Senin, 29 Maret 2010

Pembuktian kebenaran Kristus 4

Ketiga pokok pembahasan di atas adalah pembahasan mengenai Bab 1 buku “The Case for Christ by Lee Strobel.” Masalah2 yang dipaparkan yaitu : saksi mata, celah waktu dan salinan. Masalah2 ini adalah masalah yang bersifat internal. Sekarang kita beralih kepada masalah eksternal yaitu apakah ada bukti2 yang terdapat di luar dari penjelasan di atas ?

Jawab:
Ada. bukti2 eksternal tersebut yaitu,
Dokumen2 yang diluar PB, secara singkat, ada 39 sumber di luar PB yang mencatat tentang Yesus.

Arkeologi. Misalnya dalam peristiwa pembunuhan anak2 oleh Herodes.
Cuma Matius yang mencatat hal ini. Josephus saja yang menulis begitu lengkap (sampai dengan perasaan Herodes pun ia tulis) tentang Herodes tidak menulis tentang ini. Maka mulai ada penelitian tentang hal ini.

Herodes dikenal sebagai seorang arsitek yang berbakat. Ia membangun 20 benteng tersembunyi. Namun ia tidak diterima sebagai kaisar oleh rakyatnya. Setelah diselidiki ternyata Herodes takut bahwa kekuasaan akan direbut oleh orang lain. Hal ini semakin nyata ketika ditemukan bukti bahwa ia membunuh orang2 yang mencoba merebut kekuasaannya. Pertama ia membunuh Aristobulus, adik dari isterinya sendiri, lalu 2 anaknya, isterinya, ibu mertuanya dan Antiphater.

Peristiwa orang2 majus datang kepada Herodes adalah bertepatan dengan tahun dimana ia membunuh 2 anaknya, maka muncul 2 pendapat tentang hal ini yaitu sebagai berikut,
Kemungkinan Matius bingung karena orang2 majus datang pada tahun yang sama ketika ia membunuh anak2nya sehingga Matius menulis bahwa ia telah membunuh anak2.
Karena peristiwa ini memang terjadi yaitu Herodes membunuh anak2nya dan juga anak2 di daerah kekuasaannya karena mendengar berita, bahwa seorang raja akan lahir, dari orang2 majus. Maka Matius menuliskan hal ini.

Saudara2, iman kristen bukanlah iman yang tanpa pengetahuan. Bukan asal percaya dan pokoknya saja. Tapi iman kristen adalah iman yang juga berdasarkan fakta sejarah. Sekarang ini ada 2 pernyataan mengenai Yesus yaitu,

1. Yesus adalah benar2 ada dalam sejarah dan juga yang dinyatakan oleh alkitab adalah benar.
2. Yesus hanya sebatas ideologi manusia saja. Perwujudan manusia yang sempurna yang dituangkan dalam suatu tulisan – oleh kaum liberal.

Apakah perbedaan antara kedua pernyataan ini. Kalau kita menolak pernyataan yang ke-1 maka kita telah menolak suatu fakta sejarah. sedangkan apabila kita menolak yang ke-2, kita hanyalah menolak suatu gagasan atau suatu pengajaran saja.

Dalam bukunya ini Lee strobel membaginya menjadi 3 Bab besar yaitu tentang dokumen2, ke-Tuhan-an Yesus dan kebangkitan Yesus. Dan yang baru saja kita bahas adalah Bab yang pertama. Namun kita harus menyadari bahwa tidak semua orang bisa percaya kepada sebuah pembuktian intelektual seperti ini. Bukan berarti intelektual tidak perlu. Karena di negara Indonesia ini banyak yang beranggapan bahwa alkitab yang kita pegang sekarang ini telah dipalsukan, ini adalah pernyataan yang berasal dari abad ke-7 dan masih ada hingga sekarang. Untuk itu kita perlu mengetahui mengenai kebenaran alkitab dengan pembuktian sejarah. Pembuktian secara intelektual ini tidaklah berguna bagi,

