Janvier (Ʒã.vje) merupakan kata perancis untuk
januari yang sifatnya masculine. Menurut cerita, januari berasal dari nama dewa
Romawi Yanus yang bermuka 2, muka 1 menghadap ke tahun yang lama dan muka 2 ke
tahun yang baru. Menurut saya cerita ini merupakan ekspresi dari eksistensi
manusia. Manusia membuat cerita seperti demikian untuk menjelaskan dirinya dan
mengenali dirinya. Dan memang, setiap kali kita memasuki bulan januari awal
tahun seolah tegangan antara masa lalu dan masa depan begitu kuat, tegangan antara
yang lama dan baru begitu terasa. Namun pada dasarnya, tidak hanya di januari,
manusia selalu hidup dalam tegangan masa lalu dan masa depan. Ini menyatakan
keterbatasan (finite) manusia. Kalau kita merenungkan lebih jauh maka waktu
hidup manusia yang secara eksistensial dihidupi merupakan seri kekinian (series of heres). Namun lebih jauh
lagi, apa yang dimaksud dengan “kini” atau “sekarang”? Waktu saya katakan: “Sekarang
saya menulis.” Waktu kalimat itu diucapkan segera berlalu, tidak lagi sekarang
tapi yang lalu. Maka “sekarang” tidak sungguh-sungguh ada. “Sekarang” itu hanya
menjadi asumsi kita untuk yang kita hidupi secara eksistensial namun tidak
nyata ada. Dengan kata lain, “sekarang” hanya imajinasi kita. Dari sini kita
dapat sadari betapa fana dan terbatasnya manusia. Betapa rapuhnya kita. Kita terbatas
dalam ruang dan tidak mempunyai ruang. Kita terbatas dalam waktu dan tidak
mempunyai waktu.
Dalam pergumulan kerapuhan ini manusia pasti memerlukan
pegangan. Sesuatu yang bisa diandalkan dalam hidupnya. Setidaknya pegangan yang
pasti ditengah ketidakpastian. Siapa lagi kalau bukan Tuhan Allah Pencipta dan
Penebus yang sejati diajarkan oleh alkitab. Hidup tidak lagi dalam kesia-siaan.
Hidup tidak lagi menjadi seri kekinian tanpa makna. Yang rapuh mendapatkan
kekuatan untuk berpijak. Saya teringat akan perkataan Tuhan Yesus:
Matius 11:25-30
"Aku bersyukur
kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan
bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya
Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh
Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun
mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan
menyatakannya. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku
akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah
pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat
ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."
Benar kita rapuh, fana
dan terbatas. Namun di dalam Kristus, kita punya Allah yang Perkasa Berdaulat
atas alam semesta. Dialah gunung batu kita yang kokoh yang menopang dan
memimpin kita.