Kamis, 28 Desember 2017

Alfa & Omega

Bulan ini (Desember 2017) adalah natal kesekian dan akhir tahun yang kesekian (jika bukan yang terakhir) dalam hidup saya. Menarik, peringatan kelahiran Tuhan Yesus disepakati menjelang akhir tahun. Kapan tepatnya Tuhan Yesus lahir ke dunia ini? kita tidak tahu dengan jelas. Ada beberapa perkiraan kemungkinan kelahiran-Nya justru diantara Februari-Maret atau bahkan lebih sedikit daripada itu. Namun its ok, karena peringatan natal menjelang akhir tahun memberi makna tersendiri. Ketika tahun dalam waktu manusia menjelang berakhir, justru saat itulah Sang Kristus datang. Ketika semua dianggap berakhir, justru kekristenan bermulai. Titik alfa dan Omega berpadu dalam satu pribadi yaitu Yesus Kristus. Dia-lah awal harapan baru bagi manusia berdosa, sekaligus harapan terakhir. Dia-lah wujud (yang menjadi daging) awal dari kasih Allah sekaligus perwujudan paling puncak dari kasih Allah. Tidak ada yang lebih awal dan tidak ada yang lebih akhir selain Dia. Dia-lah Sang Awal dan Sang Akhir (Wahyu 1:17; 2:8; 21:6; 22:13). Maka layaklah kita mengarahkan seutuhnya diri kita pada-Nya: pikiran, perasaan, perkataan, tindakan dan kehendak kita (Filipi 2:5).

Soli Deo Gloria

Senin, 25 Desember 2017

Hadiah Teragung


Yoh. 3:16-17
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. (lihat juga Yoh. 3:16-17; Yoh. 1:10-13; Roma 8:32)

Hadiah merupakan sesuatu yang sangat dikenal dalam budaya manusia. Acts of giving and receiving pada umumnya wujud kebaikan dan kemurahan hati. Tindakan ini biasanya dilakukan pada peristiwa khusus seperti ulang tahun dan tak terkecuali natal. Dan menarik, Allah menyatakan diri-Nya secara sempurna kepada dunia melalui “kategori hadiah”. Allah datang ke dunia bukan karena manusia meratap dan berseru memohon pertolongan-Nya. Allah datang ke dunia bukan karena para gembala, orang majus, para ahli taurat, dan orang yahudi berdoa dan berpuasa sungguh-sungguh. Allah datang ke dunia bukan karena Yusuf dan Maria adalah orang-orang yang paling suci sepanjang sejarah manusia. Allah datang ke dunia karena Ia rela memberi diri-Nya bagi dunia sebagai hadiah yang tak tergantikan (bernilai) dan tak terduga.

Mengapa Ia rela? Karena Ia memiliki kasih yang besar terhadap dunia. Mengapa ia mengasihi dunia? Dunia itu berdosa, kotor, hina dan sementara bukan sesuatu yang layak untuk dikasihi tapi seharusnya diciptakan kembali. Ia mengasihi dunia karena Ia adalah Allah yang penuh kasih. Allah itu kasih (1 Yoh. 4:8,16). Kasih Allah adalah kasih yang “self-less, costly love of redemption”. Kasih yang seperti ini tidak dikenali dan dialami oleh manusia karena kasih Allah berbeda dengan kasih manusia. Kasih manusia (dunia) itu egois, berpusat kepada diri entah dengan jalan merendahkan diri atau meninggikan diri. Kasih manusia yang egois itu penuh dengan manipulasi untuk memanfaatkan dan memberdayakan sesamanya untuk kepentingan, kesenangan, keuntungan dan bahkan kebahagiaan diri. Sedangkan kasih Allah adalah kasih yang berkorban (extra-ordinary sacrifice). Pengorbanan-Nya bukan dimulai ketika mati di salib, pengorbanan-Nya dimulai ketika ia lahir di dunia berdosa dan hina ini. Dan ketika Yohanes menyampaikan tentang “Allah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal  ke dalam dunia” itu juga berarti “Allah mengutus anak-Nya untuk mati di kayu salib”. Kehidupan Kristus adalah jejak-jejak pengorbanan dari palungan sampai kayu salib.

