Sabtu, 04 Desember 2010

Confession of Faith: Athanasian Creed (2)

29. Furthermore it is necessary to everlasting salvation that he also believe rightly the incarnation of our Lord Jesus Christ.

30. For the right faith is that we believe and confess that our Lord Jesus Christ, the Son of God, is God and man.

31. God of the substance of the Father, begotten before the worlds; and man of substance of His mother, born in the world.

32. Perfect God and perfect man, of a reasonable soul and human flesh subsisting.

33. Equal to the Father as touching His Godhead, and inferior to the Father as touching His manhood.

34. Who, although He is God and man, yet He is not two, but one Christ.

35. One, not by conversion of the Godhead into flesh, but by taking of that manhood into God.

36. One altogether, not by confusion of substance, but by unity of person.

37. For as the reasonable soul and flesh is one man, so God and man is one Christ;

38. Who suffered for our salvation, descended into hell, rose again the third day from the dead;

39. He ascended into heaven, He sits on the right hand of the Father, God, Almighty;

40. From thence He shall come to judge the quick and the dead.

41. At whose coming all men shall rise again with their bodies;

42. and shall give account of their own works.

43. And they that have done good shall go into life everlasting and they that have done evil into everlasting fire.

44. This is the catholic faith, which except a man believe faithfully he cannot be saved.

Amen

Sumber:
http://www.ccel.org/creeds/athanasian.creed.html

Confession of Faith: Athanasian Creed (1)

(Since the sixth century AD)

1. Whosoever will be saved, before all things it is necessary that he hold the catholic faith;

2. Which faith except every one do keep whole and undefiled, without doubt he shall perish everlastingly.

3. And the catholic faith is this: That we worship one God in Trinity, and Trinity in Unity;

4. Neither confounding the persons nor dividing the substance.

5. For there is one person of the Father, another of the Son, and another of the Holy Spirit.

6. But the Godhead of the Father, of the Son, and of the Holy Spirit is all one, the glory equal, the majesty coeternal.

7. Such as the Father is, such is the Son, and such is the Holy Spirit.

8. The Father uncreated, the Son uncreated, and the Holy Spirit uncreated.

9. The Father incomprehensible, the Son incomprehensible, and the Holy Spirit incomprehensible.

10. The Father eternal, the Son eternal, and the Holy Spirit eternal.

11. And yet they are not three eternals but one eternal.

12. As also there are not three uncreated nor three incomprehensible, but one uncreated and one incomprehensible.

13. So likewise the Father is almighty, the Son almighty, and the Holy Spirit almighty.

14. And yet they are not three almighties, but one almighty.

15. So the Father is God, the Son is God, and the Holy Spirit is God;

16. And yet they are not three Gods, but one God.

17. So likewise the Father is Lord, the Son Lord, and the Holy Spirit Lord;

18. And yet they are not three Lords but one Lord.

19. For like as we are compelled by the Christian verity to acknowledge every Person by himself to be God and Lord;

20. So are we forbidden by the catholic religion to say; There are three Gods or three Lords.

21. The Father is made of none, neither created nor begotten.

22. The Son is of the Father alone; not made nor created, but begotten.

23. The Holy Spirit is of the Father and of the Son; neither made, nor created, nor begotten, but proceeding.

24. So there is one Father, not three Fathers; one Son, not three Sons; one Holy Spirit, not three Holy Spirits.

25. And in this Trinity none is afore or after another; none is greater or less than another.

26. But the whole three persons are coeternal, and coequal.

27. So that in all things, as aforesaid, the Unity in Trinity and the Trinity in Unity is to be worshipped.

28. He therefore that will be saved must thus think of the Trinity.

Confession of Faith: The Nicene Creed

( first adopted in 325)

I believe in one God, the Father Almighty, Maker of heaven and earth, and of all things visible and invisible.

And in one Lord Jesus Christ, the only-begotten Son of God, begotten of the Father before all worlds; God of God, Light of Light, very God of very God; begotten, not made, being of one substance with the Father, by whom all things were made.

Who, for us men and for our salvation, came down from heaven, and was incarnate by the Holy Spirit of the virgin Mary, and was made man; and was crucified also for us under Pontius Pilate; He suffered and was buried; and the third day He rose again, according to the Scriptures; and ascended into heaven, and sits on the right hand of the Father; and He shall come again, with glory, to judge the quick and the dead; whose kingdom shall have no end.

And I believe in the Holy Ghost, the Lord and Giver of Life; who proceeds from the Father and the Son; who with the Father and the Son together is worshipped and glorified; who spoke by the prophets.

And I believe in one holy catholic and apostolic Church. I acknowledge one baptism for the remission of sins; and I look for the resurrection of the dead, and the life of the world to come. Amen.

Amen.

Sumber:
http://www.reformed.org/documents/nicene.html

Confession of Faith: Apostles' creed

(developed between the second and ninth centuries)

I believe in God, the Father Almighty,
the Maker of heaven and earth,
and in Jesus Christ, His only Son, our Lord:

Who was conceived by the Holy Ghost,
born of the virgin Mary,
suffered under Pontius Pilate,
was crucified, dead, and buried;

He descended into hell.

The third day He arose again from the dead;

He ascended into heaven,
and sitteth on the right hand of God the Father Almighty;
from thence he shall come to judge the quick and the dead.

I believe in the Holy Ghost;
the holy catholic church;
the communion of saints;
the forgiveness of sins;
the resurrection of the body;
and the life everlasting.

Amen

Sumber:
www.reformed.org/documents/apostles_creed.html

Kamis, 02 Desember 2010

Reflection on Acts (2)

2. Gereja: Christ-centered

Gereja mula-mula menekankan bahwa Kristus yang menjadi pusat segala misi dan ajaran mereka. Gereja dibangun di atas dasar Kristus. Hal inilah yang membedakan gereja dengan yang lainnya. Gereja ada untuk, oleh dan karena Kristus. Tanpa Kristus, gereja bukanlah gereja. Dalam Kisah Para Rasul dicatat bahwa Petrus, Stefanus, Filipus, Paulus, Apolos dan rasul-rasul lainnya mengkotbahkan mengenai Yesus. Ajaran mengenai Yesus Kristus (Kristologi) menjadi keunikan kekristenan yang membedakannya dengan ajaran yang lain. Ada kepercayaan lain yang percaya adanya manusia menjadi allah (dewa), allah (dewa) menjadi manusia, dan setengah dewa setengah manusia. Tapi cuma alkitab yang mengajarkan sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Dan hanya alkitab yang mengajarkan anugerah keselamatan hanya di dalam Yesus. Ajaran mengenai Kristus menjadi keunikan kekristenan dari perkembangan gereja mula-mula sampai dengan sekarang.

Para Rasul bukan hanya mengenal Kristus dalam ajaran dan menjadikan Kristus utama dalam ajaran mereka tapi juga meneladani Kristus. Seperti ketaatan Kristus sepenuhnya kepada Bapa sampai mati disalib (Philippians 2:8 "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib"). Demikian juga mereka, taat dan setia dalam menyatakan kebenaran dari Tuhan sampai kematian mereka. Petrus dan Paulus, saya percaya mewakili suara para rasul, menegaskan hal ini dalam suratnya:

(1 Peter 2:19-21) "Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya."

