Minggu, 13 Desember 2020

Pada Tengah Malam Terdengar Pujian

(It Came Upon the Midnight Clear)

Teks  : Edmund H. Sears

Musik : Richard S. Willis

Lukas 2:13-14 

Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.”

"Pada Tengah Malam Terdengarlah Pujian" ditulis oleh Edmund Sears. Ia adalah seorang hamba Tuhan dari Unitarian Church. Edmund Sears menuliskan 5 bait pada 1849. Pertama kali dipublikasikan pada 29 Desember 1849. Sears menulis lagu ini atas permintaan temannya, William Parsons Lunt, hamba Tuhan dari Gereja United First Parish, Massachusetts. Lagu ini merupakan refleksi melankolis atas pelayanannya di Wayland, Massachusetts, Amerika Serikat. Kemudian hari, lagu ini menjadi salah satu lagu Christmas carol yang popular.

Edmund Sears lahir pada 6 April 1810 dari pasangan suami istri Joseph dan Lucy Sears. Ia dibesarkan di Berkshire Hills, Massachusetts. Ia menjalani studi akademis di Union College, New York dan menyelesaikan pendidikannya di sana dalam tahun 1834. Kemudian, Sears melanjutkan studi di Harvard Divinity School dan lulus dalam tahun 1837. Tidak lama kemudian, ia melayani sebagai misionaris di Toledo, Ohio. Ia melayani di jemaat Greater Boston Unitarian di Wayland, Lancaster, and Weston. Ia meninggal pada 14 Januari 1876 di Weston, Massachusetts.

Richard Storrs Willis (10 Februari 1819 – 10 Mei 1900) adalah seorang musisi himne asal Amerika. Ia juga adalah seorang kritikus music dan editor jurnal. Salah satu melodi gubahannya yang dikenal adalah “Carol” untuk himne “Pada Tengah Malam” (1850). Ia pernah ke Jerman untuk belajar music selama 6 tahun di bawah bimbingan Xavier Schnyder dan Moritz Hauptmann. Ketika di Jermah, ia menjadi teman dekat dengan Felix Mendelssohn. Setelah kembali ke Amerika, ia melayani sebagai kritikus musik untuk New York Tribune, The Albion, dan The Musical Times. Ia bergabung dengan Asosiasi Musik Amerika New-York. Ini merupakan organisasi yang memperkenalkan karya-karya musik musisi Amerika. Ia memulai jurnal pribadinya dalam tahun 1862 yang berisikan gagasan tentang seni. Ia meninggal pada 7 Mei 1900 dan dikuburkan di Pemakaman Woodlawn.

“Pada Tengah Malam” merupakan salah satu himne natal pertama yang ditulis oleh seorang penulis Amerika dan diterbitkan di Christian Register pada tahun 1849. Himne ini menjadi salah satu lagu natal yang sangat terkenal yang dinyanyikan setiap hari Natal di seluruh dunia. Inti pesan dari lagu ini adalah pengharapan dan damai sejahtera yang disampaikan oleh para malaikat. Hal ini terkait dengan makna sosial bahwa Kristus membawa damai sejahtera dan kemurahan bagi sesama yang sedang mengalami masalah sosial. Hal ini karena, pada saat lirik himne ditulis Amerika sedang mengalami banyak keresahan termasuk ketegangan antara Utara dan Selatan dan gejolak sosial sebagai akibat revolusi industri.

Himne ini ingin mengajak orang-orang yang mengalami begitu banyak kesulitan untuk sekali lagi mendengar nyanyian para malaikat. Bait terakhir dari himne ini merupakan optimisme yang penuh harapan. Pada saatnya akan tiba Raja damai kan datang dan merealisasikan secara sempurna damai sejahtera di langit dan bumi yang baru. Biarlah berita damai sejahtera dan pengharapan yang sampaikan oleh para malaikat “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” terus terdengar di tengah-tengah kesulitan hidup kita. 



Sabtu, 12 Desember 2020

Malam Kudus

(Silent Night)

Teks: Joseph Mohr, 1818

Musik: Franz Xaver Grüber, 1818


Lukas 2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.

Joseph Mohr dilahirkan di kota Salzburg yang indah, di Austria, pada tahun 1792. Sebagai seorang anak laki-laki, ia menjadi anggota koor yang aktif di Katedral Salzburg. Pada 1815, Mohr ditahbiskan ke dalam keimaman Gereja Roma Katolik. Setelah pentahbisannya, ia melayani di beberapa wilayah di Salzburg. Ketika sedang melayani sebagai seorang asisten imam pada tahun 1818, dalam sebuah gereja baru, St. Nicholas di Obernorf, di wilayah Tyrol, pada ketinggian Pegunungan Alps yang indah, Mohr menulis teks untuk lagu Natal yang paling favorit di antara semua nyanyian Natal yang ada. Pastur Mohr dan Franz Grüber, kepala sekolah desa dan organis gereja, sudah sering berbicara tentang fakta bahwa himne Natal yang sempurna belum pernah ditulis. Dengan target ini di kepala, dan setelah ia menerima berita bahwa organ di gerejanya sendiri tidak dapat berfungsi, Pastur Mohr memutuskan untuk menulis himnenya sendiri, segera, supaya mereka mempunyai musik untuk Misa Malam Natal dan jemaatnya yang setia tidak kecewa. Setelah menyelesaikan teks itu, ia membawa tulisannya kepada Franz Grüber, yang berseru ketika ia melihat kata-kata itu, “Temanku Mohr, kau sudah menemukannya – lagu yang tepat – terpujilah Allah.”