Dengan demikian, Hadiah yang teragung dari Allah adalah Diri-Nya sendiri. Pemberian ini terlalu besar dan tak ternilai sehingga tak mampu untuk dibalas oleh manusia yang berdosa, hina dan terbatas. Pemberian ini haruslah pemberian yang tak bersyarat karena manusia tak sanggup untuk memenuhi syarat-syarat untuk mendapatkan-Nya melainkan hanya karena anugerah yang diterima dengan iman. Karena itulah act of giving dari Allah ini berbeda dengan act of giving dari manusia. Manusia masa kini cenderung menganggap hadiah sebagai hutang. Hadiah merupakan pertukaran komoditas yang mana aspek kebaikan dan kemurahan hati tidak lagi penting. Hadiah yang penting memenuhi syarat-syarat tertentu yang secara khusus berlaku dalam masyarakat. Kehadiran Kristus bukan hanya hadir sebagai hadiah melainkan sebagai hadiah yang mentransformasi prinsip-prinsip masyarakat dalam dunia berdosa. Kelahiran-Nya sudah bersifat transformatif. Kelahiran-Nya menjadikan kota yang kecil Betlehem menjadi kota yang bernilai kekal. Kelahiran-Nya menjadikan para gembala yang adalah kaum pinggiran menjadi kelompok yang mendapat kesempatan paling berharga dalam sejarah manusia. Kelahiran-Nya menjadikan Yusuf dan Maria, pasangan yang rendah namun ditinggikan. Kelahiran-Nya mentransformasi dunia dengan memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia (Yakobus 2:5 bdk 1 Korintus 1:27-31).

Rabu, 20 Desember 2017

Kesukaan bagi Dunia (Joy to the World)


Teks: Isaac Watts, 1719
Musik: George F. Handel, 1742

Lukas 2:10 
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa.

Sukacita adalah kata kunci bagi seluruh masa Adven, khususnya bagi umat Kristen yang menyadari makna spiritualnya - Allah sendiri datang ke dalam dunia dan menyediakan cara agar manusia yang berdosa dapat hidup kekal selamanya. Teks ini pada umumnya dianggap sebagai salah satu himne Natal yang paling sukacita yang ada, bukan dalam arti membuat gembira, tetapi memiliki kesadaran yang dalam dan sungguh-sungguh akan apa arti dari kelahiran Kristus bagi umat manusia.

Himne adven ini adalah salah satu himne karya Isaac Watts yang terdapat dalam himnalnya yang terkenal Psalms of David Imitated in the Language of the New Testament (1719). Isaac Watts sangat ingin memberi Mazmur sebuah arti dan gaya dalam musik ibadah kristen. Hal ini ia lakukan, dalam kumpulan di tahun 1719 tersebut, dengan terlebih dahulu menafsirkan seluruh ayat dari 150 Mazmur. “Joy to the World” adalah parafrase dari ayat-ayat yang diambil dari bagian akhir kedua dari Mazmur 98:4, 7-9 yang berbunyi:

Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah! Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran. 

Mazmur 98 adalah sebuah lagu sukacita mengenai cara-cara Tuhan yang menakjubkan untuk melindungi dan memulihkan umat pilihan-Nya. Mazmur tersebut mengharapkan saat dimana Yehova akan menjadi Tuhan bagi seluruh bumi dan hukum Israel akan diterima oleh segala bangsa. Akan tetapi, Watts telah memberikan bait ini sebuah parafrase yang menyegarkan: pujian tentang keselamatan yang dimulai ketika Tuhan berinkarnasi sebagai seorang bayi di Betlehem untuk mengenyahkan kutuk karena kejatuhan Adam. Isaac Watts awalnya memberi judul teksnya ini “The Messiah’s Coming and Kingdom” - “Kedatangan Mesias dan Kerajaan-Nya.”

Melodinya digubah oleh Lowell Mason yang terinspirasi dari 2 lagu dari oratorio Messiah oleh G. F. Handel: “Comfort Ye” dan “Lift Up Your Heads,” untuk dicocokkan dengan kata-kata karya Watts “Joy to the World.” Tune adaptasi ini dikenal dengan nama “Antioch” dan pertama kali muncul dalam terbitan Lowell Mason, Modern Psalmist, di tahun 1839. Meskipun beberapa tune lain pernah digunakan dengan teks Isaac Watts, “Antioch” terbukti merupakan tune yang paling terkenal dan abadi. Melalui kombinasi talenta dari seorang jenius literatur Inggris di abad ke delapanbelas, seorang kelahiran Jerman, raksasa musik dari periode yang sama, dan seorang Amerika dari abad ke sembilanbelas, pemimpin paduan suara dan pengajar, himne besar lainnya lahir dan sejak saat itu menemukan tempat yang tetap dalam halaman-halaman himnal gereja kita untuk digunakan sepanjang masa Adven ini.