(Philippians 3:10-11) Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.

Sedikit pun tidak ada penyesalan akan penderitaan yang harus diterima karena Kristus itu. Petrus dan Paulus juga menyatakan ini dalam surat-suratnya:

(1 Peter 4:13) Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.

(Romans 5:3-4) Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.

Dari sejarah kita belajar untuk menapaki hari ini (sekarang) dan di depan kita (akan datang) dengan langkah meyakinkan dan bertanggungjawab akan kesatuan dan keutuhan visi dan misi yang dinyatakan di sejak awalnya. Kisah Para Rasul mengajak kita untuk merenungkan kembali mengenai Gereja sebagai wakil Kristus yang bertugas menjadi saksi Kristus di dunia yang, pasti, hanya meninggikan Kristus. Dan ada banyak tantangan yang akan terus di hadapi oleh gereja di sepanjang zaman baik dari dalam (internal) atau pun dari luar (eksternal). Semua itu bisa dipakai oleh iblis dan dunia yang berdosa dalam usaha mereka untuk menghentikan pergerakan gereja Tuhan.

Bagaimanakah dengan kita sekarang di sini? Apakah kita sudah dengan tanggung jawab penuh melaksanakan mandat Kristus atas gereja? Sangat sayang, jika karena kita yang tidak bertanggung jawab ini menyebabkan perjuangan para rasul menjadi seolah tidak bernilai. Sangat sayang, jika karena kita yang tidak bertanggung jawab ini menyebabkan pengorbanan Kristus di atas salib menjadi seolah tidak ada artinya. Secara tidak langsung kita membenarkan perkataan Friedrich Nietzsche (The Antichrist, 39) bahwa "In truth, there was only one Christian, and he died on the cross."

Sembari merenungkan, ingatlah darah yang tercurah demi Kristus dan gerejaNya! Ingatlah darah yang sudah tercurah di salib! Ingatlah perjuangan ini!

Sehingga, biarlah nampak bahwa “karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku (kita) tidak sia-sia” (1 Korintus 15:10).

Reflection on Acts (1)

Acts 1:1-3 -- Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya. Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.

Kisah Para Rasul adalah buku kedua yang ditulis oleh Lukas, yang pertama adalah injil Lukas. Mengapakah buku ke-2 ini perlu dituliskan? Ada beberapa alasan diantaranya: (1) Ada banyak buku sejarah beredar tapi tidak mempunyai pesan yang tepat. Beberapa diantaranya, yang terkenal, seperti yang ditulis oleh Josephus dan Tacitus. Mereka memberikan informasi dan data-data yang diakui oleh banyak sejarahwan keakuratannya. Tapi mereka tidak memiliki pesan yang tepat dalam sejarah. Mereka berfokus pada sejarah romawi (kebangkitan atau pun keruntuhannya), sedangkan mengenai Yesus dan pengikutNya hanya muncul sebagai satu fenomena kecil dalam catatan sejarah mereka. (2) Menyampaikan dampak dari Yesus dan ajaranNya yang kemudian diteruskan oleh para pengikutNya. Yesus Kristus sebagai fenomena yang muncul dalam sejarah bukanlah suatu omong kosong. Dan apa yang dia mulai bukanlah hal yang cuma meledak atau heboh sebentar lalu hilang. Ternyata, dalam sejarah, terbukti bahwa fenomena itu (Yesus Kristus dan ajaranNya) sangat mempengaruhi jalannya sejarah manusia. Ketika membaca seluruh Kisah Para Rasul, setidaknya ada beberapa hal berikut yang dapat kita renungkan:

1. Gereja dibangun di atas perjuangan yang tiada henti-hentinya

Kisah Para Rasul menceritakan mengenai awal terbangunnya gereja Tuhan. Gereja adalah wakil Kristus untuk menjadi saksi Kristus di dunia. Maka ada keterkaitan yang erat antara Yesus dan gerejaNya. Apa yang sudah dikerjakan oleh Yesus Kristus diteruskan "hanya" oleh gereja. Saya berani katakan "hanya oleh gereja" karena gereja adalah sarana satu-satunya yang dipercayakan secara langsung dimana kebenaran Kristus itu ditegakkan di dunia ini. Buktinya adalah Roh Kudus. Roh Kudus sudah dijanjikan oleh Yesus Kristus sebagai utusan yang akan memimpin orang percaya (Lukas 12:11-12; Yoh. 14:26). Hal ini ditegaskan/digenapi dalam peristiwa turunnya Roh Kudus (Kis. 2:2-4). Peristiwa ini paralel dengan peristiwa yang dicatat dalam Lukas 3:22. Roh Kudus turun ke atas Yesus sebagai konfirmasi bahwa Dia adalah anak Allah yang dinantikan Yohanes pembaptis. Demikian juga, Roh Kudus turun di atas orang percaya (gereja) sebagai konfirmasi bahwa orang percaya (gereja) adalah wakil Kristus.

Dimana kebenaran Tuhan yang sejati ditegakkan maka pasti selalu muncul tantangan atau perlawanan dari dunia berdosa. Gereja sudah dipercayakan ajaran yang sejati dari Tuhan. Semakin gencar gereja dalam menegakkan kebenaran Tuhan maka semakin gencar juga serangan iblis untuk menggagalkan itu semua. Iblis bisa "memakai" hal eksternal (mis. Pemerintah dan ajaran sesat dari luar - lihat Kis. 5:17-18, 12:1, 13:6) atau pun internal (mis. Perpecahan dan ajaran sesat dari dalam - lihat Kis. 15:35-41) gereja untuk menggagalkan tugas gereja. Inilah yang dialami oleh kekristenan mula-mula. Kekristenan dari sejak awal berkembangnya sudah mendapat tantangan dari dunia berdosa agar tidak berkembang dan gagal dalam menjalankan tugasnya. Tapi semakin dihambat, semakin merambat. Hal ini sudah dianalogikan dalam Perjanjian Lama yaitu ketika bangsa israel dalam perbudakan di Mesir, dimana firaun mencoba menghentikan pertumbuhan bangsa Israel tapi ternyata yang terjadi sebalilknya (Keluaran 1:12). Semakin kuat dan dahsyat tantangan atau perlawanan dari iblis dan dunia berdosa, semakin bertumbuh dan berkembang kekristenan.