a. Orang yang kecewa kepada Tuhan. Orang seperti ini ingin bukti yang bersifat pribadi yaitu yang dialami secara langsung oleh mereka.
b. Orang yang stress. Orang seperti ini mencari kelegaan bukan hal yang justru memusingkan mereka, misalnya saja kesembuhan.
c. Orang yang mencari Allah menurut kehendaknya sendiri. Mereka menginginkan Allah seperti yang mereka mau. Misalnya saja tentang Yesus yang ditulis dalam kitab masa kecil Yesus. Di situ ditulis bahwa Yesus ingin menyenangkan kita, ia sangat murah dalam hal mujizat.
d. Orang (antikristen) yang takut hidupnya berubah. Mereka takut kehilangan kesenangan (kenikmatan) hidupyang mereka miliki dan alami sekarang tidak akan mereka dapatkan lagi ketika mereka menjadi seorang kristen. Karena seorang kristen haruslah menanggung salibnya.
e. Orang yang menanggapi segala sesuatu sebagai informasi belaka. Karena sekarang ini (Postmodern = berbeda dengan modern) banyak sekali orang yang bingung dalam menghadapi sesuatu hal dengan respon yang serius atau sebaliknya. Semua orang cenderung cuek dan tidak mau tahu.

Sudah selayaknyalah kita mengucap syukur kepada-Nya yang telah berkenan memberikan kita anugerah dan mengangkat kita menjadi anak2Nya. Setidaknya ada 3 hal yang menyebabkan orang menjadi seorang yang percaya, yaitu : 1. Melalui kesaksian hidup, 2. Karya Roh Kudus, 3. Pemilihan Tuhan.

* Yang menjadi pertanyaan sekarang Bagaimanakah keputusan Tuhan tentang anda ? karena keputusan Tuhan tentang anda menentukan masa depan anda. Soli Deo Gloria.

Pembuktian kebenaran Kristus 3

III. Sekarang kita hidup di tahun 2006. Maka yang menjadi masalah sekarang adalah masalah transmisi (penyalinan).

Injil yang ditulis oleh saksi mata sudah tidak ada, maka yang kita terima sekarang adalah salinan dari salinan dari salinan. Maka dalam salinan ke salinan bisa saja terjadi perubahan. Mengapa berubah ? misalnya orang yang menyalin tulisan tersebut mengantuk atau salah baca.

Jawab :
Alkitab yang sekarang kita pegang adalah 99,5 % (0,5 %-nya hanyalah perbedaan kecilyang tidak mempengaruhi isinya) persis sama dengan apa yang telah ditulis oleh para rasul sebelumnya. Mari kita bandingkan dengan tulisan2 yang lain,

Illiad
Ditulis : 800 SM
Salinan : 650 salinan yang diperoleh
Disalin : abad ke-2 s/d ke-3
Jarak antara tulisan dengan salinan : Kira2 1000 tahun

Tulisan dari Tacitus (seorang ahli sejarah)
Ditulis : 116 M (tentang sejarah kerajaan Roma sebanyak 16 jilid dan jilid k-7 s/d 10 hilang)
Salinan : 1-2 salinan
Disalin : 850 M
Jarak antara tulisan dengan salinan : kira2 700 tahun

Tulisan dari Josephus
Ditulis : abad ke-1
Salinan : 9 salinan
Disalin : abad ke-4
Jarak antara tulisan dengan salinan : 3 abad

Injil
Ditulis : abad ke-2 (ini adalah yang sudah dikumpulkan dengan baik namun sebelumnya sudah ada)
Salinan : 5000 buah (dengan bahasa, tempat dan zaman yang berbeda namun berisikan hal yang sama)

Kesimpulan : Dari perbandingan di atas, terbukti bahwa alkitab kita dapat dipertanggungjawabkan kebenaran salinannya dalam sejarah.

Namun apakah 27 kitab yang ada dalam PB (Perjanjian baru) dari dulu memang kita terima sebanyak itu ?

Jawab :
Dari pertama memang yang kita terima untuk PB adalah 27 kitab. Dalam hal ini ada 3 unsur yang telah ditetapkan oleh gereja dalam penyeleksian kitab yaitu :
Diakui oleh gereja2 awal.
Ditulis oleh rasul atau yang dekat dengan rasul.
Isinya sama.

