Senin, 09 Juni 2014

Menanti Tuhan

Yesaya 40:31, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.

Pesan keseluruhan kitab Yesaya adalah penghakiman (1-39) dan pemulihan (40-66). Yesaya berarti “the Lord is salvation”, anak amos yang kemungkinan masih ada hubungan keluarga dengan Raja Uzia (mungkin seperti keponakannya presiden/raja). Orang yang sebenarnya memiliki masa depan cerah. Bisa memilih untuk menikmati kenyamanan hidup karena ada hubungan keluarga dengan Raja. Yesaya diutus sebelum pembuangan kepada Kerajaan Yehuda sampai juga dalam masa pembuangan. Dia merupakan Nabi yang paling lama melayani dibandingkan dengan nabi yang lain yaitu selama 65 tahun (kira-kira sampai zaman Raja Hizkia). Hosea 45 tahun dipakai Tuhan melayani, Yeremia 40 tahun lebih, Mikha 20 tahun. Setiap nabi-nabi yang dipanggil Tuhan memiliki panggilan khusus yang mungkin berbeda satu sama lain. Dan ada yang mengatakan bahwa dia matinya digergaji. Sampai matinya pun, Yesaya tidak melihat karya keselamatan oleh Tuhan Allah atas umatNya.

Bukan hal yang mudah menanti keselamatan, pertolongan atau pimpinan Tuhan. Apalagi orang yang mengajarkan untuk menanti pertolongan Tuhan itu adalah orang yang juga tidak bisa menyelamatkan atau tidak mengalami keselamatan atas dirinya. Misalnya seperti Yesaya yang mengajarkan untuk menantikan pertolongan Tuhan, tapi dia sendiri matinya digergaji.

Menanti artinya tetap di satu tempat sampai sesuatu yang diharapkan terjadi (to stay in a place until an expected event happens, until someone arrives, until it is your turn to do something, etc). Tidak pernah satu hari pun kita lewati tanpa pengalaman ini. Menunggu anak-anak pulang sekolah. Menunggu suami atau isteri pulang dari kerja. Menunggu makanan diantarkan padahal kita sudah memesannya 20 menit yang lalu. Menunggu antrean di salah satu pusat perbelanjaan. Menunggu lampu lalu lintas atau kemacetan di jalan. Daftarnya bisa terus berlanjut dari hal-hal yang sederhana sampai yang lebih rumit dan menantang dalam hidup kita. Kita sering menunggu dalam hidup kita dan banyak tantangan yang kita hadapi. Menanti sesuatu yang pasti tapi tidak tahu kapan akan terjadi bukanlah hal yang mudah. Tidak heran penantian tersebut akan disertai keluhan dan ketidakpercayaan (lihat ayat 27). Apalagi kalau dalam konteks ini TUhan sendiri, Allah pencipta Langit dan Bumi yang Maha Kuasa tersebut berjanji akan menyelamatkan tapi tidak tahu sampai kapan harus menunggu Dia bertindak. Dan tidak jarang juga, akhirnya kita sendiri memutuskan untuk bertindak sesuai dengan apa yang kita pikir adalah yang terbaik untuk bisa kita kerjakan. 

Apa benefit/manfaatnya menanti Tuhan:

1. Mendapat kekuatan baru

Rajawali adalah burung yang memiliki "aerodinamika" yang sempurna. Dengan sayap yang lebih besar dari tubuhnya, rajawali memiliki kestabilan saat melayang-layang di udara. Karena kerja sayap lebih banyak untuk melayang dibandingkan untuk mengepak-ngepak, maka rajawali tidak pernah lelah saat berada di langit saat berada di langit. Rajawali mampu terbang melayang sepanjang hari, dibantu dengan arus udara. Sayap rajawali juga mampu membaca arus udara yang tidak teratur sehingga rajawali mampu menghindar dari gundangan dan mampu terbang dalam keadaan badai sekalipun. Untuk dapat terbang tinggi dan melayang-layang di udara, rajawali harus sabar menunggu hawa panas, sekalipun burung-burung lainnya beterbangan menikmati hembusan angin dan hangatnya sinar matahari.

Rajawali mendapat kekuatan baru dari angin yang terus mengangkatnya lebih tinggi lagi selagi ia menunggu waktu yang tepat untuk menangkap mangsanya. Kita mendapatkan kekuatan baru dari Roh Kudus ketika terus menanti dan berharap kepada Tuhan saja.

2. Mendapat sebuah perspektif yang lebih baik

Menanti dalam bahasa inggris juga berarti “To watch over.” Orang yang menanti Tuhan itu seumpama rajawali yang naik terbang ke tempat yang tinggi. Ini berarti memiliki perspektif yang lebih baik. Melihat dari tempat yang tinggi dan jauh seringkali memiliki penglihatan yang lebih baik secara keseluruhan. Lebih lagi digambarkan seperti bagaimana rajawali melihat dari tempat yang tinggi. Rajawali memiliki penglihatan yang begitu tajam. Bisa melihat kelinci kecil yang berjarak 3,2 km (3200 m)Rajawali bisa melihat ikan atau ular yang berada dalam air, kera di sela-sela pohon dari tempat jauh. Bahkan bisa memperbesar pandangannya (zoom natural, kalau handphone sekarang pakai zoom lens). Sedang kita harus memakai teropong yang zoom yang besar. Rajawali bisa melihat 8 kali lebih tajam daripada mata manusia.

Ada ungkapan seperti ini “the closer you look, the less you see.” Kita harus belajar melihat dari atas, dari sudut pandang Allah. Kita harus belajar mengerti rencana besar Allah. Salah satunya dengan cara Triangle perspektif (mis. Aku, Masalahku dan Tuhan).  

Melihat dari atas berarti melihat dari sudut pandang Tuhan Allah. Dengan demikian kita menyadari Allah seperti apa yang kita sembah. Ia adalah Allah yang bertindak secara aktif dalam mencipta, membentuk dan mengatur ciptaanNya. Istilah “create”, “form” dan “make” disejajarkan dalam Yesaya 45:18. Ia mencipta bukan tanpa rencana. Ia bukan Allah yang mencipta kemudian pergi membiarkan ciptaan berjalan sendiri seperti seorang pembuat jam. Ia adalah Allah yang memiliki pandangan dan rencana yang begitu luas. Bukan hanya untuk diri kita seorang tapi semua orang, semua bangsa, Kerajaan Allah. Ia adalah Allah yang tak pernah lelah dan lesu menggenapi rencana-Nya.

Kenapa kita seringkali lelah dan lesu dalam menjalani hidup, dalam pekerjaan, keluarga dan bahkan lelah dengan diri kita sendiri? Karena kita seringkali mengandalkan kekuatan diri sendiri. Tuhan Yesus mengatakan: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan” (Matius 11:28-30). Marilah kita yang lelah letih lesu datang kepadaNya dan mengandalkan kekuatanNya. Karena Ia tidak pernah lelah, dan kukNya enak dan bebanNya ringan.