Karena tugas penting dan berat yang ditanggung gereja sebagai wakil Kristus, tidak heran gereja dibangun di atas perjuangan yang tidak henti-hentinya. Bukan hanya mencucurkan air mata, menguras tenaga dan waktu tapi sampai pada mencurahkan darah demi Kristus. Martir sebagai bibit dari gereja. Gereja, pertama, dibangun di atas darah yang sudah dicurahkan oleh Yesus Kristus yang kemudian diteladani oleh para pengikutNya dengan menjadi martir. Mempertahankan kebenaran sampai kehilangan nyawa adalah karena kebenaran itu memang layak untuk diperjuangkan. Ini menjadi suatu bukti nyata bahwa Kristus dan ajaranNya itu bukanlah omong kosong. Kalau omong kosong mana mungkin ada orang yang mau berjuang sampai mati. Dan kalau omong kosong maka kematian mereka itu pasti sia-sia jadi buat apa ada yang melawan mereka dengan keras (I Korintus 15:14). Tapi heran, yang terjadi dalam sejarah justru ada banyak orang berusaha menghentikan pengikut Kristus dalam menjalankan misinya. Ini artinya mereka sendiri memandang bahwa kekristenan adalah hal serius, bukan omong kosong. Kekristenan menjadi ancaman bagi Iblis dan dunia berdosa.

Alkitab mencatat Stefanus sebagai martir pertama dalam sejarah gereja. Ia, Yakobus saudara Yesus dan Matias mati dirajam dengan batu. Yakobus dibunuh dengan pedang. Matius dibunuh dengan tombak. Tomas ditusuk dengan senjata tajam. Lukas digantung. Paulus dipenggal kepalanya. Filipus, Yudas saudara Yakobus, Andreas, Simon orang zelot dan Bartolomeus disalibkan. Petrus disalibkan terbalik. Dan masih banyak lagi nama-nama yang tidak disebutkan di sini. Mereka semua menumpahkan darah mereka demi Kristus. Martir menjadi bibit berdirinya gereja.

Gereja dibangun di atas perjuangan yang tiada henti-hentinya bahkan sampai tercurahnya darah para martir.

Rabu, 09 Juni 2010

Passion: Sejarah dan maknanya (2)

Fokus dari passion adalah peristiwa pengorbanan Kristus di atas kayu salib. Pesan ini harus sampai kepada pendengar. Sang komposer berusaha keras semaksimal mungkin menggunakan elemen-elemen dalam music untuk membawa kita bermeditasi mengenai peristiwa penting itu. Oleh karena itu dalam setiap passion, sang komposernya sangat memperhatikan penggunaan teks, simbol-simbol/penggambaran dramatis dan ajaran teologis. Demikian pula dalam penyusunan dalam suara manusia, suara instrumen, melodi, pola ritme, struktur harmoni dan pemilihan nada dasar (termasuk chord).

Makna teologis dari puisi dan dialog musical sengaja dinyatakan dan dipadukan oleh Picander dan Bach. Tujuannya yaitu membawa pendengar secara bertahap menjadi terlibat dalam passion ini. Artinya mereka dapat mengalami penderitaan Yesus saat mendengar karyanya ini. Ada beberapa hal yang dilakukan bach dalam komposisinya ini, diantaranya menciptakan suatu tension dan dialog. Contohnya dapat kita lihat pada lagu pertama. Puisi lagu pertama ini ditulis oleh Picander. Christoph wolff menyatakan bahwa lagu pertama dapat dianggap sebagai gagasan utama dari passion ini. Pesannya yaitu Kristus adalah domba yang dikorbankan untuk penebusan dosa kita.

Berikut beberapa cuplikan teks dari lagu pertama:
“Kommt, ihr töchter, helft mir klagen” (Come, you daughters, help me lament)
“O Lamm Gottes, unschulding” (O innocent Lamb of God)
“Seht ihn! Wie Als wie ein Lamm” (see Him! How? Just as a lamb)

Dalam lagu pertama jelas terlihat ada tension (ketegangan) yang digambarkan. Teks “Kommt, ihr tochter, helft mir klagen” (Come, you daughters, help me lament) dalam E minor. Bagian ini dinyanyikan oleh paduan suara secara keseluruhan. Namun ada juga bagian yang dinyanyikan oleh beberapa orang dengan nada tinggi yaitu “O Lamm Gottes, unschuldig” (O, innocent Lamb of God) dalam G major. Bagian minor menyatakan Christ’s suffering dan bagian major menyatakan Christ’s innocence. Kedua pesan ini dikontraskan tapi tetap dalam satu lagu (atau satu musical setting) yang sama.

Selain itu, Bach berusaha untuk mengajak pendengarnya masuk dalam suatu dialog. Sehingga mereka dapat terlibat langsung dan merefleksikan peristiwa pengorbanan Kristus ini dalam kehidupan mereka. Hal ini dapat dilihat pada bagian “Seht ihn! Wie Als wie ein Lamm” (see Him! How? Just as a lamb). Semua orang diajak untuk menyadari keberdosaan mereka. Dan menyadari bahwa mereka hanya bisa ditebus melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib.

Uraian singkat ini kiranya menyadarkan kita bahwa passion adalah karya musik Kristen yang berakar kuat dalam sejarah kekristenan. Karya musik ini mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Semua komposer berusaha memberikan yang terbaik agar pesan passion ini sampai kepada si pendengar. Mereka tidak mau musiknya hanya dinikmati sebagai suatu karya musik secara artistik saja. Tapi mereka mau agar melalui passion, si pendengar dibawa ke dalam suatu perenungan yang dalam akan kematian Tuhan Yesus Kristus. Si pendengar diajak untuk menyadari bahwa dia adalah orang berdosa yang sudah ditebus dengan mahal oleh Yesus Kritus melalui pengorbanan diriNya sendiri di atas kayu salib.

Daftar Pustaka
Christoph, Wolff, Johann Sebastian Bach: The Learned Musician, New York: W. W. Norton & Company, 2000.
Stanley Sadie, ed, The New Grove Dictionary of Music and Musicians, 2nd edition, Vol. 2 & 19.

Passion: Sejarah dan maknanya (1)

Passion adalah salah satu karya musik Kristen yang mempunyai tradisi panjang dalam sejarah musik Kristen. Passion ini, dalam musik, berarti suatu komposisi musik yang disusun untuk memperingati penderitaan dan kematian Kristus berdasarkan keempat injil. Dalam catatan sejarah, passion mula-mula dibawakan oleh peziarah yang menuju ke Jerusalem pada abad ke-4. Kemudian pada abad ke-5 ada juga catatan mengenai penggunaan passion pada masa Paus Leo Agung. Masih banyak lagi catatan lainnya. Secara umum, pada masa awal perkembangannya, passion dinyanyikan dengan chanting satu melodi (monophonic). Ketika memasuki abad ke-15, mulailah Passion dinyanyikan dengan banyak suara dan banyak melodi (polyphonic). Maka komposisi passion dari abad ke-15 sampai dengan berikutnya terdiri dari monophonic dan polyphonic. Beberapa komposer yang menulis karya passion abad ke-15 adalah Richard Davy dan Johann Martini.

Komposisi musik passion pun terus berkembang. Seperti pada abad ke-15 berkembang responsorial passion. Passion ini dikenal juga dengan nama choral passion atau dramatic passion. Komposisi ini berkembang pesat di italia. Musiknya diantaranya terdiri dari bagian perkataan Yesus yang dibuat dalam monophonic dan bagian paduan suara dalam polyphonic. Salah satu komposernya yang terkenal adalah Gasparo Alberti. Baru pada abad ke-16, berkembanglah passion dalam tradisi protestan. Ajaran luther yang juga mendukung berkembangnya passion dalam tradisi protestan adalah theologia crucis (teologi salib). Salah satunya mengajarkan agar kita juga menghidupi passion itu. Dalam tradisi protestan ini berkembang komposisi polyphonic dalam responsorial passion dan Latin atau Jerman summa passion. Salah satu modifikasi dalam komposisi Jerman ini adalah penggunaan polyphonic dalam perkataan Yesus.