"The Idea of Holy" by Rudolf Otto (2)

Sesudah beberapa penjelasan maka Otto masuk dalam studi kehadiran the numen dalam kitab suci agama kristen (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) dan seorang teolog kristen yaitu Martin Luther. Di sini dia dengan jelas memperlihatkan bahwa the numen itu adalah Tuhan. Intinya dalam studi ini dia menemukan bahwa ada suatu pengalaman dengan the numen yang menimbulkan feeling khusus seperti ketakutan atau kegentaran. Hal ini karena adanya natur non-rational dari the numen yang hanya bisa ditangkap dengan reaksi mental yang mengalami pengalaman ini. Melalui pengalaman tersebut diketahui bahwa the numen itu menyatakan kehadirannya secara nyata. Dalam perjanjian lama, orang yang mengalami pengalaman ini adalah para nabi salah satunya yesaya. Sedangkan dalam perjanjian baru, para murid ataupun orang-orang di sekitar Yesus mengalami pengalaman the numen ketika berhadapan dengan Yesus. Dari titik ini kita dapat tahu kemana kesimpulan dari Otto ini pada akhirnya. Terakhir, melalui pandangan Martin Luther mengenai adanya natur yang non-rasional dalam the numen, Otto menyakinkan bahwa memang natur non-rasional itu adalah bagian the numen yang mana diekspresikan dalan suatu taraf rasio sehingga manusia dapat mengerti sedikit lebih jelas. Hal ini disebut anthropomorphism.

Otto menjelaskan bahwa yang Kudus sebagai suatu a priori yang ditanam dalam pikiran manusia yaitu sesuatu yang sungguh-sungguh murni. Hal ini berhubungan dengan ide-ide rasional yang dapat menjelaskan sedikit mengenai yang Kudus. Ide-ide rasional ini a priori artinya tidak bergantung pada persepsi yang manusia terima. Tapi dalam elemen non-rasional yang ada dalam yang Kudus tidak bisa digolongkan sebagai a priori karena yang non-rasional ini melebihi a priori. Penjelasan secara rasional hanya akan mempersempit kedalaman arti dari yang Kudus. Otto berpendapat bahwa Ide-ide rasional dan perasaan sangatlah murni. Artinya memang bukan karena persepsi-persepsi tertentu. Sesuatu yang memang murni ada dalam diri manusia dan memang bersifat murni. Hal ini berhubungan erat dengan kecenderungan dari roh manusia (hidden ‘predisposition’ of the human spirit). Kecenderungan ini yang menyebabkan suatu dorongan untuk menyembah atau beragama. Hal ini pula yang mendorong akal manusia sehingga menyatakan yang Kudus dalam suatu ide-ide yang rasional.

Elemen rasional dan non rasional itu dalam the numen sangat harmonis dan memiliki kesatuan yang bersama-sama hadir. Memang tidak disangkali bahwa perlu rasio untuk menjelaskan atau menggambarkan the numen yang non-rasional. Hal ini masih bisa karena rasional dan non-rasional ada pada the numen itu sendiri. Tapi tetap tidak mengekstrimkan dengan menyatakan bahwa the numen sungguh dengan sempurna bisa dijelaskan secara rasional. Kalau sampai demikian maka, menurut Otto, kita masuk dalam suatu fanatik sempit atau mistik yang tidak bertanggungjawab. Otto memberikan penjelasan dalam beberapa hal mengenai hubungan elemen non-rasional dan rasional yang harmonis. Pertama, tremendum yang bisa dijelaskan salah satunya melalui ide keadilan yang mana dalam agama dilihat sebagai suatu murka Allah. Kedua, pesona yang salah satunya dijelaskan melalui ide kebaikan atau belas kasih yang dalam agama dipandang sebagai suatu anugerah. Ketiga, mysterium yang dijelaskan sebagai suatu yang absolut dan dalam agama dipahami sebagai suatu yang ilahi (deity).

