Kamis, 22 Maret 2012

Ingat Akan Nama Yesus

(Take The Name Of Jesus With You)
Lirik: Lydia Baxter (1809-1874)
Musik: William H. Doane (1832-1915)

Teks dari lagu ini ditulis oleh Lydia Baxter yang dikenal sebagai seorang pelayan Tuhan yang tekun. Dia dilahirkan pada 8 September 1809 di Petersburg, New York. Suatu kali dia dan saudaranya mendengar injil dari seorang penginjil. Lalu mereka pun bertobat. Tak lama sesudah mereka bertobat, mereka menjadi perintis dan aktif melayani di gereja Baptis, Petersburg. Sesudah dia menikah, dia pindah ke New York City. Dia melanjutkan pelayanannya di kota ini. Rumahnya menjadi tempat dimana para pengkotbah, penginjil dan pelayan lain untuk mendapat inspirasi dan nasihat dari Lydia Baxter. Dia meninggal pada 22 Juni 1874 di New York City karena sakit yang sudah lama dideritanya.

Ketika dia sakit, dia tetap melayani Tuhan dengan menulis puisi-puisi rohani. Buku yang berisi kumpulan puisinya pun sempat diterbitkan pada tahun 1855. Namun puisinya yang kita kenal saat ini yaitu “Ingat akan nama Yesus”. Lagu ini ditulis kira-kira pada tahun 1870, ketika itu dia masih terbaring di tempat tidur karena sakit. Selama hidupnya, Lydia Baxter mempelajari alkitab secara khusus dan dia senang sekali membicarakan mengenai pentingnya sebuah nama seseorang dengan teman-temannya. Nama itu sangat penting karena demikian yang diajarkan alkitab yang mana biasanya menggambarkan kepribadian orang tersebut. Dia menjelaskan beberapa nama seperti Yakub yang berarti “pengganti” karena ketika Yakub dilahirkan tangannya memegang tumit Esau (lihat Kejadian 25:26). Ishak yang artinya “tertawa” karena ketika Abraham dan Sara menerima firman Tuhan bahwa Sara akan mengandung mereka tertawa dalam hati (lihat Kejadian 17:17; 18:13; 21:6).

Nama yang sangat spesial bagi Lydia Baxter yaitu nama Yesus yang berarti “Juruselamat”. Dia mengatakan “Aku mempunyai senjata yang sangat spesial yaitu Yesus. Ketika cobaan datang untuk menjatuhkanku, aku menyebutkan nama Yesus dan cobaan akan aku lalui. Nama Yesus berarti “Juruselamat” yang mana memiliki arti yang sama dengan Yosua dan Yoas.” Karena itulah dia menuliskan puisi yang berjudul “Ingat akan nama Yesus.”

Sumber : (1) 101 Hymn Stories oleh Kenneth W. Osbeck; (2) Kisah nyata di balik lagu pilihan

Hanya oleh Darah Yesus

(Nothing but the blood of Jesus)
Musik & Lirik: Robert Lowry

Paulus menuliskan dalam Roma 3:25: “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya.” Darah Tuhan Yesus Kristus yang tercurah itu untuk menebus orang yang berdosa. Seperti yang dituliskan dalam lagu ini, apakah yang bisa menyucikan kita dari dosa? “Nothing but the blood of Jesus”. Bagaimanakah kalian selamat? Hanya karena darah Yesus yang sudah menyucikan kita. Keselamatan yang sudah kita peroleh adalah karena Kristus yang sudah mengorbankan diriNya untuk menebus kita. Dosa kita sudah diampuni karena darah Kristus yang sudah tercurah untuk kita yang berdosa, seperti dikatakan dalam Ibrani 9:22, “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan”.

Penulis lagu ini adalah Pendeta Robert Lowry. Dia lahir pada 12 Maret 1862 di Philadelphia. Pendeta Robert menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat hidupnya pada saat berumur 17 tahun. Dia menyerahkan dirinya untuk melayani Tuhan seumur hidup. Setelah lulus dari SMA, dia melanjutkan di Bucknell University. Kemudian dia melayani di gereja yang ada di Philadelphia, New jersey, New York City dan Brooklyn. Dia melayani sampai berumur 73 tahun. Selain berkotbah, dia juga menulis lagu. Salah satu lagu yang dia tulis adalah “Nothing but the Blood of Jesus”. Dia juga menuliskan musik untuk lagu-lagu hymn yang lain seperti “Berjalan ke Sion, Ya Tuhan tiap jam, Sepanjang jalan Tuhan pimpin. Adakah diantara kalian mengenal lagu-lagu yang dia tulis ini? Kalau belum, coba kalian cari lagu-lagu ini. Kalian akan semakin banyak mengenal lagu hymn.