Abad ke-18 disebut juga zaman barok adalah masa puncak perkembangan passion. Karena ketika memasuki abad ke-19 dan ke-20, passion tidak lagi populer dan lebih sering ditampilkan dalam suatu konser atau untuk tujuan yang lebih komersial. Komposisi passion pada abad ke-18 diantaranya terdiri dari hymn yang dikenal, teks alkitab, dan teks meditasi (seperti dialog secara tidak langsung). Komposisi musiknya pun mengalami banyak variasi dibandingkan dengan karya passion zaman sebelumnya. Komposer yang menuliskan passion diantaranya adalah Johann Sebastian Bach, Thomas Mancinus, Telemann, J. G. Kühnhausen dan Alexandro Scarlatti.

Salah satu passion yang sangat terkenal adalah Matthew Passion yang ditulis oleh Johann Sebastian Bach. Karyanya ini mengalami beberapa pembaharuan. Matthew passion versi pertama ditampilkan pada tahun 1727 dan 1729 di gereja St. Thomas, Leipzig. Versi keduanya ditampilkan pada tahun 1736 dan 1742 di tempat yang sama. Pada edisi kedua ini ada pembaharuan. Seperti pembedaan warna tinta yang digunakan untuk menuliskan teksnya. Bach menggunakan tinta warna merah dan cokelat gelap. Tinta warna merah digunakan untuk menuliskan teks dari alkitab, choral melody “O Lamm Gottes unschuldig” dalam bagian awal dan beberapa cuplikan teks teologis lainnya. Selain itu teks ditulis juga dengan tinta cokelat gelap untuk bagian puisinya.

Pada zaman Bach, ada perbedaan konteks liturgi dengan zaman kita ini. Passion tidak ditampilkan dalam suatu konser tapi dalam suatu ibadah. Tentunya ibadah untuk memperingati kematian Kristus. Berikut gambaran sederhana penggunaan Matthew passion dalam liturgi pada waktu itu,
1.Part I (no. 1-29) – Sebelum kotbah
2.Kotbah
3.Part II (no. 30-68) – Sesudah kotbah

Teks dari Matthew passion dapat dibedakan menjadi dua yaitu (1) puisi oleh Picander dan (2) teks alkitab dan teks choral. Picander adalah salah satu sastrawan Jerman yang sering dipakai oleh Bach untuk menjadi penulis teks dari karya musiknya. Selain itu ada penggunaan teks alkitab yang diambil dari Perjanjian Baru (mungkin juga di dalamnya terdapat kutipan dari Perjanjian Lama). Dan teks choral yang digunakan biasanya adalah lagu-lagu pujian gereja yang dikenal oleh jemaat. Salah satu lagu pujian yang terkenal dan dijadikan choral yaitu “O sacred wounded”.

Senin, 29 Maret 2010

Pembuktian kebenaran Kristus 4

Ketiga pokok pembahasan di atas adalah pembahasan mengenai Bab 1 buku “The Case for Christ by Lee Strobel.” Masalah2 yang dipaparkan yaitu : saksi mata, celah waktu dan salinan. Masalah2 ini adalah masalah yang bersifat internal. Sekarang kita beralih kepada masalah eksternal yaitu apakah ada bukti2 yang terdapat di luar dari penjelasan di atas ?

Jawab:
Ada. bukti2 eksternal tersebut yaitu,
Dokumen2 yang diluar PB, secara singkat, ada 39 sumber di luar PB yang mencatat tentang Yesus.

Arkeologi. Misalnya dalam peristiwa pembunuhan anak2 oleh Herodes.
Cuma Matius yang mencatat hal ini. Josephus saja yang menulis begitu lengkap (sampai dengan perasaan Herodes pun ia tulis) tentang Herodes tidak menulis tentang ini. Maka mulai ada penelitian tentang hal ini.

Herodes dikenal sebagai seorang arsitek yang berbakat. Ia membangun 20 benteng tersembunyi. Namun ia tidak diterima sebagai kaisar oleh rakyatnya. Setelah diselidiki ternyata Herodes takut bahwa kekuasaan akan direbut oleh orang lain. Hal ini semakin nyata ketika ditemukan bukti bahwa ia membunuh orang2 yang mencoba merebut kekuasaannya. Pertama ia membunuh Aristobulus, adik dari isterinya sendiri, lalu 2 anaknya, isterinya, ibu mertuanya dan Antiphater.

Peristiwa orang2 majus datang kepada Herodes adalah bertepatan dengan tahun dimana ia membunuh 2 anaknya, maka muncul 2 pendapat tentang hal ini yaitu sebagai berikut,
Kemungkinan Matius bingung karena orang2 majus datang pada tahun yang sama ketika ia membunuh anak2nya sehingga Matius menulis bahwa ia telah membunuh anak2.
Karena peristiwa ini memang terjadi yaitu Herodes membunuh anak2nya dan juga anak2 di daerah kekuasaannya karena mendengar berita, bahwa seorang raja akan lahir, dari orang2 majus. Maka Matius menuliskan hal ini.

Saudara2, iman kristen bukanlah iman yang tanpa pengetahuan. Bukan asal percaya dan pokoknya saja. Tapi iman kristen adalah iman yang juga berdasarkan fakta sejarah. Sekarang ini ada 2 pernyataan mengenai Yesus yaitu,

1. Yesus adalah benar2 ada dalam sejarah dan juga yang dinyatakan oleh alkitab adalah benar.
2. Yesus hanya sebatas ideologi manusia saja. Perwujudan manusia yang sempurna yang dituangkan dalam suatu tulisan – oleh kaum liberal.

Apakah perbedaan antara kedua pernyataan ini. Kalau kita menolak pernyataan yang ke-1 maka kita telah menolak suatu fakta sejarah. sedangkan apabila kita menolak yang ke-2, kita hanyalah menolak suatu gagasan atau suatu pengajaran saja.