Grüber segera menyelesaikan tugasnya, yaitu menuliskan tune yang tepat bagi teks baru ini. Musiknya yang sederhana dan indah menyatu sempurna dengan semangat kata-kata Pastur Mohr. Himne ini diselesaikan tepat waktu untuk Misa Malam Natal, dan Pastur Mohr bersama Franz Grüber menyanyikannya, diiringi gitar Grüber. Himne ini memberikan pengaruh yang besar kepada jemaat, bahkan sampai pada generasi-generasi berikutnya. Berlalunya waktu nampaknya hanya menambah daya tarik lagu ini.

Baik Mohr maupun Grüber tidak bermaksud supaya himne mereka digunakan di luar wilayah desa kecil mereka di pegunungan. Namun, dilaporkan bahwa beberapa hari setelah Misa Malam Natal, petugas reparasi organ, Karl Maurachen dari Zillerthal, seorang pembuat organ terkenal di area itu, datang ke gereja dan mendapatkan sebuah salinan dari himne baru tersebut. Melaluinya, nyanyian itu tersebar ke semua wilayah Tyrol, dan lagu itu pun menjadi terkenal sebagai lagu rakyat Tyrol. Berbagai grup seperti Strasser Children’s Quartet yang terkenal itu segera mulai menggunakan himne ini dalam konser mereka di seluruh Austria dan Jerman. Pada tahun 1838, lagu ini pertama kali muncul di sebuah buku himne Jerman, dengan diberi judul “himne yang tidak diketahui asal usulnya.” Lagu ini pertama kali diperdengarkan di Amerika pada 1839 ketika sebuah keluarga dari Tyroalena Singers, Rainers, menggunakan musik itu selama tur konser mereka. Dengan cepat lagu ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan bahasa-bahasa lainnya. Paling tidak terdapat delapan versi terjemahan Inggris yang diketahui sekarang. Nyanyian ini sekarang dinyanyikan di dalam semua bahasa utama dunia dan adalah favorit universal di mana pun lagu-lagu Natal dinyanyikan.

Lagu ini membawa kita merenungkan kembali makna Natal sejati yaitu tentang inkarnasi Kristus dalam dunia berdosa. Melodinya yang begitu indah menggambarkan betapa agung peristiwa inkarnasi Kristus. Ia yang adalah Pencipta, datang melalui Yusuf dan Maria, keluarga sederhana, di kota sederhana dan di tempat yang begitu sederhana. Ia tidak menganggap segala kemuliaanNya sebagai sesuatu yang harus dipertahankan melainkan mengosongkan diriNya untuk menebus manusia berdosa.

Jumat, 11 Desember 2020

Hai Mari Berhimpun

(O Come All Ye Faithful)

Lagu ini merupakan terjemahan dari “Adeste Fideles” (Latin) yang terdiri dari empat bait. Selama bertahun-tahun, himne ini dikenal sebagai himne Latin anonim. Setelah dilakukan penyelidikan maka diketahui himne ini ditulis oleh John Wade dalam tahun 1744. Ia menulis teks dan melodinya yang sekarang ini kita kenal dan dinyanyikan di mana-mana pada masa Natal. Himne ini pertama kali muncul dalam buku lagu koleksi karya John Wade berjudul Cantus Diversi dipublikasikan di Inggris dalam tahun 1751. Sekitar 100 tahun kemudian himen ini diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh seorang hamba Tuhan dari gereja Anglikan yaitu Grederick Oakeley supaya lagu ini dapat dinyanyikan oleh jemaatnya. Melodi himne (hymntune) ini menjadi hymntune tersendiri sesuai dengan judul lagu latinnya yaitu Adeste Fideles.

Adeste fideles artinya “hadirlah atau mendekatlah, kamu yang setia” (be present or near, ye faithful). Bait pertama merupakan suatu ajakan bagi kita untuk membayangkan kehadiran bayi Kristus di Betlehem (Mikha 5:2; Lukas 2:10-12). Bait kedua, biasanya tidak dimasukan dalam bait terjemahannya, mengingatkan kita bahwa bayi Kristus adalah Allah sejati. Yesus Kristus adalah Tuhan, Sang Terang, bukan ciptaan (Yesaya 9:2; Kolose 1:15-20). Bait ketiga menggambarkan kepada kita keagungan dan penyembahan dari malaikat yang menyanyikan pujian atas kedatangan Kristus dan didengar oleh para gembala (Lukas 2:14-15). Bait terakhir merupakan pujian dan pengagungan kepada Sang Firman yang menjadi Manusia (Yohanes 1:14). 