Bagaimana Robert Lowry menuliskan suatu musik? Dia mengatakan:
I have no set method. Sometimes, the music comes and the words follow…. I watch my moods, and when anything strikes me, whether words or music, no matter where I am, at home or on the street, I jot it down…. My brain is sort of a spinning machine, for there is music running through it all the time. The tunes of nearly all the hymns I have written have been completed on paper, before I tried them on the organ. Frequently, the words of the hymn and the music have been written at the same time.

[Aku tidak punya metode tertentu. Kadang-kadang, music itu datang dengan diikuti kata-kata. … ketika perasaanku tersentuh oleh musik atau pun kata-kata entah itu di rumah atau pun di jalanan, aku langsung menulis sebuah lagu. … musik selalu ada dalam pikiranku setiap waktu. Aku menuliskan nada-nada dulu lalu mencobanya di organ. Seringkali, kata-kata dan melodi dari suatu lagu ku tuliskan pada saat bersamaan]

Kalian juga bisa menuliskan music untuk Tuhan. Mau coba?

Disadur dari: 101 Hymn Stories oleh Kenneth W. Osbeck dan The Worshiping Church.

Di Atas Satu Alas

(The Church's One Foundation)
Lirik: Samuel J. Stone (1839-1900)
Musik: Samuel S. Wesley (1810-1876)

Kata-kata dari lagu ini ditulis oleh Samuel J. Stone. Ketika itu banyak perbedaan bahkan pertentangan mengenai ajaran kristen yang sejati. Gereja mencoba mengenal kebenaran Tuhan yang sejati yang sudah diajarkan oleh Alkitab. Seorang hamba Tuhan di Inggris bernama John William Colenso mengajarkan bahwa kitab Perjanjian Lama seperti Kejadian, Keluaran, Bilangan, Immamat, dan Ulangan itu sebenarnya tidak menjadi bagian dari alkitab kita sekarang. Kemudian ajaran yang salah ini ditentang oleh seorang hamba Tuhan yang lain bernama Gray. Kemudian ajaran dari Colenso dan Gray mempengaruhi gereja. Ada yang percaya pada ajaran Colenso dan ada juga yang percaya pada ajaran Gray. Maka Samuel J. Stone yang saat itu adalah hamba Tuhan dari Gereja Inggris tahun 1866, menuliskan pengakuannya dalam suatu puisi yang kemudian dijadikan lagu “Di atas satu Alas”.

Sebenarnya teks dari lagu ini, diambil dari pengakuan iman rasuli. Bagian ini berisikan “Aku percaya kepada gereja yang kudus dan Am, persekutuan orang kudus”. Ia percaya bahwa kalau pun ada perbedaan tetap harus disadari bahwa gereja itu kudus dan satu. Jangan sampai terjadi perkelahian atau pun permusuhan yang tidak perlu antar gereja. Kalau pun ada perbedaan ajaran, gereja harus terus belajar untuk mengerti kebenaran yang ada dalam alkitab. Dan terus mau untuk dikoreksi oleh kebenaran itu. Dan kita mesti ingat bahwa Yesus Kristus adalah Kepala gereja di sepanjang zaman. Gereja berada dalam pengawasanNya dan pemeliharaanNya.

Pembuat musik dari puisi ini adalah Samuel S. Wesley. Dia lahir di London pada 1810. Samuel Wesley ini adalah cucu dari Charles Wesley yang adalah seorang penulis lagu hymn juga. Masih ingat tentang Charles Wesley? Majalah Kita juga pernah memuat mengenai Charles Wesley. Coba kalian buka kembali Majalah-Majalah sebelumnya. Ternyata cucu dari Charles Wesley ini juga terlibat dalam penulisan hymn. Tapi mungkin memang tidak sebanyak yang ditulis oleh Charles Wesley. Apakah kalian juga tertarik untuk menulis lagu untuk Tuhan? Atau mungkin saja kalian diberikan bakat untuk menulis suatu lagu untuk Tuhan. Persembahkanlah seluruh hidup kalian untuk menyenangkan Tuhan.