Dalam bukunya ini Lee strobel membaginya menjadi 3 Bab besar yaitu tentang dokumen2, ke-Tuhan-an Yesus dan kebangkitan Yesus. Dan yang baru saja kita bahas adalah Bab yang pertama. Namun kita harus menyadari bahwa tidak semua orang bisa percaya kepada sebuah pembuktian intelektual seperti ini. Bukan berarti intelektual tidak perlu. Karena di negara Indonesia ini banyak yang beranggapan bahwa alkitab yang kita pegang sekarang ini telah dipalsukan, ini adalah pernyataan yang berasal dari abad ke-7 dan masih ada hingga sekarang. Untuk itu kita perlu mengetahui mengenai kebenaran alkitab dengan pembuktian sejarah. Pembuktian secara intelektual ini tidaklah berguna bagi,

a. Orang yang kecewa kepada Tuhan. Orang seperti ini ingin bukti yang bersifat pribadi yaitu yang dialami secara langsung oleh mereka.
b. Orang yang stress. Orang seperti ini mencari kelegaan bukan hal yang justru memusingkan mereka, misalnya saja kesembuhan.
c. Orang yang mencari Allah menurut kehendaknya sendiri. Mereka menginginkan Allah seperti yang mereka mau. Misalnya saja tentang Yesus yang ditulis dalam kitab masa kecil Yesus. Di situ ditulis bahwa Yesus ingin menyenangkan kita, ia sangat murah dalam hal mujizat.
d. Orang (antikristen) yang takut hidupnya berubah. Mereka takut kehilangan kesenangan (kenikmatan) hidupyang mereka miliki dan alami sekarang tidak akan mereka dapatkan lagi ketika mereka menjadi seorang kristen. Karena seorang kristen haruslah menanggung salibnya.
e. Orang yang menanggapi segala sesuatu sebagai informasi belaka. Karena sekarang ini (Postmodern = berbeda dengan modern) banyak sekali orang yang bingung dalam menghadapi sesuatu hal dengan respon yang serius atau sebaliknya. Semua orang cenderung cuek dan tidak mau tahu.

Sudah selayaknyalah kita mengucap syukur kepada-Nya yang telah berkenan memberikan kita anugerah dan mengangkat kita menjadi anak2Nya. Setidaknya ada 3 hal yang menyebabkan orang menjadi seorang yang percaya, yaitu : 1. Melalui kesaksian hidup, 2. Karya Roh Kudus, 3. Pemilihan Tuhan.

* Yang menjadi pertanyaan sekarang Bagaimanakah keputusan Tuhan tentang anda ? karena keputusan Tuhan tentang anda menentukan masa depan anda. Soli Deo Gloria.

Pembuktian kebenaran Kristus 3

III. Sekarang kita hidup di tahun 2006. Maka yang menjadi masalah sekarang adalah masalah transmisi (penyalinan).

Injil yang ditulis oleh saksi mata sudah tidak ada, maka yang kita terima sekarang adalah salinan dari salinan dari salinan. Maka dalam salinan ke salinan bisa saja terjadi perubahan. Mengapa berubah ? misalnya orang yang menyalin tulisan tersebut mengantuk atau salah baca.

Jawab :
Alkitab yang sekarang kita pegang adalah 99,5 % (0,5 %-nya hanyalah perbedaan kecilyang tidak mempengaruhi isinya) persis sama dengan apa yang telah ditulis oleh para rasul sebelumnya. Mari kita bandingkan dengan tulisan2 yang lain,

Illiad
Ditulis : 800 SM
Salinan : 650 salinan yang diperoleh
Disalin : abad ke-2 s/d ke-3
Jarak antara tulisan dengan salinan : Kira2 1000 tahun

Tulisan dari Tacitus (seorang ahli sejarah)
Ditulis : 116 M (tentang sejarah kerajaan Roma sebanyak 16 jilid dan jilid k-7 s/d 10 hilang)
Salinan : 1-2 salinan
Disalin : 850 M
Jarak antara tulisan dengan salinan : kira2 700 tahun

Tulisan dari Josephus
Ditulis : abad ke-1
Salinan : 9 salinan
Disalin : abad ke-4
Jarak antara tulisan dengan salinan : 3 abad

Injil
Ditulis : abad ke-2 (ini adalah yang sudah dikumpulkan dengan baik namun sebelumnya sudah ada)
Salinan : 5000 buah (dengan bahasa, tempat dan zaman yang berbeda namun berisikan hal yang sama)

Kesimpulan : Dari perbandingan di atas, terbukti bahwa alkitab kita dapat dipertanggungjawabkan kebenaran salinannya dalam sejarah.

Namun apakah 27 kitab yang ada dalam PB (Perjanjian baru) dari dulu memang kita terima sebanyak itu ?

Jawab :
Dari pertama memang yang kita terima untuk PB adalah 27 kitab. Dalam hal ini ada 3 unsur yang telah ditetapkan oleh gereja dalam penyeleksian kitab yaitu :
Diakui oleh gereja2 awal.
Ditulis oleh rasul atau yang dekat dengan rasul.
Isinya sama.

"The Idea of Holy" by Rudolf Otto (2)

Sesudah beberapa penjelasan maka Otto masuk dalam studi kehadiran the numen dalam kitab suci agama kristen (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) dan seorang teolog kristen yaitu Martin Luther. Di sini dia dengan jelas memperlihatkan bahwa the numen itu adalah Tuhan. Intinya dalam studi ini dia menemukan bahwa ada suatu pengalaman dengan the numen yang menimbulkan feeling khusus seperti ketakutan atau kegentaran. Hal ini karena adanya natur non-rational dari the numen yang hanya bisa ditangkap dengan reaksi mental yang mengalami pengalaman ini. Melalui pengalaman tersebut diketahui bahwa the numen itu menyatakan kehadirannya secara nyata. Dalam perjanjian lama, orang yang mengalami pengalaman ini adalah para nabi salah satunya yesaya. Sedangkan dalam perjanjian baru, para murid ataupun orang-orang di sekitar Yesus mengalami pengalaman the numen ketika berhadapan dengan Yesus. Dari titik ini kita dapat tahu kemana kesimpulan dari Otto ini pada akhirnya. Terakhir, melalui pandangan Martin Luther mengenai adanya natur yang non-rasional dalam the numen, Otto menyakinkan bahwa memang natur non-rasional itu adalah bagian the numen yang mana diekspresikan dalan suatu taraf rasio sehingga manusia dapat mengerti sedikit lebih jelas. Hal ini disebut anthropomorphism.

Otto menjelaskan bahwa yang Kudus sebagai suatu a priori yang ditanam dalam pikiran manusia yaitu sesuatu yang sungguh-sungguh murni. Hal ini berhubungan dengan ide-ide rasional yang dapat menjelaskan sedikit mengenai yang Kudus. Ide-ide rasional ini a priori artinya tidak bergantung pada persepsi yang manusia terima. Tapi dalam elemen non-rasional yang ada dalam yang Kudus tidak bisa digolongkan sebagai a priori karena yang non-rasional ini melebihi a priori. Penjelasan secara rasional hanya akan mempersempit kedalaman arti dari yang Kudus. Otto berpendapat bahwa Ide-ide rasional dan perasaan sangatlah murni. Artinya memang bukan karena persepsi-persepsi tertentu. Sesuatu yang memang murni ada dalam diri manusia dan memang bersifat murni. Hal ini berhubungan erat dengan kecenderungan dari roh manusia (hidden ‘predisposition’ of the human spirit). Kecenderungan ini yang menyebabkan suatu dorongan untuk menyembah atau beragama. Hal ini pula yang mendorong akal manusia sehingga menyatakan yang Kudus dalam suatu ide-ide yang rasional.