Bait 1

Adeste fideles læti triumphantes,
Venite, venite in Bethlehem.
Natum videte
Regem angelorum:
Venite adoremus (3×)
Dominum.

Bait 2

Deum de Deo, lumen de lumine
Gestant puellæ viscera
Deum verum, genitum non factum.
Venite adoremus (3×)
Dominum.

Bait 3

Cantet nunc io, chorus angelorum;
Cantet nunc aula cælestium,
Gloria, gloria in excelsis Deo,
Venite adoremus (3×)
Dominum.

Bait 4

Ergo qui natus die hodierna.
Jesu, tibi sit gloria,
Patris æterni Verbum caro factum.
Venite adoremus (3×)
Dominum.

Sumber Bacaan:

Osbeck, Kenneth W. 2002. Amazing Grace: 366 Inspiring Hymn Stories for Daily Devotions. Grand Rapids: Kregel Publications.

Kamis, 10 Desember 2020

Dunia Gemar dan Soraklah

(Joy To The World)

Teks : Isaac Watts, 1719

Musik : G. F. Handel (23 Feb. 1685 – 14 Apr. 1759)

Teks dari himne ini ditulis oleh Isaac Watts (lahir di Southampton, Inggris, 17 Juli 1674 – meninggal di London, Inggris, 25 November 1748 pada umur 74 tahun). Ia adalah seorang pendeta dan juga komponis musik gereja yang terkenal dan mempunyai wawasan yang sangat luas. Dia adalah anak tertua dari 9 bersaudara. Ayahnya aktif (diaken) dalam pelayanan gereja. Meskipun Isaac mempunyai kesehatan yang kurang baik, dia sangatlah pandai dalam banyak hal. Sejak kecil, Isaac Watts menunjukkan kejeniusannya dalam bidang literatur dan kecakapan belajar. Isaac sejak kecil mempunyai kemampuan khusus dalam sastra dan puisi. Dari umur 5 tahun sampai 13 tahun, dia sudah belajar bahasa Latin, Yunani dan Ibrani: usia 5 tahun belajar Latin; 9 tahun, Yunani; 11 tahun, Perancis; dan 13 tahun, Ibrani. Dan dia sudah mulai menulis puisi. Bahkan berbicara pun dia seringkali seperti sedang berpuisi.

Ia menerbitkan sebuah kumpulan yang terdiri dari 210 himne ini, di tahun 1707, dalam sebuah buku berjudul Hymns and Spiritual Songs. Kumpulan tahun 1707 ini dan kemudian himnal di tahun 1719 mewakili monument penting dalam pengembangan himnodi Inggris. Kedua terbitan itu merupakan himnal sebenarnya yang pertama dalam Bahasa Inggris.

Selain menulis himne, Watts dikenal juga sebagai seorang pelajar teologi dan filsafat yang sangat rajin, dan, sepanjang hidupnya, ia menulis banyak volume penting yang memberikan pengaruh yang berkuasa atas pemikiran Inggris, selama akhir abad 17 dan awal abad 18. Dia juga mempelajari mengenai psikologi, berkotbah, memperdalam alkitab, menulis buku-buku agama kristen, pandai dalam logika dan lain-lain. Pada umur 20 tahun, dia lulus dari kuliahnya. Dan masa itulah dia menulis kumpulan hymn dan lagu-lagu kristen yang diterbitkan pada 1707-1709. Kurang lebih selama 6 tahun dia juga mempelajari teologi dan filsafat. 

Dia berkotbah pertama kali ketika berumur 24 tahun. Dia meninggal saat berumur 74 tahun (25 November 1748). Dia dimakamkan di Bunhill Fields Cemetery, London tempat dimana John Bunyan, Joseph Hart John Rippon dan William Shrubsole juga dimakamkan. Sebagai penghargaan, dibuat suatu monumen Isaac Watts di Westminster Abbey, Gereja yang terkenal di Inggris. 

Sebelum Watts menerbitkan buku nyanyian, penggunaan musik di dalam gereja-gereja Inggris sangat kurang. Penggunaan nyanyian yang diperbolehkan di dalam gereja hanyalah yang berasal dari kitab Mazmur. Watts berpandangan bahwa Mazmur kurang jelas dalam mengekspresikan iman Kristen, seperti mengenai Kristus, Trinitas, dan doktrin-doktrin Kristen lainnya. Karena memang dalam kitab Mazmur tidak menggunakan istilah-istilah kristen sekarang secara langsung misalnya: Allah Tritunggal. Karena itulah, Watts menerbitkan koleksi lagu-lagu dari Mazmur namun dengan menggunakan istilah-istilah Kristen sekarang.

Dia patut disebut sebagai “Bapak Himnodi Inggris” karena keberaniannya meninggalkan irama Mazmur tradisional dan menggunakan “himne-himne ketenangan manusia” - pernyataan yang didasarkan seluruhnya pada pemikiran dan kata-kata satu orang - Watts pada umumnya dianggap sebagai anggota gereja yang radikal pada masanya. Ia mendapat julukan "Bapa Hymn di Inggris". Nyanyian ciptaan Watts berpengaruh besar terhadap gereja-gereja di Inggris dan di luar Inggris. Hingga sampai pada masa Charles Wesley memperkenalkan lagu-lagu hymnnya, lagu-lagu dari Watts terus juga dinyanyikan kalangan gereja-gereja Inggris dan luar Inggris.