Dalam buku ini juga dijelaskan mengenai respon-respon manusia yang salah terhadap the numen. Respon-respon dan ekspresi-ekspresi manusia terhadap the numen ini menimbulkan suatu kepercayaan-kepercayaan tertentu yang sungguh melenceng dari the numen itu sendiri. Salah satu contoh yaitu animisme yang percaya bahwa segala sesuatu dalam dunia ini mempunyai suatu soul power. Hal ini terjadi karena menekan yang Kudus itu dalam suatu konsep tertentu. Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa untuk mengenali yang Kudus dengan sungguh-sungguh itu perlu suatu reaksi mental ketika kita masuk dalam pengalaman dengan yang Kudus. Reaksi mental ini yaitu takut atau gentar. Sekali lagi Otto sebenarnya mencoba mengarahkan kepada nabi-nabi dalam alkitab kristen. Para nabi sungguh-sungguh mengalami kehadiran the numen atau yang Kudus dan menjadi gentar. Penjelasan seperti ini tidak ada dalam animisme yang hanya menekankan suatu konsep bahwa setiap hal ini dunia ini mempunyai suatu soul power tapi tidak masuk dalam suatu pengalaman khusus bersama the numen.

Dalam kesimpulan akhir dari buku ini adalah melihat agama kristen sebagai suatu agama tertinggi karena mengalami yang Kudus itu sendiri yang dinyatakan secara langsung dalam dunia ini melalui inkarnasi. Yang Kudus bukan hanya sekedar ide atau konsep kosong tapi sesuatu yang mysterium tremendum yang ditermanisfestasikan secara nyata. Setelah mempelajari the idea of the Holy dalam berbagai agama dan kepercayaan di dunia maka dia melihat keunikan tersendir dalam kekristenan. Keunikannya yaitu the Holy made manifest. Sebelumnya dalam perjanjian lama tidak terjadi demikian. Dalam perjanjian lama dijelaskan adanya pengalaman yang khusus oleh para nabi dengan kehadiran yang Kudus. Mereka mengalami kegentaran. Sedangkan dalam perjanjian baru dijelaskan bahwa yang Kudus menyatakan dirinya dalam Yesus Kristus. Dimana orang banyak dicatat takut dan gentar kepadaNya. Pengalaman orang banyak atau pun para murid akan Yesus dan reaksi mental yang mereka alami adalah suatu bukti nyata bahwa Dialah yang Kudus yang hadir secara nyata dalam dunia.

Pembuktian kebenaran Kristus 2

II. Kita masuk ke dalam masalah selanjutnya yaitu masalah celah waktu.

Injil ditulis berpuluh-puluh tahun sesudah kematian Yesus. Markus menulis injil kira2 40 tahun sesudah kematian Yesus. Matius dan Lukas menulis injil kira2 10 tahun kemudian (50 tahun sesudah kematian Yesus). Dan Yohanes menulis injil kira2 60 tahun sesudah kematian Yesus. Maka ada beberapa pertanyaan yang timbul yaitu,

a. Apa para penulis tidak lupa ?
b. Apa tidak terjadi perubahan ? Bisa saja Yesus yang ditulis berbeda dengan Yesus yang ada dalam sejarah.
c. Apa tidak dibumbui / dilebih2kan ?
d. Apakah tidak tercampur dengan ajaran gereja ?
e. Apakah ada minat tertentu dari penulis injil ?

Jawaban untuk pertanyaan (a) – (d) adalah tidak, kenapa :

Muncul teori, mengapa jarak waktu penulisan injil berbeda jauh dengan kematian Yesus yaitu karena mereka tidak berminat untuk menulis injil. Kenapa ? karena para rasul (khususnya) berpikir bahwa kedatangan Yesus (yang kedua) sudah sangat dekat sehingga mereka merasa tidak perlu untuk menulis injil. Data2 yang berisikan tentang Yesus diserahkan kepada orang2 yang bisa dipercaya dan selalu dicek kebenarannya ke data yang awal. Tradisi ini begitu ketat dipelihara.

