Rabu, 14 Februari 2024

Pembawa Damai

“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Matius 5:9)

Di dunia ini, adakah hari tanpa konflik? Tidak ada. Sejak manusia jatuh dalam dosa, konflik mewarnai setiap aspek kehidupan kita. Ketika relasi dengan Tuhan Allah rusak karena manusia telah berdosa, maka buah dan kutuk dari dosa, salah satunya, adalah konflik. Dalam Kej. 3:12, manusia menuduh, mengutuk, dan menyalahkan Hawa dan bahkan Allah sebagai penyebab kejatuhannya dalam dosa. Konflik manusia dengan sesama ditegaskan lagi dalam Kej. 3:16. Relasi kasih yang harmonis berubah menjadi relasi kuasa yang menyimpang dan dipenuhi dengan kepentingan diri sendiri. Suatu realita konflik yang tidak asing bagi kita, orang tua berusaha menguasai anak-anaknya demikian pula anak-anak ingin orang tua memperlakukan mereka seperti keinginan mereka. Relasi pertemanan dan persahabatan seringkali didasarkan pada keuntungan dan kenyamanan apa yang bisa kita dapat dari sesama. Ketika yang diperoleh adalah kerugian, kita mulai tidak nyaman dan menjauhi sesama kita. Manakala kita mencari pasangan, kita ingin mereka masuk dalam standar kita dan mengikuti kemauan kita. Karena itulah, konflik terus nyata antara kita dengan sesama.

Damai dalam dunia berdosa hanya bersifat dangkal dan horizontal semata. Damai berarti ada rekonsiliasi untuk memaklumi keadaan masing-masing sehingga tidak ada konflik seperti perseteruan dan bahkan perang. Damai berarti keuntungan yang sama dari kedua pihak (win-win solution). Jika memang demikian? Dasar dari damai berarti adalah keuntungan dan kepentingan masing-masing pihak. Ketika tidak lagi diuntungkan atau kepentingan diinjak-injak, yang terjadi adalah konflik. Ini adalah damai yang palsu. Dunia berdosa tidak dapat menciptakan damai sejati, karena dunia berdosa pada dasarnya akatastasia yaitu ketidakberaturan atau kekacauan (disorder).

Apa kata Alkitab? 

Damai merupakan terjemahan dari istilah Yunani, eirene yang secara prinsip bermakna sama dengan shalom dalam bahasa Ibrani. Salah satu maknanya adalah kehidupan harmonis dengan sesama (bdk. Kis. 7:26; Gal. 5:22; Ef. 4:3; Yak. 3:18). Kehidupan harmonis berarti kehidupan dalam keteraturan yang indah di mana memancarkan damai sejahtera Kristus. Damai sejahtera sejati hanya didapat di dalam Kristus dan itu adalah suatu pemberian (Yoh. 14:27; 16:33). Mengapa? Karena dunia berdosa tidak mampu menelurkan damai sejati. Damai sejati harus dari “luar dunia” yaitu dari Allah yang berinkarnasi, dia adalah Tuhan Yesus Kristus. Dia adalah pengantara pendamaian yang mendamaikan Allah dan manusia berdosa (Rm. 5:1; Kol. 1:20). Dialah Sang Damai (Ef. 2:14-18). Setiap orang beriman kepada Kristus telah memperoleh damai sejahtera sejati di dalam Kristus. Orang-orang demikian memancarkan damai sejahtera Kristus sebagai gaya hidupnya. 

Oleh karena itu, orang beriman dipanggil sebagai pembawa damai. Bukan dengan meniadakan konflik, tapi menyadari bahwa konflik itu bagian dari dunia berdosa. Pembawa damai menyadari dan mengakui adanya ketidakadilan di dalam dunia berdosa. Tapi dengan berani dan tekun mengusahakan damai Kristus hadir di tengah-tengah dunia berdosa. Bertekun dalam mengusahakan damai Kristus nyata dalam kehidupan kita dan sesama. Ini menyiratkan suatu tanggung jawab untuk secara aktif melawan segala rintangan yang ada dalam dunia berdosa dan terus menyatakan keyakinan pada shalom sejati Kerajaan Allah hadir di dunia ini. 

Setiap kali konflik antar sesama terjadi, orang beriman harus berani mengambil langkah untuk menyatakan damai Kristus. Pertama, orang beriman menyadari kesalahan dan kerusakan dosa dari diri sendiri. Bersedia untuk mohon pengampunan dari Allah dan sesama. Selanjutnya, orang beriman dengan pertolongan Tuhan berani dan tekun mengusahakan pihak-pihak terkait untuk menyadari keberdosaannya dan berpegang pada pendamaian Tuhan Yesus Kristus. Bersama-sama bersedia untuk dibarui dalam relasi antar sesama berdasarkan pada kasih Kristus. Kiranya damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kita sekalian.