Himne ini terinspirasi dari Mazmur 98:4-9,

Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah! Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu yang nyaring, dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring bersorak-soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN! Biarlah gemuruh laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya! Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran.

Meskipun himne ini pada dasarnya merupakan pujian sukacita mengenai perlindungan Allah atas umat pilihan-Nya dan merupakan antisipasi eskatologis ketika Ia datang sebagai Raja dan Hakim atas alam semesta, Isaac Watts memaksudkan himne ini sebagai ekspresi pujian Perjanjian Baru. Himne ini merupakan pengagungan atas karya keselamatan Allah yang digenapi ketika Allah berinkarnasi sebagai Sang Bayi di Betlehem. Ini merupakan penggenapan dari Kejadian 3:15 dan banyak nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama. Judul asali dari himne ini adalah “Kedatangan Mesias dan Kerajaan-Nya” (The Messiah’s Coming and Kingdom) seperti yang dipublikasikan pertama kali dalam buku lagu oleh Isaac Watts dalam tahun 1719. Melodinya digubah oleh Lowell Mason di mana beberapa bagian dari melodi himne ini menggunakan gubahan George F. Handel yaitu “Lift up your heads” dan “Comfort ye” dalam oratorio Messiah yang ditampilkan pertama kali dalam tahun 1742. Dengan demikian himne ini merupakan perpaduan antara salah satu sastrawan Inggris berbakat dalam Abad 18, musisi agung kelahiran Jerman di zaman yang sama, dan musisi Amerika Abad 19.


Sumber Bacaan:

Osbeck, Kenneth W. 2002. Amazing Grace: 366 Inspiring Hymn Stories for Daily Devotions. Grand Rapids: Kregel Publications.

Senin, 07 Desember 2020

Dengar Malak Bersorak

(Angels We Have Heard on High)

Musik : Old French Melody


Himne “Dengar Malak Bersorak” adalah sebuah carol Natal dengan melodi himne “Gloria” yang berasal dari nyanyian tradisional Prancis yang dikenal sebagai Les Anges dans nos campagnes yang terdiri dari delapan bait disertai dialog para gembala dan Maria. Paraphrase Inggris dibuat oleh James Chadwick dalam tahun 1862. Ia adalah seorang Uskup di Hexham dan Newcastle, Inggris. Himne dimasukan dalam suatu buku berjudul “Crown of Jesus” (1862) yang berisikan renungan, doktrin, dan pengajaran tentang iman Kristen. Himne ini dimasukan dalam bagian “Dua Belas Misteri dari Bayi Sakral” (The Twelve Mysteries of the Sacred Infancy) dengan judul kategori “Himne Natal” (Christmas Hymn) yang disederhakan menjadi empat bait dalam bahasa Inggris. Dalam buku himne Metodist yang diterbitkan pada tahun 1966, himne ini diberi judul “Dengar Malak Bersorak” (Angels We Have Heard on High) karena teks tersebut lebih dikenal demikian pada waktu itu.

Himne ini terinspirasi dari kisah kelahiran Kristus dalam narasi Injil Lukas khususnya dalam Lukas 2:8-20. Inti dari himne ini adalah merefleksikan dan menggemakan kembali keindahan dan keagungan nyanyian para malaikat. Bait pertama memaparkan kembali tentang adanya para malaikat yang bernyanyi atas kelahiran Kristus di dunia. Malaikat mewakili keberadaan makhluk surgawi dan keadaan surgawi yang digambarkan terang bercahaya mulia. Bait kedua menyatakan keadaan berlawanan (kontras) dengan keadaan surgawi bahwa dunia adalah dunia yang gelap. Para gembala adalah kelompok orang yang dianggap rendah pada saat itu. Bait ketiga menyatakan Kristus yang mulia rela datang dan hadir di dalam dunia berdosa dengan lahir dan terbaring di palungan yang hina. 

Bagian refrain Gloria in excelsis Deo merupakan terjemahan Latin dari “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi” (Lukas 2:14). Kalimat ini bagian dari nyanyian para malaikat surgawi yang didengarkan oleh para gembala saat itu. Gloria berarti “kemuliaan” dinyanyikan dengan alunan melodi melismatik (satu suku kata dengan banyak melodi) dengan ragam not naik dan turun secara mengalir berurutan (sequential). Dalam sejarah musik, alunan melodi melismatik dapat menggambarkan sukacita. Oleh karena itu dalam hal ini alunan melodi melismatik menyatakan sukacita, keindahan, dan kemuliaan yang melimpah. Alunan melodi melismatik kemudian diikuti melodi dari bawah yang dapat berarti sebagai partisipasi tanggapan dari dunia terhadap nyanyian surgawi.