Jawaban untuk pertanyaan (e) adalah mungkin saja memang sesuai dengan minat masing2 penulis tapi isi injil tersebut tidak ditambah-tambahkan. Misalnya, matius menulis untuk orang Yahudi sehingga tulisannya lebih berfokus supaya orang Yahudi dapat menerima injil. Kalau memang mereka ingin Yesus diterima, kenapa ada hal2 yang menunjukkan ketidakmampuan / kelemahan Yesus. Misalnya dalam Penyaliban, Yesus berteriak kepada Allah. Maka pastilah mereka menulis karena memang kenyataannya seperti itu. Namun justru karena kejujuran mereka inilah yang menyebabkan Yesus menjadi dikenal dan orang2 yang mendengar kabar tentang Yesus menjadi smakin percaya. Lee Strobel memakai peristiwa Holocaust dalam menjelaskan hal ini. Apabila seseorang ingin menulis tentang peristiwa Holocaust maka ia akan menulis berdasarkan fakta sejarah bahwa ada banyak orang meninggal dalam kamar gas. Karena tulisannya sesuai dengan sejarah maka tentunya orang2 akan semakin tertarik dan percaya.

Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah Yesus yang ada dalam injil sama dengan yang ada dalam sejarah ?

Muncul yang namanya “Jesus Seminary” yaitu sekelompok orang yang menyelidiki tentang kebenaran Yesus dalam alkitab dan sejarah. Hasil penelitian mereka dapat disingkat sebagai berikut : 2 % injil adalah sejarah, 20 % adalah diragukan kebenarannya dan 78 % adalah tidak berdasarkan fakta sejarah. Mereka mengambil contoh dalam “Doa Bapa Kami”, menurut mereka perkataan Yesus (yang adalah seorang tukang kayu) yang benar adalah Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya (Matius 6:11).

Adapun tradisi (seperti yang dikatakan sebelumnya) yang memelihara tentang kebenaran peristiwa Yesus yaitu tradisi oral. Orang2 yang dipercayakan untuk memelihara tradisi ini adalah orang khusus, artinya yang memang memiliki kemampuan untuku memeliharanya dengan baik. Maka pasti tidak terjadi kekeliruan. Contoh2 dalam alkitab yaitu 1 Korintus 15 dan khotbah2 yang terdapat di kitab Kisah Para Rasul (misalnya khotbah Petrus). Dalam 1 Korintus 15: 1-11 bahwa Paulus menyampaikan injil kepada jemaat yang ada di Korintus dan terus mengingatkan serta menegaskan kepada mereka mengenai injil yang ia (dan para rasul) terima dan kemudian ia (dan para rasul) ajarkan. Demikian pula dengan khotbah Petrus yang didengar oleh orang banyak.

Ada teori mengenai sumber2 yang dipakai oleh para saksi mata (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Sumber2 yang digunakan Markus adalah dari Petrus sendiri, tradisi oral dan sumber Q (catatan2 yang lain). Matius dan Lukas memperoleh data dari Markus, tradisi oral dan sumber Q. Pernyataan bahwa Matius dan Lukas memperoleh data dari Matius adalah karena hampir semua yang ditulis oleh Markus terdapat di injil Matius dan Lukas. Mengenai sumber Q, Lukas sendiri mengkonfirmasikan hal ini dalam Lukas 1:1-4.

Jarak waktu yang begitu singkat dalam pnulisan injil sesudah kematian Yesus, ini membuktikan bahwa Yesus bukanlah legenda. Pada abad ke-2 ada banyak injil tentang Yesus, jadi tidak mungkin kabar mengenai Yesus diubah karena jaraknya yang sangat singkat dan masih ada saksi mata yang hidup pada waktu injil ditulis. Kita dapat membandingkan ini dengan tulisan yang menceritakan tentang Alexander Agung yang ditulis 400 tahun sesudah kematiannya. Sungguh memiliki jarak yang begitu jauh tapi kenapa bisa diterima oleh dunia sedangkan injil mengenai Kristus tidak diterima. Hanya ada 1 alasan mengapa injil mengenai Kristus Yesus tidak diterima yaitu mereka memang pada dasarnya tidak mau percaya.

