). Marilah kita menghitung rahmat Allah yang tersembunyi sepanjang tahun ini baik dalam kelancaran maupun kesulitan. Marilah kita bersyukur atas semua itu. Bersyukur atas mawar yang indah dan duri yang tajam. Ketika Charles Spurgeon merenungkan hidupnya, ia mampu mengatakan: Aku bersyukur pada Tuhanku untuk setiap badai hidup yang menghempaskan aku kepada Sang Batu Karang, Yesus Kristus (I Thank my God for every storm that has wrecked me upon The Rock, Christ Jesus!). Kiranya kita dimampukan melihat rahmat Allah yang tersembunyi dan bersyukur atasnya karena pada akhirnya semua yang terjadi dapat membawa kita lebih dekat pada-Nya.