Himne ini merupakan nyanyian undangan dari umat Kristen kepada orang lain untuk datang dan merayakan kelahiran Kristus bersama-sama. Karena kelahiran Kristus merupakan berita sukacita bagi dunia berdosa. 

Sumber Bacaan:

Osbeck, Kenneth W. 2002. Amazing Grace: 366 Inspiring Hymn Stories for Daily Devotions. Grand Rapids: Kregel Publications.


Minggu, 06 Desember 2020

Bernyanyilah Merdu

(Good Christian Men, Rejoice!)

Song of the Angels (1881) by William Adolphe Bouguereau

Tidak diketahui dengan jelas siapa penulis himne ini. Namun terdapat keunikan dari himne natal yaitu perpaduan antara teks Latin Abad ke-14 dan bahasa Jerman sehari-hari. Beberapa bait awal dari himne ini merupakan teks Latin yang diperkirakan dibuat dalam tahun 1300an. Teks Latinnya berjudul “In Dulci Jubilo” yang berarti “in sweet shouting” (sorak-sorai yang indah). Bertahun-tahun kemudian orang Jerman menambahkan baitnya dalam bahasa Jerman. Pada suatu kali, himne dengan teks Latin dan Jerman ini pun diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John M. Neale (1818-1866) dalam Abad ke-19 yang memang seorang ahli dalam bidang terjemahan bahasa kuno. Neale adalah seorang hamba Tuhan dari gereja Anglikan yang ahli dalam memahami dan menterjemahkan teks kuno bahasa Latin dan Yunani bahkan bahasa Rusia dan Siria. Ia menterjemahkan himne ini menjadi berjudul “Good Christian Men, Rejoice.” Himne terjemahan bahasa Inggris ini dipublikasikan pertama kali pada tahun 1853 dalam buku lagu Neale’s Carols for Christmastide. Selain itu, himne ini semakin dikenal ketika Johann Sebastian Bach (1685-1750), seorang musisi Kristen Protestan, menggubah melodinya menjadi salah satu inspirasi untuk karyanya BWV 729 (Katalog Karya Musik Bach nomor 729) dalam bentuk chorale prelude. Chorale prelude merupakan komposisi liturgikal pendek untuk alat musik organ berdasarkan melodi tertentu dalam hal ini yaitu “In dulci Jubilo.” 

Himne ini merupakan ungkapan reaksi terhadap berita kelahiran Sang juruselamat. Berita kelahiran Sang Juruselamat membuat orang Kristen sejati mengalami sukacita yang penuh di dalam Kristus. Himne ini menyatakan sukacita sejati merupakan sukacita hati dan jiwa yang dinyatakan melalui nyanyian secara melimpah tanpa henti. Kedatangan Sang Juruselamat adalah dasar dan akar sukacita sejati orang-orang Kristen. Sukacita ini diekspresikan melalui puji-pujian yang indah dengan berita Injil sejati. Mengapa bersukacita? Himne menyatakan beberapa alasan: 

(1) Kristus telah lahir – Christ is born today!

(2) Kristus lahir untuk membuka pintu surga dan memberkati manusia supaya hidup berkelimpahan – Christ was born for this!

(3) Kristus lahir untuk memanggil dan menyelamatkan manusia berdosa – Christ was born to save!

Injil Lukas merupakan salah satu Injil yang memuat banyak nyanyian dalam peristiwa kelahiran Sang Juruselamat: Nyanyian pujian Maria (Lukas 1:46-55), Nyanyian pujian Zakharia (Lukas 1:67-79), Nyanyian para Malaikat (Lukas 1:14), Nyanyian Simeon (Lukas 1:29-32). Dalam Nyanyian pujian Zakharia menyatakan dasar sukacita sejati umat Tuhan, “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, …” (Lukas 1:68-69).


Sumber Bacaan:

Osbeck, Kenneth W. 2002. Amazing Grace: 366 Inspiring Hymn Stories for Daily Devotions. Grand Rapids: Kregel Publications.


Sabtu, 05 Desember 2020

Beritakanlah di Gunung

(Go Tell It on The Mountain)

Teks & Musik: John W. Work Jr. 


Teks himne ini ditulis oleh John Wesley Work Junior (1871-1925). Ia adalah seorang musisi Kristen kelahiran Afrika-Amerika. Ia dikenal juga sebagai John Wesley Work II untuk membedakan dengan anaknya bernama John Wesley Work III. Ia dan saudaranya bernama Frederick J. Work (1871-1925) tergerak untuk memadukan musik tradisional Afrika-Amerika dengan kebenaran iman Kristen. Salah satu lagu gubahannya yaitu “Beritakanlah di Gunung.” Himne ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1907 dalam buku Folk Songs of the American Negro. Sejak itulah, himne ini menjadi semakin dikenal luas. 