Kesimpulan : Injil adalah benar dan dapat dipercaya. Adanya celah waktu tidak merubah kebenaran injil.

Pembuktian kebenaran Kristus 1

Ringkasan Seminar “Pembuktian atas Kebenaran Kristus” oleh Lukman.
Bedah buku dari “The Case for Christ by Lee Strobel.”
Pembicara : Pdt. Yohan Candawasa.

Didasarkan dengan rasa ingin tahunya Lee strobel menyelidiki tentang Yesus dan kebenaran-Nya. Sesudah terbukti bahwa Yesus itu adalah benar ada dan apa yang dinyatakan oleh alkitab itu adalah benar ia menjadi seorang percaya. Dan ia membukukan hasil dari penyelidikannya itu. Lee Strobel menulis buku ini namun dengan sikap ia mula2 yaitu seorang atheis skeptis (tidak percaya sama sekali). Ia adalah lulusan dari jurusan hukum di Yale University. Ia bekerja sebagai jurnalis namun sekarang melayani Tuhan. Dalam bukunya ini, ia menulis dengan metode penyelidikan sebuah kasus kriminal. Data2 ia peroleh dari hasil wawancara, membaca dan bukti2 yang ada.

I. Hal pertama yang diperhatikan dalam penyelidikan sebuah kasus yaitu ada tidaknya saksi mata.

Yesus tidak meninggalkan ajaran2-Nya dalam bentuk tulisan, maka dari mana kita tahu bahwa Ia dan ajaran-Nya adalah benar2 ada ? dari saksi mata. Siapakah saksi mata itu ?
1. saksi mata langsung yaitu Matius dan Yohanes.
2. saksi mata lapis kedua (yang tidak langsung) yaitu Markus dan Lukas.

Mereka menulis tentang Yesus dalam injil yang sekarang ini kita pegang. Kita tahu tentang Yesus dari injil yang mereka tulis. Maka ada beberapa pertanyaan yang akan timbul :

a. Apakah benar mereka yang menulis injil ?
Jawab :
Bisa saja orang lain yang memakai nama mereka tapi itu tidak mungkin, kenapa? Karena apa bila kita melihat latar belakang dari penulis injil ini maka kita ketahui bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak berotoritas tinggi. Kalau memang ada orang yang memakai nama mereka, mengapa tidak memakai nama Petrus saja yang memiliki otoritas lebih tinggi.

b. Kalau benar, dapatkah sejarah membuktikannya ?
Jawab :
Ada beberapa saksi dalam sejarah yang mengkonfimasikan tentang saksi mata ini, yaitu,
Papias (125 M)
Ia mengatakan bahwa,
Markus mendapat informasi dari Petrus, Matius memelihara ajaran2 Yesus dan Yohanes menulis injil Yohanes. Yang menjadi masalah dalam tulisannya ini yaitu mengenai Yohanes. Dalam tulisannya, ada 2 kemungkinan ia menyebut Yohanes yaitu Yohanes yang adalah rasul atau Yohanes yang adalah penatua gereja.

Irenius (kira2 180 M)
Ia mengatakan bahwa,
Matius menerbitkan injilnya sendiri di antara orang Yahudi dalam bahasa Yahudi, Markus memberikan mereka (kelompok yang di dalamnya ada Irenius) tulisan yang berisi pokok2 khotbah Petrus selagi Petrus dan Paulus pergi menginjili di Roma dan mendirikan gereja di sana, Lukas mengumpulkan injil yang diberitakan oleh gurunya Paulus, dan Yohanes yang bersandar di dada Yesus menulis sendiri injilnya.

c. Betulkah bahwa apa yang mereka tulis itu adalah betul ?
Jawab :
Tulisan mereka dapat dipercaya walaupun ada perbedaan2 dalam masing2 injil. Misalnya, dalam peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus. Dalam penyelidikan para ahli sejarah, jikalau ada 3 – 4 saksi (paling sedikit) menyampaikan hal yang sama untuk 1 peristiwa maka pasti ada suatu kesepakatan dan ini sulit untuk dipercaya. Lee Strobel mengatakan demikian pula dalam suatu pengadilan. Maka apabila kesaksian dari para saksi adalah sama persis maka pasti ada konspirasi. Memang masing2 injil mempunyai perbedaan2 tapi mempunyai inti yang sama. Dalam peristiwa kebangkitan Yesus, masing2 injil mencatat bahwa Yesus bangkit dan saksi kebangkita itu adalah para perempuan yang justru dianggap lemah kesaksiannya. Maka pasti apa yang para saksi tulis adalah memang kenyataannya seperti itu dan benar.