Elemen rasional dan non rasional itu dalam the numen sangat harmonis dan memiliki kesatuan yang bersama-sama hadir. Memang tidak disangkali bahwa perlu rasio untuk menjelaskan atau menggambarkan the numen yang non-rasional. Hal ini masih bisa karena rasional dan non-rasional ada pada the numen itu sendiri. Tapi tetap tidak mengekstrimkan dengan menyatakan bahwa the numen sungguh dengan sempurna bisa dijelaskan secara rasional. Kalau sampai demikian maka, menurut Otto, kita masuk dalam suatu fanatik sempit atau mistik yang tidak bertanggungjawab. Otto memberikan penjelasan dalam beberapa hal mengenai hubungan elemen non-rasional dan rasional yang harmonis. Pertama, tremendum yang bisa dijelaskan salah satunya melalui ide keadilan yang mana dalam agama dilihat sebagai suatu murka Allah. Kedua, pesona yang salah satunya dijelaskan melalui ide kebaikan atau belas kasih yang dalam agama dipandang sebagai suatu anugerah. Ketiga, mysterium yang dijelaskan sebagai suatu yang absolut dan dalam agama dipahami sebagai suatu yang ilahi (deity).

Dalam buku ini juga dijelaskan mengenai respon-respon manusia yang salah terhadap the numen. Respon-respon dan ekspresi-ekspresi manusia terhadap the numen ini menimbulkan suatu kepercayaan-kepercayaan tertentu yang sungguh melenceng dari the numen itu sendiri. Salah satu contoh yaitu animisme yang percaya bahwa segala sesuatu dalam dunia ini mempunyai suatu soul power. Hal ini terjadi karena menekan yang Kudus itu dalam suatu konsep tertentu. Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa untuk mengenali yang Kudus dengan sungguh-sungguh itu perlu suatu reaksi mental ketika kita masuk dalam pengalaman dengan yang Kudus. Reaksi mental ini yaitu takut atau gentar. Sekali lagi Otto sebenarnya mencoba mengarahkan kepada nabi-nabi dalam alkitab kristen. Para nabi sungguh-sungguh mengalami kehadiran the numen atau yang Kudus dan menjadi gentar. Penjelasan seperti ini tidak ada dalam animisme yang hanya menekankan suatu konsep bahwa setiap hal ini dunia ini mempunyai suatu soul power tapi tidak masuk dalam suatu pengalaman khusus bersama the numen.

Dalam kesimpulan akhir dari buku ini adalah melihat agama kristen sebagai suatu agama tertinggi karena mengalami yang Kudus itu sendiri yang dinyatakan secara langsung dalam dunia ini melalui inkarnasi. Yang Kudus bukan hanya sekedar ide atau konsep kosong tapi sesuatu yang mysterium tremendum yang ditermanisfestasikan secara nyata. Setelah mempelajari the idea of the Holy dalam berbagai agama dan kepercayaan di dunia maka dia melihat keunikan tersendir dalam kekristenan. Keunikannya yaitu the Holy made manifest. Sebelumnya dalam perjanjian lama tidak terjadi demikian. Dalam perjanjian lama dijelaskan adanya pengalaman yang khusus oleh para nabi dengan kehadiran yang Kudus. Mereka mengalami kegentaran. Sedangkan dalam perjanjian baru dijelaskan bahwa yang Kudus menyatakan dirinya dalam Yesus Kristus. Dimana orang banyak dicatat takut dan gentar kepadaNya. Pengalaman orang banyak atau pun para murid akan Yesus dan reaksi mental yang mereka alami adalah suatu bukti nyata bahwa Dialah yang Kudus yang hadir secara nyata dalam dunia.

Pembuktian kebenaran Kristus 2

II. Kita masuk ke dalam masalah selanjutnya yaitu masalah celah waktu.

Injil ditulis berpuluh-puluh tahun sesudah kematian Yesus. Markus menulis injil kira2 40 tahun sesudah kematian Yesus. Matius dan Lukas menulis injil kira2 10 tahun kemudian (50 tahun sesudah kematian Yesus). Dan Yohanes menulis injil kira2 60 tahun sesudah kematian Yesus. Maka ada beberapa pertanyaan yang timbul yaitu,

a. Apa para penulis tidak lupa ?
b. Apa tidak terjadi perubahan ? Bisa saja Yesus yang ditulis berbeda dengan Yesus yang ada dalam sejarah.
c. Apa tidak dibumbui / dilebih2kan ?
d. Apakah tidak tercampur dengan ajaran gereja ?
e. Apakah ada minat tertentu dari penulis injil ?

Jawaban untuk pertanyaan (a) – (d) adalah tidak, kenapa :

Muncul teori, mengapa jarak waktu penulisan injil berbeda jauh dengan kematian Yesus yaitu karena mereka tidak berminat untuk menulis injil. Kenapa ? karena para rasul (khususnya) berpikir bahwa kedatangan Yesus (yang kedua) sudah sangat dekat sehingga mereka merasa tidak perlu untuk menulis injil. Data2 yang berisikan tentang Yesus diserahkan kepada orang2 yang bisa dipercaya dan selalu dicek kebenarannya ke data yang awal. Tradisi ini begitu ketat dipelihara.

Jawaban untuk pertanyaan (e) adalah mungkin saja memang sesuai dengan minat masing2 penulis tapi isi injil tersebut tidak ditambah-tambahkan. Misalnya, matius menulis untuk orang Yahudi sehingga tulisannya lebih berfokus supaya orang Yahudi dapat menerima injil. Kalau memang mereka ingin Yesus diterima, kenapa ada hal2 yang menunjukkan ketidakmampuan / kelemahan Yesus. Misalnya dalam Penyaliban, Yesus berteriak kepada Allah. Maka pastilah mereka menulis karena memang kenyataannya seperti itu. Namun justru karena kejujuran mereka inilah yang menyebabkan Yesus menjadi dikenal dan orang2 yang mendengar kabar tentang Yesus menjadi smakin percaya. Lee Strobel memakai peristiwa Holocaust dalam menjelaskan hal ini. Apabila seseorang ingin menulis tentang peristiwa Holocaust maka ia akan menulis berdasarkan fakta sejarah bahwa ada banyak orang meninggal dalam kamar gas. Karena tulisannya sesuai dengan sejarah maka tentunya orang2 akan semakin tertarik dan percaya.

Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah Yesus yang ada dalam injil sama dengan yang ada dalam sejarah ?

Muncul yang namanya “Jesus Seminary” yaitu sekelompok orang yang menyelidiki tentang kebenaran Yesus dalam alkitab dan sejarah. Hasil penelitian mereka dapat disingkat sebagai berikut : 2 % injil adalah sejarah, 20 % adalah diragukan kebenarannya dan 78 % adalah tidak berdasarkan fakta sejarah. Mereka mengambil contoh dalam “Doa Bapa Kami”, menurut mereka perkataan Yesus (yang adalah seorang tukang kayu) yang benar adalah Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya (Matius 6:11).