Disadur dari: 101 Hymn Stories oleh Kenneth W. Osbeck dan The Worshiping Church.

Di Bukit Golgota

(The Old Rugged Cross)
Musik & Lirik: George Benhard, 1913

Lagu ini ditulis oleh George Benhard pada 1913. Lagu ini menjadi salah satu lagu kristen yang paling terkenal. George Benhard dilahirkan di Youngstown, Ohio, tetapi tidak lama kemudian pindah ke kota yang lain bersama dengan orang tuanya. George Benhard menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya ketika ia masih muda. Setelah kematian ayahnya, waktu itu George belum berumur 16 tahun, ia terlibat dalam pelayanan Bala Keselamatan. Setelah waktu yang cukup lama melayani, Benhard ditahbiskan oleh Gereja Episkopal Methodist. Pelayanannya menjadi berkat dan dia sangat dihormati. Ia juga terlibat dalam pelayanan KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) di beberapa tempat seperti Michigan dan New York. Mengenai lagu ini, ia menuliskan:

Inspirasi itu datang kepadaku suatu hari di tahun 1913, ketika aku sedang tinggal di Albion, Michigan. Aku mulai menulis "Di Bukit Golgota". Aku menggubah melodinya dulu. Kata-kata yang kutulis pertama kali tidak sempurna. Kata-kata dari lagu yang sudah selesai masuk dalam hatiku sebagai jawaban atas keperluanku sendiri.

Tidak lama setelah menulis lagu ini, George Benhard mengirim sebuah salinan lagu ini kepada Charles Gabriel, salah satu komposer kristen yang terkenal saat itu. Charles Gabriel menyatakan bahwa lagu itu akan disukai banyak orang. Lagu ini diperkenalkan pada pertemuan-pertemuan khusus di Pokagon, Michigan, pada 7 Juni 1913. Acara pertama dimana lagu ini diperdengarkan di luar gereja di Pokagon adalah di Chicago Evangelistic Institute. Di sana lagu ini diperkenalkan kepada sebuah konvensi besar dan segera menjadi sangat populer di seluruh negara.

Benhard melanjutkan pelayanan penginjilannya selama empat puluh tahun setelah penulisan lagu ini. Ia menulis beberapa lagu kristen yang lain tapi yang sangat terkenal adalah lagu "Di Bukit Golgota". Pada 9 Oktober 1958, Ia meninggal. Di Michigan terdapat salib setinggi dua belas kaki (3,6 meter) dengan kata-kata: "The Old Rugged Cross" (Di Bukit Golgota) - Rumah George Benhard, komposer dari lagu tercinta ini.



Dalam 1 Petrus 2:24 dikatakan: "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh."

Kau Tidak 'kan Aku Lupakan

(I Will Not Forget Thee)
Musik & Lirik: Charles Gabriel (1856-1932)

Baik Lirik dan Musik dari lagu ini ditulis oleh Charles Gabriel, seorang komposer asal Amerika. Gabriel lahir pada 18 Agustus 1856 (Tahun yang sama dengan Johnson Oatman) di Wilton, Iowa. Gabriel dikenal sebagai penulis lagu-lagu untuk kebaktian penginjilan atau yang kita kenal dengan KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani). Dia menulis lebih dari 8.000 lagu untuk penginjilan termasuk menulis lirik lagu. Kadang dia menggunakan nama samaran Charlotte G. Homer. Dia tidak mau terlalu terkenal karena menulis banyak lagu. Dia ingin agar Tuhan dipermuliakan dalam lagu-lagu yang dia tulis. Salah satu lagu yang dia tulis lirik dan musiknya adalah "Kau tidak 'kan Aku lupakan". Lagu ini pertama kali dipublikasikan dalam satu buku kumpulan lagu kristen oleh Edwin O. Excell. Gabriel terus melayani Tuhan dalam bidang musik sampai dia meninggal pada 15 September 1932 di Los Angeles, California.

