Yakobus 4:1-10
Konteks jemaat dari surat Yakobus: Orang kristen tersebar dan berada di tengah-tengah kebudayaan dan kepercayaan yang sangat berbeda. Ada yang menjadi sukses di tengah-tengah perantauan mereka, ada juga yang tidak. Ketidakwaspadaan karena sudah terlalu nyaman bisa membuat mereka menyangkali iman kristen mereka. Ketidakpedulian karena sudah terlalu lelah bisa membuat mereka melupakan identitas dan tugas mereka sebagai orang kristen.
Hari ini ketika kita berada di tengah kenyamanan, ada di sini, belajar dengan tenang, bekerja dengan lancar, melayani dengan baik, dan melakukan banyak hal dengan lancar. Ketika kita menjalani hari-hari kita dan terus melakukan keseharian kita dengan tidak ada halangan, rintangan dan hambatan yang membuat kita berhenti dari apa yang biasa kita kerjakan setiap hari. Ketika secara sadar, kita tidak terikat dosa yang membahayakan. Keluarga kita tidak diambang kehancuran. Pekerjaan kita lancar dan baik-baik saja. Lingkungan tempat kita tinggal aman dan nyaman. Gereja kita juga adalah gereja yang baik dan sehat. Apakah artinya semua baik-baik saja? Tidak. Jangan pernah berpikir bahwa semua baik-baik saja. Kenapa? Karena "semua TIDAK PERNAH baik-baik saja sejak manusia jatuh dalam dosa."
Yakobus menyatakan 3 sumber yang menjadi masalah paling dasar bagi kehidupan.
1. Daging (4:1)
Yakobus 4:1 - "Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?"
Yakobus begitu jelas menyatakan mengenai "daging" sebagai musuh yang harus terus kita hadapi. Daging di sini berarti natur berdosa kita. Dengan kata lain, musuh kita adalah diri kita sendiri yang berdosa. Justru ini yang sering kita lupakan dan tidak pedulikan. Karena musuh itu di dalam kita, dan musuh itu adalah diri kita sendiri. Seperti penyakit kanker yang mematikan itu bertumbuh di dalam pelan-pelan dan terus mengumpulkan kekuatan untuk melumpuhkan seseorang. Ini terjadi tanpa disadari dan hampir tidak bisa dikendalikan. Demikian natur berdosa kita yang sedikit demi sedikit menggerogoti kita tanpa kita sadari, dan akhirnya ketika sadar semua sudah terlambat yang ada hanya penyesalan.
Dalam tradisi spiritual bapak-bapak gereja, meringkas ada 7 dosa maut yang merupakan natur berdosa kita yang berdasarkan pada Amsal 6:16–19 dan Galatia 5:19-21.
a. luxuria (lechery/lust) = Nafsu
b. gula (gluttony) = Rangkus
c. avaritia (avarice/greed) = Serakah
d. acedia (acedia/discouragement/sloth) = Malas
e. ira (wrath) = Murka
f. invidia (envy) = Iri hati / Dengki
g. superbia (pride) = Sombong
2. Dunia Berdosa – Worldliness (4:4)
Yakobus 4:4 - Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.
Ada yang menafsirkan surat Yakobus dituliskan kepada umat Tuhan yang berada di perantauan sebagaimana tertulis dalam awal surat ini. Surat ini ditujukan kepada orang Kristen sejati dan juga yang palsu yang hidup di tengah-tengah dunia. Orang kristen tersebar dan berada di tengah-tengah kebudayaan dan kepercayaan yang sangat berbeda. Ada yang menjadi sukses di tengah-tengah perantauan mereka, ada juga yang tidak. Mereka berada di tengah-tengah dunia yang begitu nyaman, yang mana bisa membuat mereka menyangkali iman kristen mereka. Mereka berada di tengah-tengah dunia yang begitu kejam dan menghimpit mereka sehingga karena sudah terlalu lelah bisa membuat mereka melupakan identitas dan tugas mereka sebagai orang kristen.
"Persahabatan" adalah suatu relasi indah yang dibangun dalam kesetiaan, saling berbagi dan saling pengertian. Ada banyak pengertian "positif" mengenai persahabatan. Tapi yang menjadi masalah adalah dengan siapa kita bersahabat. Seperti dikatakan: "Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik" (1 Kor. 15:33). Yakobus mengatakan bahwa "persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah."
