Rabu, 06 Januari 2016

Janvier

Janvier (Ʒã.vje) merupakan kata perancis untuk januari yang sifatnya masculine. Menurut cerita, januari berasal dari nama dewa Romawi Yanus yang bermuka 2, muka 1 menghadap ke tahun yang lama dan muka 2 ke tahun yang baru. Menurut saya cerita ini merupakan ekspresi dari eksistensi manusia. Manusia membuat cerita seperti demikian untuk menjelaskan dirinya dan mengenali dirinya. Dan memang, setiap kali kita memasuki bulan januari awal tahun seolah tegangan antara masa lalu dan masa depan begitu kuat, tegangan antara yang lama dan baru begitu terasa. Namun pada dasarnya, tidak hanya di januari, manusia selalu hidup dalam tegangan masa lalu dan masa depan. Ini menyatakan keterbatasan (finite) manusia. Kalau kita merenungkan lebih jauh maka waktu hidup manusia yang secara eksistensial dihidupi merupakan seri kekinian (series of heres). Namun lebih jauh lagi, apa yang dimaksud dengan “kini” atau “sekarang”? Waktu saya katakan: “Sekarang saya menulis.” Waktu kalimat itu diucapkan segera berlalu, tidak lagi sekarang tapi yang lalu. Maka “sekarang” tidak sungguh-sungguh ada. “Sekarang” itu hanya menjadi asumsi kita untuk yang kita hidupi secara eksistensial namun tidak nyata ada. Dengan kata lain, “sekarang” hanya imajinasi kita. Dari sini kita dapat sadari betapa fana dan terbatasnya manusia. Betapa rapuhnya kita. Kita terbatas dalam ruang dan tidak mempunyai ruang. Kita terbatas dalam waktu dan tidak mempunyai waktu.

Dalam pergumulan kerapuhan ini manusia pasti memerlukan pegangan. Sesuatu yang bisa diandalkan dalam hidupnya. Setidaknya pegangan yang pasti ditengah ketidakpastian. Siapa lagi kalau bukan Tuhan Allah Pencipta dan Penebus yang sejati diajarkan oleh alkitab. Hidup tidak lagi dalam kesia-siaan. Hidup tidak lagi menjadi seri kekinian tanpa makna. Yang rapuh mendapatkan kekuatan untuk berpijak. Saya teringat akan perkataan Tuhan Yesus:

Matius 11:25-30
"Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."

Benar kita rapuh, fana dan terbatas. Namun di dalam Kristus, kita punya Allah yang Perkasa Berdaulat atas alam semesta. Dialah gunung batu kita yang kokoh yang menopang dan memimpin kita.