Adapun tradisi (seperti yang dikatakan sebelumnya) yang memelihara tentang kebenaran peristiwa Yesus yaitu tradisi oral. Orang2 yang dipercayakan untuk memelihara tradisi ini adalah orang khusus, artinya yang memang memiliki kemampuan untuku memeliharanya dengan baik. Maka pasti tidak terjadi kekeliruan. Contoh2 dalam alkitab yaitu 1 Korintus 15 dan khotbah2 yang terdapat di kitab Kisah Para Rasul (misalnya khotbah Petrus). Dalam 1 Korintus 15: 1-11 bahwa Paulus menyampaikan injil kepada jemaat yang ada di Korintus dan terus mengingatkan serta menegaskan kepada mereka mengenai injil yang ia (dan para rasul) terima dan kemudian ia (dan para rasul) ajarkan. Demikian pula dengan khotbah Petrus yang didengar oleh orang banyak.

Ada teori mengenai sumber2 yang dipakai oleh para saksi mata (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Sumber2 yang digunakan Markus adalah dari Petrus sendiri, tradisi oral dan sumber Q (catatan2 yang lain). Matius dan Lukas memperoleh data dari Markus, tradisi oral dan sumber Q. Pernyataan bahwa Matius dan Lukas memperoleh data dari Matius adalah karena hampir semua yang ditulis oleh Markus terdapat di injil Matius dan Lukas. Mengenai sumber Q, Lukas sendiri mengkonfirmasikan hal ini dalam Lukas 1:1-4.

Jarak waktu yang begitu singkat dalam pnulisan injil sesudah kematian Yesus, ini membuktikan bahwa Yesus bukanlah legenda. Pada abad ke-2 ada banyak injil tentang Yesus, jadi tidak mungkin kabar mengenai Yesus diubah karena jaraknya yang sangat singkat dan masih ada saksi mata yang hidup pada waktu injil ditulis. Kita dapat membandingkan ini dengan tulisan yang menceritakan tentang Alexander Agung yang ditulis 400 tahun sesudah kematiannya. Sungguh memiliki jarak yang begitu jauh tapi kenapa bisa diterima oleh dunia sedangkan injil mengenai Kristus tidak diterima. Hanya ada 1 alasan mengapa injil mengenai Kristus Yesus tidak diterima yaitu mereka memang pada dasarnya tidak mau percaya.

Kesimpulan : Injil adalah benar dan dapat dipercaya. Adanya celah waktu tidak merubah kebenaran injil.

Pembuktian kebenaran Kristus 1

Ringkasan Seminar “Pembuktian atas Kebenaran Kristus” oleh Lukman.
Bedah buku dari “The Case for Christ by Lee Strobel.”
Pembicara : Pdt. Yohan Candawasa.

Didasarkan dengan rasa ingin tahunya Lee strobel menyelidiki tentang Yesus dan kebenaran-Nya. Sesudah terbukti bahwa Yesus itu adalah benar ada dan apa yang dinyatakan oleh alkitab itu adalah benar ia menjadi seorang percaya. Dan ia membukukan hasil dari penyelidikannya itu. Lee Strobel menulis buku ini namun dengan sikap ia mula2 yaitu seorang atheis skeptis (tidak percaya sama sekali). Ia adalah lulusan dari jurusan hukum di Yale University. Ia bekerja sebagai jurnalis namun sekarang melayani Tuhan. Dalam bukunya ini, ia menulis dengan metode penyelidikan sebuah kasus kriminal. Data2 ia peroleh dari hasil wawancara, membaca dan bukti2 yang ada.

I. Hal pertama yang diperhatikan dalam penyelidikan sebuah kasus yaitu ada tidaknya saksi mata.

Yesus tidak meninggalkan ajaran2-Nya dalam bentuk tulisan, maka dari mana kita tahu bahwa Ia dan ajaran-Nya adalah benar2 ada ? dari saksi mata. Siapakah saksi mata itu ?
1. saksi mata langsung yaitu Matius dan Yohanes.
2. saksi mata lapis kedua (yang tidak langsung) yaitu Markus dan Lukas.

Mereka menulis tentang Yesus dalam injil yang sekarang ini kita pegang. Kita tahu tentang Yesus dari injil yang mereka tulis. Maka ada beberapa pertanyaan yang akan timbul :

a. Apakah benar mereka yang menulis injil ?
Jawab :
Bisa saja orang lain yang memakai nama mereka tapi itu tidak mungkin, kenapa? Karena apa bila kita melihat latar belakang dari penulis injil ini maka kita ketahui bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak berotoritas tinggi. Kalau memang ada orang yang memakai nama mereka, mengapa tidak memakai nama Petrus saja yang memiliki otoritas lebih tinggi.

b. Kalau benar, dapatkah sejarah membuktikannya ?
Jawab :
Ada beberapa saksi dalam sejarah yang mengkonfimasikan tentang saksi mata ini, yaitu,
Papias (125 M)
Ia mengatakan bahwa,
Markus mendapat informasi dari Petrus, Matius memelihara ajaran2 Yesus dan Yohanes menulis injil Yohanes. Yang menjadi masalah dalam tulisannya ini yaitu mengenai Yohanes. Dalam tulisannya, ada 2 kemungkinan ia menyebut Yohanes yaitu Yohanes yang adalah rasul atau Yohanes yang adalah penatua gereja.

Irenius (kira2 180 M)
Ia mengatakan bahwa,
Matius menerbitkan injilnya sendiri di antara orang Yahudi dalam bahasa Yahudi, Markus memberikan mereka (kelompok yang di dalamnya ada Irenius) tulisan yang berisi pokok2 khotbah Petrus selagi Petrus dan Paulus pergi menginjili di Roma dan mendirikan gereja di sana, Lukas mengumpulkan injil yang diberitakan oleh gurunya Paulus, dan Yohanes yang bersandar di dada Yesus menulis sendiri injilnya.

c. Betulkah bahwa apa yang mereka tulis itu adalah betul ?
Jawab :
Tulisan mereka dapat dipercaya walaupun ada perbedaan2 dalam masing2 injil. Misalnya, dalam peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus. Dalam penyelidikan para ahli sejarah, jikalau ada 3 – 4 saksi (paling sedikit) menyampaikan hal yang sama untuk 1 peristiwa maka pasti ada suatu kesepakatan dan ini sulit untuk dipercaya. Lee Strobel mengatakan demikian pula dalam suatu pengadilan. Maka apabila kesaksian dari para saksi adalah sama persis maka pasti ada konspirasi. Memang masing2 injil mempunyai perbedaan2 tapi mempunyai inti yang sama. Dalam peristiwa kebangkitan Yesus, masing2 injil mencatat bahwa Yesus bangkit dan saksi kebangkita itu adalah para perempuan yang justru dianggap lemah kesaksiannya. Maka pasti apa yang para saksi tulis adalah memang kenyataannya seperti itu dan benar.

Kesimpulan : Saksi mata ini adalah benar dan dapat dipercaya.

