Cabang Sungai Delaware
(1744-45)
Pada tahun 1744, ia
pernah setidaknya 2x (gereja atau lembaga yang berbeda) diminta menjadi hamba
Tuhan di Sheffield, Massachusetts dengan jaminan yang begitu besar. Namun ia
memutuskan untuk kembali ke ladang misi kepada suku Indian. Ini merupakan
ladang misinya yang baru dari lembaga misi sebelumnya. Ia memasuki pedalaman
begitu jauh dari tanah kelahirannya itu sendirian. Saat itulah ia mengingat
bahwa banyak juga anak-anak Tuhan yang pernah melakukan perjalanan yang begitu
jauh sedemikian demi injil. Dan di alkitab sendiri, Abraham juga diutus Tuhan
untuk pergi ke tempat ia tidak mengetahuinya. Ini menjadi penghiburan baginya.
Di daerah misi yang baru ini, orang Indian hidup berpencar-pencar. Ini juga
yang menjadi tantangan pelayanannya sehingga ia pergi ke beberapa tempat ketika
pelayanan karena tidak bisa mengumpulkan di satu tempat. Selain itu,
semangatnya sempat kendur karena belum menemukan penterjemah tapi ia terus
melayani. Ia tetap menjaga disiplin rohaninya seperti berdoa dan bersaat teduh
setiap harinya.
Pada juni 1744,
koresponden yang mengutus Brainerd memutuskan untuk mentahbiskannya. Ia berkuda
2 hari lamanya ke Newark dimana pentahbisannya akan dilaksanakan. Sebelum
ditahbiskan ia harus mengikuti ujian lalu kotbah dari ayat yang ditetapkan yaitu
Kis. 26:17-18, ujian lagi tentang pengenalan praktis kekristenan dan kotbah
saat pentahbisan. Ia pun akhirnya ditahbiskan. Pada 24 juni, tubuhnya begitu
lemah dan hampir tidak sanggup berjalan namun ia tetap kembali melayani di
antara Indian di Cabang Sungai Delaware.
Semakin ia melayani,
semakin besar kerinduannya agar Kristus menegakkan kerajaanNya di tengah orang
Indian. Keberadaan rakyat dalam kebutaan rohani dan kemerosotan moral justru
memperkuat tekadnya untuk berjuang demi keselamatan mereka. Pada 6 juli 1744,
Ia menuliskan: “Tahun lalu, saya rindu untuk bersiap-siap masuk ke dalam alam
kemuliaan dan cepat-cepat meninggalkan dunia ini; tetapi belakangan ini segenap
pemikiran saya tertuju kepada pertobatan orang kafir dan untuk tujuan ini saya
ingin tetap hidup.” Pada 21 juli, “ saya rindu sekali agar Tuhan mendapat nama
bagi diriNya di antara orang kafir. … saya tidak memiliki konsep tentang
sukacita dari dunia ini; saya tidak peduli diman atau bagaimana saya hidup,
atau penderitaan apa yang harus saya alami, asalkan saya dapat memenangkan
jiwa-jiwa bagi Kristus.”
Dalam pelayanan ini juga
ia sering berhadapan dengan para guru-guru kepercayaan dikenal sebagai powwow. Mereka dipercaya memiliki
kuasa-kuasa gelap dan ajaran-ajaran yang jauh dari kekristenan. Ini merupakan
peperangan rohani yang dihadapi Brainerd. Namun tetap ia bersandar pada
keyakinan besar akan kuasa Allah. Bersandar pada kuasa Allah tidak berarti ia
diam saja. Tapi ia terus melakukan berbagai hal supaya orang Indian bertobat khususnya
doa. Karena pertobatan adalah sesuatu yang di luar kuasa manusia dank arena
hanya Allah saja yang sanggup melaksanakan pekerjaan ini, ia bergumul
berjam-jam dalam permohonan syafaat. Ia terbiasa berdoa sendiri di hutan dan
memohon agar Allah menyatakan anugerah keselamatan kepada orang Indian. Namun
sampai tahun terakhir misinya yaitu 1745, ia belum memenangkan satu petobat
pun. Walaupun memang banyak orang Indian mulai meninggalkan ritual-ritual
kepercayaannya dan bahkan dengan serius dan berkaca-kaca mendengarkan kotbahnya
tentang Kristus. Saat inilah ia mulai menganggap dirinya sebagai beban dari
lembaga misinya. Ia mempertimbangkan untuk mengundurkan diri bila tidak juga
mempertobatkan orang Indian pada misi berikutnya.