Teks himne sederhana ini menyampaikan kisah natal berdasarkan Lukas 2:8-20. Himne ini diawali dengan kisah gembala yang sedang menjaga domba-dombanya di padang. Tiba-tiba datanglah seorang malaikat Tuhan sehingga para gembala menjadi ketakutan. Suatu pengalaman yang tidak pernah terjadi selama hidup mereka bahkan selama ratusan tahun di Israel. Malaikat menyampai berita yang sangat menggembirakan bagi para gembala bahkan seluruh umat manusia berdosa. Suatu kabar baik bahwa Kristus Sang Juruselamat telah lahir di Betlehem. Mereka pun pergi ke Betlehem. Mereka berjumpa dengan Sang Juruselamat yang mulia lahir sebagai seorang bayi yang tak berdaya. Namun kemuliaan-Nya nampak jelas sehingga membuat para gembala bersukacita dan memuji Allah. Berita sukacita ini harus terus diberitakan sampai ke ujung bumi di sepanjang sejarah bahwa Yesus Kristus Sang Juruselamat telah lahir. Dia-lah Tuhan dan Juruselamat Dunia. 



Angels Announcing the Birth of Christ to the Shepherds (1615) by Govert Flinck

Sumber Bacaan:

Osbeck, Kenneth W. 2002. Amazing Grace: 366 Inspiring Hymn Stories for Daily Devotions. Grand Rapids: Kregel Publications.

Jumat, 04 Desember 2020

Berita Natal Pertama

(The First Noel)


Adorazione dei magi (Adoration of The Magi, 1423) by Gentile da fabriano

“Berita Natal Pertama” diyakini merupakan himne dari Prancis selama tahun 1400-1500an. Tidak ditemukan siapa yang menuliskan himne ini. Noel merupakan kata dari bahasa Prancis yang berasal dari bahasa Latin yang mempunyai arti “hari kelahiran.” Himne ini diyakini tersebar sampai ke Inggris sebelum tahun 1823 oleh para penyanyi keliling Abad Pertengahan (troubadours). Sejak tiba di Inggris, himne Natal ini menjadi sangat dikenal dan bahkan menjadi salah satu yang terfavorit. 

Keenam bait dari himne ini pada intinya mendorong kita untuk bersama-sama memuji Tuhan atas karya penciptaan dan penebusan-Nya. Keenam baitnya berusaha untuk meringkas secara utuh kisah Natal yang sejati. Bait pertama menceritakan tentang berita Natal pertama yang dibawakan oleh para malaikat kepada para gembala yang miskin dan sederhana (Lukas 2:8-14). Bait kedua sampai kelima menceritakan tentang berita Natal disampaikan kepada orang-orang Majus dari Timur yaitu bintang terang yang luar biasa dan sangat berbeda dengan bintang-bintang lainnya. Para orang Majus pun mengikuti bintang terang itu yang akhirnya mengantar mereka di suatu tempat di Betlehem. Mereka pun menyembah dan memberikan persembahan berupa emas, kemenyan, dan mur kepada Tuhan Yesus Kristus (Matius 2:1-11). Bait keenam mengajak kita untuk memuji dan menyembah Tuhan Yesus Kristus Raja atas alam semesta (Filipi 2:5-11).

Segala sesuatu yang ada dicipta di dalam Kristus. Demikian pula, hanya Tuhan Yesus Kristus yang dapat mendamaikan manusia berdosa dengan Diri-Nya. Inilah yang dikenal sebagai Supremasi Kristus baik dalam penciptaan maupun penebusan. Hal ini jelas dinyatakan dalam Kolose 1:15-20,

Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.


Sumber Bacaan:

Osbeck, Kenneth W. 2002. Amazing Grace: 366 Inspiring Hymn Stories for Daily Devotions. Grand Rapids: Kregel Publications.

Kamis, 03 Desember 2020

Kota Kecil Betlehem (Di Malam Sunyi Betlehem)

(O Little Town of Bethlehem)

Teks: Philips Brooks (1835-1893)

Musik: Lewis R. Redner (1831-1908)

Dalam tahun 1865, Philips Brooks, seorang hamba Tuhan dari gereja Episkopal, mengikuti perjalanan ke Israel untuk mengenang jejak-jejak kehadiran Kristus di dunia. Pada kesempatan itu, ia mengikuti ibadah Natal di salah satu gereja di Betlehem. Konon, gereja itu dibangun tepat di atas tempat kelahiran Yesus. Kebaktian tersebut berlangsung dari pk. 10.00 malam sampai pk. 03.00 pagi. Pengalaman tersebut begitu berkesan dan tak terlupakan. Dalam suatu surat, Ia mengisahkan pengalamannya pada Malam Natal di Betlehem:

“Sesudah makan siang, kami menunggang kuda dari Yerusalem ke Betlehem. Perjalanan itu meamkan waktu kira-kira dua jam. Sebelum malam tiba, kami kembali melewati padang rumput. Kata orang di tempat itulah para gembala itu berada pada zaman dahulu. Ada sebidang tanah yang dipagari; di dalamnya ada sebuah gua. Ketika kami lewat, ada gembala-gembala yang sedang menjaga kawanan domba, ada juga yang sedang mengiring ternaknya ke dalam kandang.”