Minggu, 21 Maret 2010

"The Idea of Holy" by Rudolf Otto (1)


Buku ini bisa dimasukkan dalam kategori psikologi agama dengan menggunakan pendekatan filosofis dalam pembahasannya. Psikologi agama karena adanya penekanan pada mental manusia akan respon terhadap yang Kudus. Pendekatan filosofis yang artinya menjelaskan esensi dari agama itu sendiri secara mendalam, universal, radikal dan sistematik. Ia berusaha mendalami tesisnya secara lebih dalam dan juga memberikan penjelasan sedalam mungkin. Universal yaitu dengan tidak berfokus pada satu agama saja dalam pejelasannya. Memang kesimpulannya jatuh pada agama kristen. Tapi tetap bertanggungjawab dalam argumentasinya. Radikal karena berusaha untuk studi lebih dalam terhadap semua agama dan kepercayaan dunia dan membentuk suatu definisi yang jelas misalnya saja dalam pengertian dia akan mysterium tremendum. Dan buku ini terlihat menggunakan metode berpikir yang jelas. Misalnya, pertama-tama pandangan penulis kemudian argumentasi ditambah dengan contoh atau aplikasi lalu perbandingan dan kritik yang diajukan dan terakhir kesimpulan.

Tiga orang yang sering dikutip oleh Otto yaitu William James, Schleiermacher dan Goethe. Dia terpengaruh oleh mereka baik secara tidak langsung ataupun langsung, baik secara negatif atau pun positif. Seperti pandangannya dalam creature-feeling yang dia bandingkan dengan schleiermacher akan the feeling of dependence dari manusia. Dia mengkritisi pandangan schleiermacher dan melampaui pengertian dari schleiermacher. Dia melihat bahwa Schleiermacher sendiri mempunyai kontribusi tersendiri dalam keagamaan yaitu mengangkat kembali feeling sebagai hal yang selama ini terlupakan karena pengaruh rasionalisme. Demikian dalam Goethe yang mana dia menemukan bahwa dalam karya-karya goethe juga menjelaskan mengenai mysterium tremendum tapi tidak sampai pada akarnya.

Sesuai dengan judul dari buku ini yaitu the idea of Holy, Rudolf Otto memaparkan mengenai the idea of Holy yang ada dalam setiap agama atau pun kepercayaan primitif dunia. Setiap agama dan kepercayaan manusia berespon terhadap yang Kudus. Responnya ini memiliki ekspresi yang berbeda-beda dalam membangun setiap ajaran-ajaran agama. Tapi, menurut Otto, mesti ada pengalaman dengan yang Kudus. Pengalaman ini membangkitkan suatu perasaan khusus pada diri seseorang. Contoh yang diberikan yaitu seperti seorang nabi yang mengalami pengalaman ini. Sesudah itu mereka berespon dan jadilah agama dan kepercayaan yang mereka pegang. Yang Kudus itu menyatakan wujudnya dan kehadirannya secara nyata dalam dunia ini. agama kristen adalah agama yang memiliki wujud nyata dari yang Kudus yaitu Yesus Kristus. Inilah gambaran singkat tesis Rudolf Otto dalam buku ini.

Otto menggunakan istilah dari bahasa latin the numen atau the numinous sebagai ganti yang Kudus. Ia tidak langsung menyebutkan bahwa yang Kudus itu adalah Tuhan. Ia menggunakan istilah ini karena banyak agama dan kepercayaan secara umum memiliki pengertian ini tapi dengan arti berbeda-beda. Mereka me-rasionalisasi-kan dan me-moralisasi-kan yang Kudus ini. Yang mana sebenarnya mempersempit pengertian yang Kudus itu dalam suatu konsep terbatas dan dalam taraf moral saja. Salah satu contohnya dalam pengertian “kudus” yang diganti dengan “baik”. Memang dalam arti kata “kudus” aspek “baik” termasuk di dalamnya, tapi penekanan ini mengurangi kedalaman arti kudus itu sendiri.

The numen ini dikenali sebagai suatu objek yang berada di luar diri manusia yang diidentifikasi dengan suatu perasaan khusus. Otto menyebut perasaan khusus ini sebagai creature-feeling atau creature-consciousness. Perasaan ini akan nyata ketika seseorang itu masuk dalam suatu pengalaman religius dengan the numen artinya the numen itu sendiri secara aktif hadir dalam pengalaman tersebut. Dan perasaan ini bersifat spontan. Ketika seseorang itu mengalami kehadiran the numen maka, secara spontan, seseorang tersebut menyadari keterbatasannya sebagai ciptaan yang berhadapan dengan yang Maha Kuasa. Kesadaran inilah yang disebut sebagai creature-feeling.

The numen dijelaskan sebagai mysterium tremendum. Penjelasan dimulai dengan menggali dari arti kata pembentuknya. Yang pertama yaitu tremendum. Ada beberapa elemen dari tremendum yaitu awefulness, overpoweringness dan energy (urgency). Tremendum itu dari kata tremor yang bisa diartikan sebagai takut (fear/dread). Ketakutan ini merupan perasaan yang sebenarnya timbul karena elemen awefulness dari the numen. Elemen kedua overpoweringness yang menimbulkan perasaan ketidakberdayaan sebagai ciptaan karena berada dihadapan yang Maha Kuasa. Selain kedua hal ini, ada pula elemen energy dari the numen yang menyatakan bahwa the numen tersebut hidup dan aktif. Kata kedua yaitu mysterium yang berhubungan dengan kemisteriusan dari the numen. Misterius ini dijelaskan sebagai suatu yang Wholly Other dan elemen pesona (fascination). The numen itu adalah suatu objek yang misterius karena bukan hanya tidak mampu untuk ditangkap secara komprehensif oleh rasio tapi juga karena the numen itu sesuatu yang lain dari ciptaan (Wholly Other). Selain dipandang sebagai sesuatu yang lain, the numen juga memiliki karakter yang positif yaitu pesona. Hal ini menyebabkan seseorang yang mengalami suatu pengalaman bersama the numen itu kesukacitaan yang tidak habis atau yang tak terkatakan.

Ada sarana khusus untuk mengekspresikan the numen itu keluar. Yang pertama secara ekspresi secara langsung yaitu the spirit in the heart. The spirit ini sudah ada di dalam diri manusia sehingga memberikan manusia kemampuan untuk menerima dan mengerti the numen melalui pengalaman dengan the numen. The spirit inilah yang membangkitkan perasaan khusus manusia akan the numen sehingga manusia dapat mengerti dengan tepat akan the numen itu. Ekpresi secara tidak langsung yaitu perasaan khusus yang hampir sama dengan perasaan natural manusia. Misalkan perasaan khusus itu mengekspresikan unworthy yang dalam pengertian tertentu sama dengan perasaan natural fearful dan horrible. Selain itu the numen juga diekspresikan dalam seni. Yang mewakili the numen dalam seni adalah the sublime. Artinya the numen dalam seni dikenali sebagai the sublime. Seni memberikan impresi khusus akan the numen yang diekspresikan secara nyata. Misalnya dalam bangunan gothic pada abad pertengahan yang sangat terkenal memberikan kesan mistik dalam kegelapan dan kesunyian yang ada. Demikian juga dengan empty distance, jarak yang jauh antara dasar dengan atas dalam bangunan gothic. Hal ini menimbulkan perasaan khusus akan the sublime yang adalah the numen itu sendiri. (bersambung)