Crossweeksung (1745-46)
Di tahun inilah banyak
pertobatan dari orang Indian melalui pelayanannya. Seperti seorang perempuan
yang sakit bersalin, ia sudah menanti-nantikan begitu lama akan peristiwa
pertobatan dari orang Indian. Ia keluar menabur benih yang mahal sambil
menangis dan sekarang ia pulang dengan bersorak-sorai sambil membawa
berkas-berkasnya. Pada periode inilah bisa dikatakan pelayanannya paling
berhasil mempertobatkan orang Indian. Banyak orang Indian yang bertobat dan mau
menjadi pengikut Kristus di Crossweeksung.
Ia tiba di crossweeksung pada 19 juni 1745. Ini pun
tempatnya sangat terpencar. Bedanya mereka sangat terbuka untuk mendengarkan
injil yang disampaikannya. Mereka serius dan penuh minat dan tidak cenderung
menentang dan mencari-cari kesalahan sebagaimana dilakukan oleh orang Indian di
tempat lain. pendengar pertamanya terdiri dari para wanita dan anak-anak.
Mereka begitu tertarik hingga menempuh perjalanan 15 mil dalam satu hari untuk
menceritakan pada orang-orang lain mengenai pria kulit putih yang menyampaikan
tentang injil Kristus ini. Gerakan ini seperti api yang menjalar sampai ke
setiap penjuru. Tiga hari sesudah kedatangannya ada sekitar 30 orang datang.
Ketika 2 juli ia harus kembali ke Cabang Sungai Delaware, banyak mereka yang
sangat mengharapkan kedatangannya kembali. Dan ia pun berjanji akan datang
kembali mengajarkan tentang Kristus di Crossweeksung.
Ketika kembali ke Cabang
Sungat Delaware, ia melihat buah-buah sulung dari tuaian diantara orang Indian.
Roh Allah bekerja dengan nyata dan hasil jerih lelah selama 2 setengah tahun
mulai muncul. Ini dimulai dari seorang
petobat bernama Moses Finda Fautaury
yakni sebagai penterjemah Brainerd. Ia bertobat pada agustus 1744, dimana
penyesalannya begitu kuat atas dosanya dan sampai menyadari bahwa tidak ada
seorang manusia pun yang bisa menolongnya. Ia menyadari bahwa hanya Allah yang
mampu menolongnya, ia pun menjadi seorang Kristen.
Dari juli sampai dengan
agustus 1744, sekembalinya ia ke Crossweeksung, ia melihat bagaimana Tuhan
menyatakan anugerahnya mempertobatkan orang-orang Indian yang dilayaninya.
Banyak orang Indian seperti tertusuk anak panah dari Yang Mahakuasa dan
menangis untuk memohon pengampunan. Pertobatan mereka seperti air bah yang
begitu deras menerjang dan tak terbendung. Ada seorang wanita Indian setelah
mendengar kotbah, ia terbaring sambil berseru: “Guttummaukalummeh wechaumeh
kmeleh Ndah” berarti “Kasihanilah aku dan tolong aku untuk memberikan hatiku
padaMu.” Brainerd mengatakan ini merupakan manifestasi kuasa Allah yang cukup untuk
meyakinkan seorang atheis akan kebeanran dan kuasa dan pentingnya firman Allah.
Pada 25 agustus, ia membaptiskan banyak orang Indian yang bertobat tersebut. Sejak
itulah sungguh-sungguh nyata pemeliharaan Tuhan atas umatNya. Banyak orang
Indian setiap kali mendengarkan kotbah Brainerd yang terus terdorong untuk
mohon ampun dan hidup suci. Siapa yang dapat membayangkan bahwa suatu daerah
yang prospeknya begitu buruk, tempat iblis bersemayam dapat berubah menjadi
ajang pencurahan air mata pertobatan dan kasih kudus? Nubuat Yesaya 41:18-20 digenapi di daerah liar
New Jersey.
Dari sini kita dapat
belajar empat karakteristik dari kebangunan rohani:
1. Berasal dari sumber
ilahi. Brainerd pernah mengatakan: “saya rasanya tidak berbuat apa-apa, dan
memang tidak ada yang bisa diperbuat kecuali berdiri tetap dan melihat
keselamatan dari Tuhan, … tampaknya Allah bekerja sendirian dan saya rasa tidak
ada alasan untuk menganggap pekerjaan ini berasal dari manusia.”
2. Bersifat rasional. Dimana
tidak terdapat fenomena seperti orang yang kejang tubuh, pingsan dan lain-lain.