Lagu ini menekankan bahwa Allah itu tidak melupakan umatNya. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Yesaya 49:15, "Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau." Allah berjanji bahwa Dia tidak akan melupakan umat-Nya. Bait ke-1 menyatakan janji Allah bahwa Dia tidak akan meninggalkan umatNya (Ulangan 31:5-6 dan Ibrani 13:5-6). Karena itu pula seharusnya kita tidak perlu takut bahkan semakin terdorong untuk melangkah bersama dengan Tuhan (Matius 10:28 dan Amsal 4:18). Bait ke-2 menyatakan iman kita pada janji Tuhan. Kita harus terus percaya dan berpegang pada janji Tuhan (Mazmur 37:3-5 dan Amsal 3:5-6). Dan kita harus bersukacita (Filipi 4:4) karena kita tahu Allah kita percaya tidak melupakan kita (Maleakhi 3:16 dan Ibrani 6:10). Bait ke-3 menyatakan mengenai penerimaan akan penggenapan janji Tuhan dan bersifat eskatologis. Umat Tuhan akan mengakhiri dengan sukacita dimana Tuhan akan menyambut: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu" (Matius 25:21). 

Dengarlah Malak Menyanyi

(Hark! The Herald Angels Sings)
Lirik: Charles Wesley
Musik : Felix Mendelssohn

Lagu ini pertama kali diperkenalkan pada natal 1739. Liriknya ditulis oleh Charles Wesley (18 Desember 1707 - 29 Maret 1788). Dia adalah salah satu pemimpin dari gerakan methodist di Inggris. Saudaranya, John Wesley adalah seorang sangat dikenal karena kotbahnya, sedangkan Charles dikenal karena lagu-lagu hymn yang dia tulis begitu banyak dan indah.  Charles menuliskan lebih dari 6.500 hymn. "Dengarlah Malak Menyanyi" ditulisnya satu tahun setelah pertobatannya pada tahun 1738. Kemudian, hymn ini menjadi salah satu hymn dalam bahasa inggris yang begitu popular.

William H. Cummings yang kemudian merangkaikan puisi "Dengarlah Malak Menyanyi" ini dengan karya musik dari Mendelssohn. Musiknya menggunakan melodi yang ditulis oleh Felix Mendelssohn dalam rangka merayakan 400 tahun penemuan mesin cetak Gutenberg. Felix Mendelssohn sendiri adalah seorang Yahudi Kristen yang lahir di Hamburg pada 3 Februari 1809 dan meninggal di Leipzig pada 4 November 1847. Dia dikenal sebagai salah satu musisi yang luar biasa dalam sejarah musik. Dia pandai sekali bermain piano dan juga menuliskan suatu musik yang indah. Ketika lirik dari Charles Wesley ini bertemu dengan musik yang dibuat oleh Mendelssohn, lagu ini menjadi salah satu lagu yang indah dan begitu dikenal orang kristen.

Lagu ini terinspirasi dari Lukas 2:14. Dimana bercerita tentang kelahiran Yesus Kristus, Juruselamat Dunia. Pada suatu malam di Bethlehem, para gembala mendengar malaikat bernyanyi: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Lukas 2:14). Kemudian para gembala pergi dan bertemu dengan bayi Yesus Kristus. Kelahiran Yesus Kristus memberikan harapan kepada manusia berdosa. Siapa yang percaya kepada Yesus Kristus tidak akan binasa tapi beroleh hidup yang kekal.

Besar Setia-Mu

(Great Is Thy Faithfulness)
Lirik: Thomas O. Chisholm (1866-1960)
Musik: William M. Runyan (1870-1957)


"Besar Setia-Mu" adalah salah satu lagu kristen yang sangat terkenal. Lagu ini menjadi dikenal dan disukai ketika dinyanyikan di dalam suatu Kebaktian Kebangunan Rohani yang dipimpin oleh Billy Graham pada 1954 di Inggris. Siapakah penulis lagu yang terkenal ini?


Penulis teks lagu ini adalah Thomas Obadiah Chisholm. Dia lahir pada 29 juli 1866 di Kentucky, Amerika. Dia mempunyai kelemahan dalam kesehatannya. Pada umur 27 tahun, Chisholm bertobat dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Dia bertobat dalam suatu Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) yang dipimpin oleh Dr. H. C. Morrison. Beberapa tahun kemudian dia melayani di gereja sepenuh waktu. Namun karena kesehatannya yang tidak begitu baik, dia sakit. Di saat sakit yang demikian, dia teringat akan kesetiaan Tuhan yang terus memelihara dia. Walaupun mempunyai tubuh yang lemah, dia tetap bisa melayani. Dia ingat bahwa Tuhan terus memelihara dia setiap waktu dimana pun dia berada. Dia menulis puisi "Besar Setia-Mu".