"Dunia" memiliki beberapa pengertian, dalam hal ini adalah “Dunia Berdosa” seperti yang dijelaskan dalam 1 Yoh. 2:17. Dunia Berdosa (worldliness) Yaitu "a determination to be anchored to a society which by nature does not know God, and is inclined to reject him" (3:1; Yoh. 15:18–19; 17:25). Dunia berdosa yaitu kejahatan struktural yang tidak mau mengenal Allah bahkan melawan Allah. Dunia yang memberikan banyak kenikmatan dan kenyamanan sampai kita melupakan Allah, melupakan identitas dan tugas kita sebagai seorang kristen. Dunia menghimpit memojokan kita sampai-sampai kita kesulitan dalam melayani Tuhan dan akhirnya menyerah. Lebih kejam lagi bahkan membuat umat Tuhan saling menyerang satu sama lain. Suatu sistem yang melawan Tuhan. Di dalam surat Yakobus disebutkan beberapa sistem dunia:
a. Kesenjangan Status Sosial - Yakobus 2:1
b. Kompetisi (Competition) - Yakobus 3:14-15 & Yakobus 4:1-2
c. Mementingkan diri sendiri (Self-centered) - Yakobus 3:14-15
d. Keangkuhan Hidup (Arrogance) - Yakobus 3:14-15
e. Kompromi (Double-minded) - Yakobus 3:14-15 & Yakobus 4:17
Selama kita bersahabat dengan dunia, maka secara aktif kita adalah musuh Allah. Secara aktif kita bersekutu dengan dunia untuk melawan Allah. Dari hal-hal yang kecil dan sederhana dalam hidup kita sampai dengan hal-hal yang berdampak begitu besar, kita melawan Allah. Mulai dari tidak mau belajar firman Tuhan lebih lagi, menjalankan ibadah hanya sebagai rutinitas, belajar dan bekerja tanpa ada dorongan untuk menjadi saksi Tuhan tapi terus mengikuti cara hidup dunia, membangun keluarga yang tidak ada bedanya dengan keluarga non-kristen, kita melawan Allah. "Persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah."
3. Iblis (4:7)
"Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!"
Yang ketiga yaitu iblis. Sejak dalam Kejadian, iblis terus melawan Allah dan menggagalkan rencana Allah. Ia membawa manusia ikut juga bersekutu dengannya untuk melawan Allah.
Bagaimana seharusnya kita hidup? "Loving God"
Seringkali antara ajaran Paulus dan ajaran Yakobus dipertentangankan. Secara garis besar Paulus mengajarkan keselamatan bagi orang berdosa melalui iman di dalam Yesus Kristus. Yakobus tidak menyangkali hal tersebut. Yakobus menegaskan bahwa iman yang sejati akan menimbulkan kasih terhadap Allah. Dan bukti kasih itu nyata dalam kehidupan kita melalui kesaksian hidup, kesucian dan keteladanan kita di tengah-tengah dunia dimana kita berada. Yesus mengatakan: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu" (Mat. 22:37). Kita akan semakin serupa dengan apa yang kita kasihi. Hidup kita akan terfokus dengan apa yang kita kasihi. Kalau kita mangasihi dunia, maka kita akan serupa dunia dan hidup-mati untuk dunia. Akibatnya kita akan musnah bersama-sama dengan dunia. Yohanes mengingatkan supaya jangan kita mengasihi dunia karena dunia ini sedang lenyap, hanya orang yang mengasihi Allah (melakukan kehendak Allah) akan hidup selama-lamanya (1 Yoh. 2:15-17). Marilah kita mengasihi Allah kita lebih lagi karena Ia sudah lebih dulu mengasihi kita. Ia menyatakan kasih-Nya dengan datang ke dunia berdosa, hidup bersama-sama orang berdosa menjalankan dengan sempurna tuntutan hukum Allah, menderita dan mati bahkan mati disalib bagi kita yang berdosa. Marilah kita mengasihi Allah kita.
Yakobus 1:12 -- Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.
Kita yang sampai saat ini masih bersahabat dengan dunia, gaya hidup dunia, cara berpikir, berkata-kata dan bertindak serupa dengan dunia, kita harus bertobat. Kita yang selama ini masih terus menganggap remeh dosa-dosa kecil dan sederhana, tidak mau berdoa bagi pekerjaan-pekerjaan Tuhan tapi hanya untuk keundungan diri saja, terus terlena dalam rutinitas ibadah, tidak mau terlibat dalam pelayanan, kita harus bertobat. Kita yang selama ini, tidak menjadi saksi Tuhan dan menyatakan kemuliaan Tuhan sehingga orang lain di sekitar kita tidak melihat Kristus di dalam hidup kita, studi, pekerjaan, keluarga dan kehidupan bermasyarakat, kita harus bertobat. Kalau tidak bertobat dan berubah maka kita akan lenyap musnah dan mati bersama dunia yang kita kasihi.
Di dalam kitab wahyu, ada banyak gambaran akan surga. Dan saya membayangkan, dunia yang tidak ada lagi penderitaan, tidak ada keluh kesah, tidak ada kematian, tidak ada persaingan, tidak ada permusuhan. Saya membayangkan dunia yang begitu sempurna. Dunia dimana kita dengan tubuh yang sempurna melayani dan menyembah Tuhan tanpa ada halangan dan hambatan apa pun seperti di dunia ini. Dunia dimana kita dengan tubuh yang suci (tanpa dosa) memuliakan Tuhan. Dan mulut kita tiada henti penuh dengan ucapan syukur dan puji-pujian: "Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!" AMIN (Wahyu 5:13).