Orang Indian yang bertobat memiliki kesadaran akan kefasikan hati dan perbuatan
mereka dan takut akan murka Allah. Hanya sedikit yang memang mengalami gangguan
mentap seperti penglihatan, kerasukan dan imajinasi. Yang menggugah mereka
adalah doktrin mengenai kerusakan manusia dan perlunya kelahiran kembali dan
keutamaan Kristus.
3. Kebangunan rohani ini
praktis dalam perwujudannya. Orang yang bertobat sungguh menyatakan perubahan
hidup dalam keseharian mereka.
4. Berdampak permanen.
Orang-orang yang sudah menjadi Kristen tersebut tetap menjadi Kristen ketika ia
harus meninggalkan mereka karena kesehatan yang memburuk. Pelayanannya kemudian
diteruskan oleh John, saudaranya.
Daerah Susquehanna
(1744-46)
Pelayanan di Daerah
Susquehanna dilakukan pulang pergi ke Cabang Sungai Delaware, kadang ia juga
kembali ke Crossweek. Pada 2 Oktober 1744, dia memulai perjalanannya bersama
Moses Finda Fautaury (penterjemahnya), 2 orang Indian dan James Byram, seorang
pendeta. Mereka pergi ke Daerah Susquehanna. Ini merupakan perjalanan yang
paling sulit dan berbahaya. Mereka harus melewati gunung-gunung yang tinggi,
ngarai-ngarai yang dalam, dan bukit batu terjal. Di tengah perjalanan kaki kuda
yang dinaikinya patah, dan terpaksa membunuhnya karena tidak ada tempat atau
rumah terdekat untuk dijadikan tempat istirahat. Ia pun melanjutkan perjalanan
dengan berjalan kaki. Hingga malam tiba, mereka belum menemukan perumahan untuk
istirahat maka mereka beristirahat di atas tanah dan tidur dengan tenang di
tengah dinginnya malam. Atas kemurahan dan perlindungan Allah mereka dapat
terus melanjutkan perjalanan hingga ke ladang misi. Mereka sampai di Opeholhaupung dimana terdapat 12 rumah
orang Indian. Mereka pun menyampaikan injil Kristus. Orang Indian bersemangat
mendengarkan dan juga mau mengajukan keberatan akan injil tersebut. Ketika
Brainerd harus pergi, orang Indian tersebut ingin kemblai mendengarkan
pengajarannya akan injil Kristus. Ketika ia kembali lagi, ia pergi juga ke
perkampungan yang lain sehingga injil Tuhan semakin tersebar. Yang terakhir
yaitu Shaumoking. Mereka diterima ramah di sini namun mereka kesulitan dalam
bahasa. Selain itu, orang Indian di sini begitu memperihatinkan bagi Brainerd
karena mereka masih saja melakukan tarian dan pesta-pesta penyembahan berhala.
Ditambah lagi orang kulit putih yang berdiam dekat tempat tersebut menjual
minuman keras kepada mereka sehingga banyak dari mereka menjadi pemabuk.
Setelah 2 minggu melayani di tempat ini dengan penuh tekanan demikian, akhirnya
ia kembali pulang ke tempat pelayanan lainnya.
Di Crossweek, ia melayani
di gereja yang kebanyakan orang Indian dan semakin hari semakin banyak. Ia pun
mulai memikirkan tentang pelayanan misinya. Ia memikirkan bagaimana jikalau ia
berkeluarga dan melayani di tempat yang tetap yaitu Crossweek. Sampai suatu
ketika ia mengambil keputusan sebagaimana dicatat dalam buku hariannya:
“Namun kini pemikiran-pemikiran ini (untuk menetap dll) hancur
berkeping-keping, bukan dengan paksa, melainkan dengan pilihan sukarela; sebaba
saya merasa bahwa Allah telah bekerja dalam hidup saya untuk mempersiapkan saya
untuk hidup dalam kesendirian dan penderitaan dan bahwa saya tidak akan
kehilangan apa-apa dalam hal yang terkait dengan dunia, jadi saya tidak rugi
apa pun bila saya melepaskan semua keinginan itu. Bagi saya adalah baik bila
saya miskin, tanpa rumah dan keluarga dan tanpa kenyamanan hidup yang dinikmati
umat Allah yang lain untuk mana saya bersukacita bagi mereka. Namun, bersamaan
dengan ini saya melihat begitu banyak dari kemuliaan kerajaan Kristus dan
begitu kuat kerinduan untuk memperluasnya di dunia sehingga hal ini menelan
semua pemikiran saya yang lain dan membuat saya rela bahkan bersukacita untuk
menjadi musafir yang sendirian di padang belantara sampai akhir hayat saya,
asalkan saya boleh mengambil bagian dalam pekerjaan yang indah dari Penebus
saya yang agung. Sekarang saya berikrar untuk mempersembahkan jiwa saya kepada
Allah untuk melayani Dia sepenuhnya. Segenap pikiran dan kerinduan saya
menyerukan, ‘ini saya, Tuhan, utuslah saya, utuslah saya sampai ke ujung bumi;
utuslah saya kepada bangsa kafir yang liar dan ganas di padang belantara;
utuslah saya menjauhi segala sesuatu yang dinamakan kenyamanan di bumi, atau
kenyamanan dunia dalam pelayanan bagiMu untuk memperluas kerajaanMu.’ Pada
waktu yang sama, saya merasakan sekilas nilai kenyamanan duniawi: namun ini tak
berarti apa-apa dibandingkan dengan nilai kerjaan Kristus dan pemberitaan
InjilNya. Perkampungan yang tenang, tempat tinggal yang tetap, persahabatan
yang lembut, yang saya harap akan saya nikmati bila say amemilih keadaan itu,
kelihatan sangat berharga bagi saya bila dipertimbangkan secara tersendiri;
namun bila dipandang dalam perbandingan ini seolah-olah tak ada artinya.