Kesimpulan : Saksi mata ini adalah benar dan dapat dipercaya.

Minggu, 21 Maret 2010

"The Idea of Holy" by Rudolf Otto (1)


Buku ini bisa dimasukkan dalam kategori psikologi agama dengan menggunakan pendekatan filosofis dalam pembahasannya. Psikologi agama karena adanya penekanan pada mental manusia akan respon terhadap yang Kudus. Pendekatan filosofis yang artinya menjelaskan esensi dari agama itu sendiri secara mendalam, universal, radikal dan sistematik. Ia berusaha mendalami tesisnya secara lebih dalam dan juga memberikan penjelasan sedalam mungkin. Universal yaitu dengan tidak berfokus pada satu agama saja dalam pejelasannya. Memang kesimpulannya jatuh pada agama kristen. Tapi tetap bertanggungjawab dalam argumentasinya. Radikal karena berusaha untuk studi lebih dalam terhadap semua agama dan kepercayaan dunia dan membentuk suatu definisi yang jelas misalnya saja dalam pengertian dia akan mysterium tremendum. Dan buku ini terlihat menggunakan metode berpikir yang jelas. Misalnya, pertama-tama pandangan penulis kemudian argumentasi ditambah dengan contoh atau aplikasi lalu perbandingan dan kritik yang diajukan dan terakhir kesimpulan.

Tiga orang yang sering dikutip oleh Otto yaitu William James, Schleiermacher dan Goethe. Dia terpengaruh oleh mereka baik secara tidak langsung ataupun langsung, baik secara negatif atau pun positif. Seperti pandangannya dalam creature-feeling yang dia bandingkan dengan schleiermacher akan the feeling of dependence dari manusia. Dia mengkritisi pandangan schleiermacher dan melampaui pengertian dari schleiermacher. Dia melihat bahwa Schleiermacher sendiri mempunyai kontribusi tersendiri dalam keagamaan yaitu mengangkat kembali feeling sebagai hal yang selama ini terlupakan karena pengaruh rasionalisme. Demikian dalam Goethe yang mana dia menemukan bahwa dalam karya-karya goethe juga menjelaskan mengenai mysterium tremendum tapi tidak sampai pada akarnya.

Sesuai dengan judul dari buku ini yaitu the idea of Holy, Rudolf Otto memaparkan mengenai the idea of Holy yang ada dalam setiap agama atau pun kepercayaan primitif dunia. Setiap agama dan kepercayaan manusia berespon terhadap yang Kudus. Responnya ini memiliki ekspresi yang berbeda-beda dalam membangun setiap ajaran-ajaran agama. Tapi, menurut Otto, mesti ada pengalaman dengan yang Kudus. Pengalaman ini membangkitkan suatu perasaan khusus pada diri seseorang. Contoh yang diberikan yaitu seperti seorang nabi yang mengalami pengalaman ini. Sesudah itu mereka berespon dan jadilah agama dan kepercayaan yang mereka pegang. Yang Kudus itu menyatakan wujudnya dan kehadirannya secara nyata dalam dunia ini. agama kristen adalah agama yang memiliki wujud nyata dari yang Kudus yaitu Yesus Kristus. Inilah gambaran singkat tesis Rudolf Otto dalam buku ini.