Ketika Chisholm sedang melakukan pelayanan di berbagai tempat, dia menulis beberapa surat untuk temannya, William M. Runyan. Temannya ini seorang ahli musik walaupun tidak terlalu dikenal. Banyak juga puisi-puisi yang dikirim oleh Chisholm melalui surat-suratnya. Salah satunya dia mengirimkan "Besar Setia-Mu" yang kemudian musiknya ditulis oleh Runyan dan diterbitkan pada 1923. Kira-kira ada 1200 puisi yang ditulis oleh Chisholm dan kemudian dijadikan lagu kristen, yang kita sangat kenal adalah "Besar Setia-Mu". Chisolm meninggal pada 1960 ketika berumur 94 tahun. Lagu-lagu lain yang juga cukup dikenal yaitu "Hidup bagi Yesus" dan "Ku Mau Seperti Hu".


Lagu ini terinspirasi dari alkitab yaitu Ratapan 3:19-24, "Because of the Lord's great love we are not consumed, for his compassions never fail." Ketika Yerusalem mengalami banyak penderitaan. Yeremia meratapi apa yang dialami oleh umat Tuhan. Di tengah-tengah kesediahan itu, Yeremia melihat bahwa sebenarnya Tuhan itu setia dan penuh belas kasihan. Tuhan mempunyai rencana yang indah atas umatNya, walaupun sekarang tidak terlihat jelas oleh banyak orang. Tuhan, Allah setia memelihara ciptaanNya. Tuhan, Allah juga setia dan mengampuni dosa kita. Tuhan tetap setia walaupun kita tidak setia.

Dengarlah Yesus Memanggil

(Hark! The Voice of Jesus Calling)

Lirik: Daniel March, 1868
Musik: Lowell Mason, 1839

Lagu ini ditulis pada 1868 oleh seorang pendeta bernama Daniel March. Ketika itu, ia akan berkotbah di suatu pertemuan umat kristen di Philadelphia. Lagu ini pun kemudian dinyanyikan untuk pertama kalinya di acara tersebut. Daniel March lahir 21 Juli 1816. Ia menyelesaikan studi teologinya di Yale University pada 1840. Kemudian melayani di Gereja Presbyterian di beberapa tempat. Daniel March meninggal pada 2 Maret 1909. Ada beberapa melodi yang digunakan untuk teks puisi ini. Salah satunya adalah melodi yang dibuat oleh Lowell Mason pada tahun 1839.

Lagu ini sendiri bertemakan mengenai misi. Yang terinspirasi dari Yesaya 6:8, "Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Ku utus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!". Lagu ini mendorong kita untuk meresponi panggilan Kristus yaitu menyebarkan firman Tuhan ke seluruh dunia. Dalam bahasa inggris ada 6 bait. Pada bait ke-1 dinyatakan panggilan Kristus dan respon yang seharusnya kita berikan. Hal ini seperti dalam Perumpamaan Matius 21:28-31. Ketika kita menyebarkan injil maka akan ada kesulitan yang kita alami Tapi hal itu tidak akan sia-sia (Mazmur 126:5-6). Pada bait ke-2 mengajak kita untuk menyatakan injil Kristus dalam kehidupan sehari-hari kita kepada orang-orang di sekitar kita. Tidak harus menunggu menjadi misionaris dulu baru menyebarkan injil. Seperti seorang janda yang tetap memberikan yang terbaik yang dia punya untuk Tuhan yaitu seluruh uang yang dia punya (Lukas 21:1-4). Pada bait ke-3 mengajak kita untuk membagikan kasih Kristus itu bahkan kepada anak kecil pun (Matius 19:13-15). Bait ke-4 mengajak kita juga untuk mendoakan dan mendukung siapa yang menyebarkan injil Tuhan (Roma 10:1, Efesus 6:18-20). Selanjutnya bait ke-5 menyatakan bahwa penginjilan harus juga diikuti oleh pengajaran yang membawa orang semakin dekat kepada Kristus. Bait ke-6 menegaskan lagi agar kita tidak berpikir bahwa kita tidak bisa melakukan sesuatu apa pun untuk Tuhan. Sebagai seorang kristen kita harus meresponi panggilan Kristus dengan benar sebagaimana Yesaya berkata: "Ini aku, utuslah aku" (Yesaya 6:8).