Minggu, 31 Oktober 2021

Allah Jadi Benteng Kukuh (A Mighty Fortress Is Our God)

Teks & Musik: Martin Luther, 1529

Tune: EIN’ FESTE BURG


Mazmur 46:2 - Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.

Martin Luther dilahirkan pada 10 November 1483 di Eisleben, Saxony, Jerman. Ia kuliah di Universitas Erfurt dan kemudian menjadi biarawan Augustinian, sambil mengajar filsafat dan teologi di Universitas Wittenberg. Pada tanggal 31 Oktober 1517, Martin Luther memaku 95 tesisnya di pintu Katedral Wittenberg, Jerman. Tesis-tesis ini mencela berbagai praktik dan ajaran tidak alkitabiah dari Gereja Roma Katolik. Setelah beberapa tahun berselisih dengan paus dan pemimpin gereja lainnya, Martin Luther akhirnya di-ekskomunikasi oleh Gereja Roma Katolik tahun 1520.

Salah satu kemajuan penting akibat Gerakan Reformasi adalah dibangkitkannya kembali nyanyian jemaat. Luther mempunyai keyakinan teguh tentang manfaat dan kuasa musik sakral. Ia menyatakan keyakinannya dengan cara berikut, “Jika ada yang tidak suka musik, seperti semua orang fanatik itu, aku juga tidak akan suka orang tersebut; karena musik adalah pemberian dan anugerah Tuhan, bukan penemuan manusia. Karena itu musik mengusir setan dan membuat orang-orang bersukacita. Kemudian musik membuat orang melupakan semua amarah, kenajisan dan hal tidak suci lainnya.” Lagi katanya, “Si Setan, yaitu sumber segala kecemasan yang memilukan dan masalah yang tak habis-habisnya, langsung melarikan diri ketika musik dimainkan, hampir sama seperti ketika Firman Tuhan diperdengarkan.” Di tempat lain ia berkata, “Aku ingin mengarang himne sakral, sehingga Firman Tuhan juga berada di tengah-tengah jemaat melalui lagu-lagu.” Akhirnya, Luther menulis, “Aku tidak akan memperbolehkan seseorang berkotbah atau mengajar jemaat Tuhan tanpa pengetahuan yang benar tentang manfaat dan kuasa musik sakral.”

Sebuah himne yang menyemangati Gerakan Reformasi Protestan adalah lagu yang ditulis Luther “Allahku Jadi Benteng yang Kukuh,” yang dikarang berdasarkan Mazmur 46. Himne ini menjadi jeritan perjuangan jemaat, sebuah sumber kekuatan dan inspriasi, bahkan untuk mereka yang mati martir karena kepercayaannya. Terdapat catatan bahwa setiap kali para reformator mengalami keraguan bahkan kekalahan, mereka menyanyikan himne ini untuk meneguhkan iman mereka kembali kepada Tuhan Allah sejati. 

Himne ini sudah diterjemahkan ke dalam hampir semua bahasa di dunia dan dianggap sebagai salah satu himne yang paling agung dan salah satu contoh himne yang paling klasik di dalam himnodi Kristen. Dikatakan bahwa terjemahan Bahasa Inggrisnya saja berjumlah tidak kurang dari 60 versi terjemahan. Di Inggris, versi terjemahan Thomas Carlyle adalah yang paling umum digunakan, sementara di Amerika terjemahan Frederick H. Hedge, seorang profesor di Universitas Harvard, adalah yang paling sering dipakai. Versi ini diterjemahkan pada tahun 1952 dan pertama kali muncul di dalam buku yang berjudul Gems of German Verse (Mutiara-Mutiara Syair Jerman), oleh W. H. Furness, yang diterbitkan pada tahun 1853.

Tiga prinsip yang menyusun setiap baitnya: (1) Kepastian akan kehadiran dan kuasa Allah dalam dunia, (2) terdapat musuh-musuh yang harus dihadapi umat Kristen di dunia, (3) keyakinan iman oleh umat Kristen bahwa kita menghadapi segala yang jahat dengan dasar pada kekuatan Allah saja. Motif peperangan disatukan dalam puisi ini dan Tuhan Allah sebagai Sang Pemenang diproklamasikan. Umat Kristen harus memiliki keyakinan iman di dalam Kristus.  




Sumber Bacaan:

Ryken, Leland. 40 Favorite Hymns on the Christian Life. P&R Publishing: New Jersey, 2019.