Otto menggunakan istilah dari bahasa latin the numen atau the numinous sebagai ganti yang Kudus. Ia tidak langsung menyebutkan bahwa yang Kudus itu adalah Tuhan. Ia menggunakan istilah ini karena banyak agama dan kepercayaan secara umum memiliki pengertian ini tapi dengan arti berbeda-beda. Mereka me-rasionalisasi-kan dan me-moralisasi-kan yang Kudus ini. Yang mana sebenarnya mempersempit pengertian yang Kudus itu dalam suatu konsep terbatas dan dalam taraf moral saja. Salah satu contohnya dalam pengertian “kudus” yang diganti dengan “baik”. Memang dalam arti kata “kudus” aspek “baik” termasuk di dalamnya, tapi penekanan ini mengurangi kedalaman arti kudus itu sendiri.

The numen ini dikenali sebagai suatu objek yang berada di luar diri manusia yang diidentifikasi dengan suatu perasaan khusus. Otto menyebut perasaan khusus ini sebagai creature-feeling atau creature-consciousness. Perasaan ini akan nyata ketika seseorang itu masuk dalam suatu pengalaman religius dengan the numen artinya the numen itu sendiri secara aktif hadir dalam pengalaman tersebut. Dan perasaan ini bersifat spontan. Ketika seseorang itu mengalami kehadiran the numen maka, secara spontan, seseorang tersebut menyadari keterbatasannya sebagai ciptaan yang berhadapan dengan yang Maha Kuasa. Kesadaran inilah yang disebut sebagai creature-feeling.

The numen dijelaskan sebagai mysterium tremendum. Penjelasan dimulai dengan menggali dari arti kata pembentuknya. Yang pertama yaitu tremendum. Ada beberapa elemen dari tremendum yaitu awefulness, overpoweringness dan energy (urgency). Tremendum itu dari kata tremor yang bisa diartikan sebagai takut (fear/dread). Ketakutan ini merupan perasaan yang sebenarnya timbul karena elemen awefulness dari the numen. Elemen kedua overpoweringness yang menimbulkan perasaan ketidakberdayaan sebagai ciptaan karena berada dihadapan yang Maha Kuasa. Selain kedua hal ini, ada pula elemen energy dari the numen yang menyatakan bahwa the numen tersebut hidup dan aktif. Kata kedua yaitu mysterium yang berhubungan dengan kemisteriusan dari the numen. Misterius ini dijelaskan sebagai suatu yang Wholly Other dan elemen pesona (fascination). The numen itu adalah suatu objek yang misterius karena bukan hanya tidak mampu untuk ditangkap secara komprehensif oleh rasio tapi juga karena the numen itu sesuatu yang lain dari ciptaan (Wholly Other). Selain dipandang sebagai sesuatu yang lain, the numen juga memiliki karakter yang positif yaitu pesona. Hal ini menyebabkan seseorang yang mengalami suatu pengalaman bersama the numen itu kesukacitaan yang tidak habis atau yang tak terkatakan.

Ada sarana khusus untuk mengekspresikan the numen itu keluar. Yang pertama secara ekspresi secara langsung yaitu the spirit in the heart. The spirit ini sudah ada di dalam diri manusia sehingga memberikan manusia kemampuan untuk menerima dan mengerti the numen melalui pengalaman dengan the numen. The spirit inilah yang membangkitkan perasaan khusus manusia akan the numen sehingga manusia dapat mengerti dengan tepat akan the numen itu. Ekpresi secara tidak langsung yaitu perasaan khusus yang hampir sama dengan perasaan natural manusia. Misalkan perasaan khusus itu mengekspresikan unworthy yang dalam pengertian tertentu sama dengan perasaan natural fearful dan horrible. Selain itu the numen juga diekspresikan dalam seni. Yang mewakili the numen dalam seni adalah the sublime. Artinya the numen dalam seni dikenali sebagai the sublime. Seni memberikan impresi khusus akan the numen yang diekspresikan secara nyata. Misalnya dalam bangunan gothic pada abad pertengahan yang sangat terkenal memberikan kesan mistik dalam kegelapan dan kesunyian yang ada. Demikian juga dengan empty distance, jarak yang jauh antara dasar dengan atas dalam bangunan gothic. Hal ini menimbulkan perasaan khusus akan the sublime yang adalah the numen itu sendiri. (bersambung)