Tiga tahun kemudian, ketika ia menjadi gembala di salah satu gereja di Philadelphia, Ia tergerak membuat suatu nyanyian natal untuk dinyanyikan oleh anak-anak sekolah minggu berkeliling. Ia pun kembali mengenang kota Betlehem di mana Sang Juruselamat lahir yang kemudian ia tuangkan dalam puisi “Kota Kecil Betlehem” (Little Town of Bethlehem) – terj. lain “Di Malam Sunyi Betlehem.” Ia memberikan puisi ini kepada organis bernama Lewis R. Redner dan memintanya untuk menggubah melodi untuk puisinya. Tepat satu hari sebelum anak-anak sekolah minggu mulai berkeliling untuk menyanyikan nyanyian natal, ia terinspirasi menggubah melodi untuk puisi ini seperti yang kita kenal saat ini. Pada hari Minggu pagi, himne ini pertama kalinya terdengar dinyanyikan oleh paduan suara anak-anak. Himne ini pun terus dicetak dan menjadi popular di kota Philadelphia. Sebelum Pdt. Brooks meninggal pada tahun 1893, himne Natal karangannya menjadi dikenal luas di luar Philadelphia. Dan sebelum Bapak Redner meninggal pada tahun 1908, himen ini sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.

Himne ini secara utama terinspirasi dari Nubuatan dalam Perjanjian Lama dan Penggenapan dalam Perjanjian Baru mengenai kedatangan Kristus di kota Betlehem. Nubuatannya terdapat dalam Mikha 5:2, “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.” Nubuat yang disampaikan oleh Nabi Mikha digenapi ratusan tahun kemudian seperti dicatat dalam Matius 2:1-12 (Lukas 2:1-7). Dalam Matius 2:1 dinyatakan: “Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem … .”

Melalui puisinya, Brooks menggambarkan secara dramatis dan ekspresif akan kedatangan Sang Juruselamat. Penggambaran ini diawali dengan kota Betlehem yang merupakan salah satu kota bersejarah di Israel. Suatu fakta sejarah yang tidak dapat disangkali oleh siapa pun. Kemudian digambarkan Kristus yang mulia, maha kuasa dan tidak terbatas hadir sebagai bayi yang terbatas, dan bahkan nampak tak berdaya. Secara manusiawi akan nampak sebagaimana bayi manusia pada umumnya. Namun, Sang Bayi Kudus dari Betlehem adalah Sang Harapan bagi manusia berdosa. Brooks mengajak kita berdoa agar mengalami keselamatan dari Sang Bayi Kudus di mana dosa kita dihapuskan dan kita tinggal di dalam Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita.


Sumber Bacaan:

Osbeck, Kenneth W. 2002. Amazing Grace: 366 Inspiring Hymn Stories for Daily Devotions. Grand Rapids: Kregel Publications.

Kisah Nyata di Balik Lagu Pilihan. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2007.


Rabu, 02 Desember 2020

Adalah di Kota Daud

(Once in Royal David’s City)

Teks: C. Frances Alexander, 1848

Musik: H. John Gauntlett, 1849

Bagaimanakah mengajarkan doktrin-doktrin penting tentang iman Kristen kepada anak-anak kecil? Itulah masalah yang dihadapi seorang guru sekolah minggu Irlandia muda, Fanny Humphreys, di pertengahan abad yang lalu. Ia hidup di antara jemaat di Strathbane, Irlandia Utara, dan ia bertugas untuk mengajar kelas Katekisasi di gerejanya. Hal ini meliputi di antaranya menerangkan berbagai pasal dari Pengakuan Iman Rasuli. Untuk membuat kebenaran-kebenaran yang mendalam dari pengakuan iman itu dimengerti oleh anak-anak kecil yang berkumpul mengelilinginya minggu demi minggu bukanlah hal yang mudah. Tetapi dengan gembira Fanny menemukan solusinya. Ia adalah seorang penyair, dan ia tahu bahwa anak-anak menyukai puisi. Oleh karena itu, ia pun memutuskan untuk menulis beberapa himne sederhana untuk menjelaskan katekismus tersebut.

Kumpulan karyanya Hymns for Little Children diterbitkan pada tahun 1848, ketika ia berusia 25 tahun. Buku himne ini merupakan koleksi puisi-puisi yang dikembangkan dan penjelasan dari Pengakuan Iman Rasuli untuk dapat digunakan di gereja maupun di rumah. Buku himne ini pun menjadi berkat bagi banyak anak-anak. Satu atau dua tahun setelah penerbitan buku tersebut, ia menikah dengan Pdt. William Alexander, seorang hamba Tuhan gereja Anglikan. Sejak itulah Fanny Humphreys dikenal sebagai Ny. Cecil Frances Alexander. 

“Adalah Di Kota Daud” adalah sebuah lagu yang dibuat untuk mengajarkan makna Natal. Memang himne ini tidak ditulis secara khusus sebagai himne Natal. Himne ini ditulis untuk mengajar anak-anak tentang makna peristiwa yang kita rayakan pada saat Natal, dengan sebuah maksud untuk menjelaskan apa yang terjadi, mengapa hal itu terjadi, dan hubungan Natal dengan diri kita. Bagian Alkitab yang secara utama menjadi inspirasi dari puisi ini adalah Lukas 2:4-7

Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.