Dibanding dengan nilai berharganya perluasan kerajaan Kristus, semua itu sirna
ibarat cahaya bintang pada saat matahari terbit. Sekalipun kehidupan yang
nyaman tampak berharga dan menyukakan bagi saya anmun saya mepersembahkan diri
saya seutuhnya, tubuh dan jiwa, dalam pelayanan kepada Allah dan demi perluasan
kerajaan Kristus; kendati itu berarti saya akan kehilangan semua yang lain,
saya tak dapat berbuat lain, sebab saya tidak dapat dan tidak mau memilih yang
lain. Atas pilihan saya sendiri, saya terpaksa mengatakan, ‘selamat berpisah,
teman-teman dan kenyamanan duniawi, juga yang paling saya kasihi, bila Tuhan
memintanya: selamat tinggal, selamat tinggal; saya rela menghabiskan hidup saya
sampai saat terakhir dalam gua-gua dan celah-celah gunung di bumi bila dengan
demikian kerajaan Kristus dapat diperluas.” (David Brainerd: Misionaris bagi suku Indian
amerika, Surabaya: Momentum. 2006, hal. 78-9)
Pada 12 agustus, ia
meninggalkan Cranberry bersama enam orang indian Kristen yang dipilihnya dari
antara jemaatnya untuk membantu dia dalam pekerjaan antara jemaatnya untuk
membantu dia dalam pekerjaan ini. Ketika sampai di Shaumoking, ia menlanjutkan
perjalanan ke utara. Namun tubuhnya semakin lemah. Begitu lemahnya hingga
sepertinya ia tidak bisa berada di tengah udara terbuka pada malam hari. Sehingga
ia memanjat sebuah pohon pinus dan dengan pisaunya ia memotong beberapa dahan
untuk membuat tempat bernaung dari embun; namun tetap ia basah kuyup. Pada 4
september, ia kembali ke Shaumoking dan melayan di sana. Banyak orang Indian
yang begitu mendapat berkat dari pelayanan dan mengalami pertobatan. Sampai 11
september, ketika tubuh sangat lemah, ia memutuskan untuk kembali ke Cranberry.
Cranberry (1746-47)
Inti doctrinal dari
ajaran Brainerd tercatat dalam bagian penutup buku hariannya: keberadaan dan kesempurnaan Allah, kewajiban
umat manusia untuk mengasihi dan menghormati Dia, keadaan manusia yang sarat
dengan dosa dan ketidakmampuan mereka menyelamatkan diri sendiri bahwa
perbuatan baik ataupun reformasi lahiriah tidak dapt membawa manusia ke dalam perkenanan
Allah; mutlak perlunya seorang Juruselamat; betapa melimpah dan kayanya kasih
karunia Ilahi dan langkah yang harus diambil oleh setiap orang berdosa untuk
memperoleh pengampunan dari Allah melalui Kristus. Ia juga menekankan Pribadi Kristus dan karyaNya.
Di Cranberry, ia menjadi
gembala sidang dimana harus melayani kebutuhan rohani dan jesmani jemaat
Indian. Ia memikirkan apa yang harus diajarkan, metode bagaimana, bagaimana
membina jiwa-jiwa, bagaimana menerapkan prinsip-prinsip kekristenan pada
masalah-masalah ekonomi, domestic dan sosial, dan banyak lagi. Setelah jemaat
Indian tersebut mencapai tingkat pengertian yang lebih baik mengenai
kekristenan. Ia memutuskan untuk membimbing melalui Katekismus. Ia mengajukan
pertanyaan-pertanyaan doktrinal dan
membahas setiap bagian dengan lebih dalam. Banyak orang Indian Kristen tersebut
ternyata siap akan pengajaran seperti demikian.
Dalam bulan juni 1746,
Brainerd membuat laporan mengenai Indian sebagaimana diminta oleh lembaga
misinya. Secara ringkas dari laporan tersebut menyatakan: (1) Orang Indian
memiliki sikap menolak kekristenan yang telah berakar. Bahkan menentang dan
membenci nama Kristus. (2) Kendala bahasa merupakan hal yang penting dalam
pekabaran injil. Karena setiap suku Indian bisa memiliki bahasa yang berbeda.
(3) Situasi yang tidak nyaman, tingkah laku liar dan cara hidup orang Indian
yang tidak menyenangkan menjadi tantangan dalam pekabaran injil. (4) Kesulitan
terakhir yaitu perlawanan dari orang-orang kulit putih sendiri. Bahkan ada yang
mencoba menfitnah Brainerd agar tidak diterima di tengah-tengah orang Indian.
Pada 9 Oktober, setelah
sakit paru-paru yang berkepanjangan dan dirawat di rumah Jonathan Edwards, ia
meninggal. Selama sakitnya, tidak sedikit pun ia mengeluh. Bahkan ia terus
bersiap jikalau Tuhan memanggilnya. Ia ingin segera bertemu dengan Tuhan,
melayani dan menyenangkanNya dalam tubuh yang sempurna. Pada bulan Februari
tahun berikutnya, Jerusha, anak Jonathan Edwards yang juga adalah perempuan
yang dikasihi Brainerd meninggal karena penyakit yang sama.
Banyak orang yang begitu
kagum dan terinspirasi dari pelayanan misi David Brainerd. Namun Brainerd juga
adalah seorang yang sangat menekankan doktrin yang dipercayanya dalam setiap
pelayanannya yaitu ajaran Calvinis. Ia dan Jonathan Edwards merupakan pemegang
kental tradisi Puritan. Ia menyadari bahwa Allah memanggil dia bukan untuk
berhasil melainkan untuk setia. Apa yang dia lakukan untuk Tuhan di dalam
setiap pelayanan bukanlah menjadi penyebab ia dibenarkan atau diselamatkan.
Karena keselamatan semata-mata anugerah Tuhan. Demikian juga pelayanan yang dia
kerjakan adalah semata-mata karya Allah. Seperti yang ditulisnya pada 3
Februari 1745: “Saya merasakan kedamaian
dalam jiwa saya dan saya tahu bahwa seandainya tidak seoarang pun dari orang
Indian bertobat oleh pemberitaan saya dan semuanya menuju penghukuman, namun
saya tetap diterima dan mendapat pahala atas kesetiaan saya; sebab saya yakin,
Allah yang memampukan saya untuk itu.”
ia begitu mementingkan kemuliaan Tuhan daripada kebaikan bagi manusia maka ia
tak pernah menggunakan metode-metode yang tidak alkitabiah untuk memikat orang
indian dan ia tak pernah menurunkan standar praktis atau pun doktrinalnya
dengan maksud menjaring lebih banyak petobat. Sebagaimana orang Puritan, ia
tidak menganggap doktrin kedaulatan Ilahi bertentangan dengan pemberitaan
injil. Tanggung jawab atas dosa terletak pada manusia dan dosa manusia semakin
berat bila menolak tawaran rahmat Allah.
Kristus memilih
orang-orang kudusNya melalui “dapur kesengsaraan” untuk memurnikan rohani
mereka. Pencari mutiara harus menyelam ke dasar lautan yang dalam. Penambang
menemukan batu permata pilihan jauh di bawah permukaan tanah, dimana tekanan
bumi yang amat besar mengubah unsure karbon menjadi batu berlian yang berharga.
Hal yang sama berlaku di alam rohani. Dalam lembah kelam dan curam, Tuhan
membuat diriNya berharga bagi umatNya dan mengerjakan anugerah yang langka
dalam hati mereka. (David
Brainerd: Misionaris bagi suku Indian amerika, Surabaya: Momentum. 2006, hal.
112)
1 Kor. 1:21
Oleh
karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka
Allah, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan
pemberitaan injil.
Disadur dari David Brainerd: Misionaris bagi suku Indian amerika, Surabaya: Momentum. 2006.