Apakah makna Natal yang dinyatakan dalam himne ini?

Allah datang ke dunia menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia berdosa. Ia adalah Tuhan Yesus Kristus yang lahir melalui seorang perawan Maria. Himne ini mengungkapkan keagungan dan keindahan kehadiran Kristus di dunia dengan menekankan: Kristus yang mulia datang ke dunia berdosa yang hina.

Filipi 2:5-11 

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!



Selasa, 01 Desember 2020

O Datanglah Imanuel

Advent and Triumph of Christ by Hans Memling (1480, Munich)

“O Datanglah Imanuel” merupakan lagu yang sudah ditulis sejak Abad Pertengahan (sekitar tahun 1200an). Lagu ini digunakan dalam liturgi gereja dalam Abad Pertengahan sebagai bagian dari seri antiphon. Antiphon merupakan nyanyian chant pendek yang terdapat dalam liturgi Kristen, umumnya dinyanyikan sebagai refrain. Pada waktu itu, antiphon dinyanyikan oleh paduan suara secara berbalas-balasan (responsorial). Biasanya paling sedikit ada 2 kelompok paduan suara. Antiphon seringkali menggunakan teks Alkitab khususnya Mazmur. Pada masa itu paduan suara menyanyikan antiphon tanpa iringan alat musik atau secara acapella.

“O Datanglah Imanuel” merupakan suatu kerinduan menyambut kedatangan Sang Juruselamat. Momen penantian ini dikenal sebagai Advent (dari istilah Latin adventus berarti kedatangan). Pada masa Advent, orang-orang Kristen mempersiapkan diri untuk menyambut kelahiran Kristus. Advent dilakukan selama 4 kali hari minggu sebelum natal. Dalam Advent kita merenungkan kembali akan nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama mengenai kedatangan Mesias dan KerajaanNya. Nubuatan akan kedatangan Mesias sudah terjadi ribuan tahun sebelum kelahiranNya. Ada juga nubuatan itu yang disampaikan ketika para orang Yahudi berada dalam pembuangan di Babilonia. Dalam Perjanjian Lama terdapat ragam sebutan mengenai Kristus (misalnya dalam Yesaya 9:6): Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Masa penantian tersebut dijalani dengan ketekunan. Mereka mengharapkan akan kedatangan Sang Mesias yang akan mengubahkan keadaan mereka. Demikian yang terdapat dalam lagu “O Datanglah Imanuel” yang menyatakan mengenai penantian akan Sang Mesias. Berdasarkan teks Latin, himne ini mempunyai 5 bait. Berikut ini sedikit penjelasan berdasarkan teks Latin-nya:

Bait pertama menyatakan akan kerinduan datangnya Sang Juruselamat yang membawa pelepasan dari masa pembuangan dialami oleh Israel. Tuhan Allah menyatakan keadilanNya terhadap Israel yang berdosa. Ia “membiarkan” bangsa Israel dijajah oleh bangsa lain dan bahkan disebarkan ke berbagai tempat. Kemudian bangsa Israel sadar dan bertobat. Mereka berdoa kepada Tuhan supaya diselamatkan dan dilepaskan dari masa penghukuman mereka.

Bait kedua, menyatakan tentang Sang Juruselamat yang Agung itu adalah Allah yang sudah memberikan firman-Nya di gunung Sinai. Pujilah Tuhan yang menyelamatkan kita yang berdosa. Karena Dia mengasihi manusia berdosa, Ia datang untuk menyelamatkan kita. Penyelamat kita bukanlah manusia yang berdosa sehingga dapat gagal tapi Tuhan Allah sendiri yang tidak pernah gagal (Ibrani 4:15).

Bait ketiga, kuasa Kristus yang mengalahkan segala kuasa dosa juga kuasa si jahat (1 Korintus 15:57). Allah yang berinkarnasi menjadi manusia yaitu Tuhan Yesus Kristus. Sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia namun tidak berdosa. Ia mati disalib dan bangkit mengalahkan kuasa dosa dan si jahat. Sehingga setiap kita yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal.

Bait keempat, bahwa Kristus adalah Terang yang membawa kita juga tinggal di dalam terang-Nya (Yohanes 1:9; 9:5). Kita yang diselamatkan di dalam Kristus diangkat menjadi anak-anak terang. Sebagai anak-anak terang kita dimampukan untuk hidup di dalam terang Kristus. Roh Kudus memampukan dan menguatkan kita untuk hidup dalam terang Kristus.

Bait kelima, kelahiran-Nya melalui keturunan Daud yang akan menjadi harapan bagi kita untuk hidup yang kekal. Kristus dilahirkan dalam garis keturunan Daud. Ia datang ke dunia memberikan harapan sejati bagi manusia berdosa. Ia memberikan janji keselamatan dan menggenapi-Nya dengan datang ke dunia. Hal ini ditegaskan salah satunya dalam Matius 1:1.


Sumber Bacaan:
Osbeck, Kenneth W. 2002. Amazing Grace: 366 Inspiring Hymn Stories for Daily Devotions. Grand Rapids: Kregel Publications.