Sabtu, 23 Agustus 2014

Pemeliharaan Tuhan

Roma 11:33-36 dan Ayub 42:2

Pemeliharaan Allah dikenal juga dengan istilah Providence of God. Providence artinya “melihat sesuatu sebelumnya atau lebih dahulu” atau “menyediakan untuk.” Allah adalah Allah yang memelihara ciptaanNya. Sejak semula Allah sudah mempunyai rencana yang indah. Ia mencipta bukan untuk menghancurkan ciptaan. Ia mencipta karena memiliki suatu rencana yang indah. Dan Ia menyatakan pemeliharaan atas ciptaanNya dengan hikmat, kuasa dan kedaulatanNya.

Pemeliharaan Tuhan tidak begitu terasa bagi kita yang mungkin selama ini menjalani hidup seolah-olah baik-baik saja. Mungkin kita tidak perlu banyak memikirkan tentang makanan kita atau harta kita. Kita sudah mempunyai semua itu. Kita juga mungkin tidak terlalu kuatir karena selalu ada keluarga dan teman-teman di sisi kita dalam keadaan apa pun. Pemeliharaan Tuhan tidak terlalu terasa saat kelancaran dan kenyamanan. Pemeliharaan Tuhan begitu terasa saat kita berada dalam kesusahan dan kesulitan. Tapi dalam keadaan apa pun, Tuhan terus pelihara kita.

Dalam keadaan lancar dan semua baik-baik saja, jangan kita lupa bahwa itu karena topangan Tuhan. Ingat tentang Israel yang menerima manna dari surga (Keluaran 16)? Pernahkah kita pikir kenapa manna itu diperbolehkan ambil cukup untuk satu hari saja? Kenapa Tuhan tidak berikan satu kali saja untuk satu minggu? Atau untuk satu bulan? Bangsa Israel pun tidak perlu repot untuk terus ambil tiap pagi. Yang terjadi kalau manna itu coba disimpan untuk persediaan makanan esok hari maka yang terjadi adalah manna tersebut jadi busuk. Manna diberikan hanya untuk hari itu saja. Jadi bangsa Israel perlu mengambil manna setiap pagi tiap harinya. Kenapa demikian? Supaya mereka terus bersandar dan berharap pada Tuhan setiap hari. Supaya dalam keadaan lancar dan kecukupan pun, mereka ingat bahwa itu bergantung pada pemeliharaan Tuhan. Mereka harus terus setiap pagi berdoa memohon pada Tuhan memelihara hidup mereka hari itu, kemudian membuka pintu tenda mereka dan mengambil apa yang Tuhan berikan hari itu.

Dalam keadaan sulit pun, kita ingat bahwa ada pemeliharaan Tuhan yang tersembunyi sehingga kita bisa sampai masuk dalam keadaan demikian. Tokoh paling mudah untuk kita renungkan dalam hal ini yaitu Yusuf dan Ayub. Yusuf adalah anak kesayangan Yakub yang mana membuat saudara-saudaranya iri. Saudara-saudaranya dengan maksud jahat mau menjauhkan Yusuf bahkan terpikir untuk membunuh Yusuf. Tapi akhirnya mereka menjual Yusuf. Ini sangat menguntungkan: Yusuf disingkirkan dan mereka dapat uang. Singkat cerita, Yusuf sampai ke Mesir dan bahkan menjadi orang kedua terpenting di Mesir. Akhirnya, keluarga ini pun bertemu kembali dengan posisi dimana saudara-saudara Yusuf minta tolong pada Yusuf yang saat itu belum mereka ketahui bahwa itu Yusuf. Ini merupakan kesempatan untuk membalas kejahatan yang sudah dikerjakan oleh saudara-saudara Yusuf. Pembalasan yang sempurna ketika orang yang jahat terhadap kita dalam keadaan helpless dan kita dalam posisi di atas dimana hidup mereka bergantung pada kita. Dimana kita menjadi penentu atau solusi bagi orang yang merugikan kita. Tapi Yusuf tidak memanfaatkan posisi tersebut, ia mengatakan kalimat terindah dan teologis yang begitu dalam: "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar (Kej. 50:20)."

Demikian juga Ayub, orang yang saleh dan begitu takut Tuhan. Namun ia, dengan alasan tidak begitu jelas mengalami penderitaan yang harusnya tidak ia alami. Kehilangan harta dan ternaknya, anaknya dan isterinya. Dan temannya hanya tersisa beberapa orang saja. Sampai pada suatu titik nol dimana akhirnya dia mempertanyakan keputusan Tuhan atas hidupnya. Tuhan tidak menjawab Ayub dengan memulihkan keadaanya segera. Tapi Tuhan justru bertanya balik, yang intinya mau menyatakan apakah Ayub berhak bertanya dan meragukan keputusanNya. Respon Ayub menunjukkan kerendahan hatinya: “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal” (Ayub 42:2).

Iman Kristen adalah iman yang percaya pada pemeliharaan Tuhan dalam keadaan apa pun. Ketika yang kita alami kelancaran, maka kita percaya bahwa itu adalah topangan Tuhan. Dan kita harus tetap terus bersandar pada Tuhan. Ketika kita masuk dalam keadaan yang tidak nyaman, itu pun tidak lepas dari pemeliharaan Tuhan yang mungkin sangat sulit terlihat. Karena pemeliharaan Tuhan nyata atas setiap ciptaan, terlebih lagi atas umat pilihanNya.

Rabu, 20 Agustus 2014

Ibadah di Dunia dan Ibadah Sorgawi (Wahyu 4:1-11)

Kehidupan kita di sini merupakan latihan rohani menuju kehidupan yang akan datang di dalam Kristus. Salah satu latihan rohani yang penting bagi pertumbuhan iman kita yaitu ibadah. Marva J. Dawn mengatakan: “My major concern for the Church has to do with worship, because its character-forming potential is so subtle and barely noticed, and yet worship creates a great impact on the hearts and minds and lives of a congregation’s members. Indeed, how we worship both reveals and forms our identity as persons and community.” – Perhatian khusus saya pada ibadah gereja karena ibadah memiliki potensi untuk membentuk karakter secara tanpa disadari dan ibadah sangat dapat mempengaruhi hati, pikiran dan kehidupan umat Kristen. Bagaimana kita beribadah menyatakan dan membentuk identitas kekristenan kita secara pribadi dan bersama (Marva J. Dawn. Reaching Out without Dumbing Down : A Theology of Worship for This Urgent Time, Grand Rapids: Eerdmans, 1995, hal. 4). Ibadah sangat berperan dalam perubahan hati, pikiran dan sikap seseorang. Dengan kata lain dampak ibadah bagi diri kita secara pribadi sulit kita hindari dan masuk tanpa paksaan untuk merubah kita. Dari hal-hal yang sederhana sampai hal-hal besar dalam ibadah sangat mempengaruhi kita. Misalnya: durasi waktu beribadah, tempat atau setting ruangan ibadah, pilihan lagu dalam ibadah, susunan ibadah, siapa yang melayani dalam ibadah,  sikap hati dalam ibadah dan lain-lain. Ibadah yang memberi banyak waktu atau memiliki waktu lebih lama dalam menyampaikan firman Tuhan (kotbah) secara tidak langsung menekankan bahwa fokus ibadah tersebut adalah firman Tuhan. Sebaliknya, ibadah yang tidak mementingkan firman Tuhan dapat terlihat dari sedikitnya waktu yang dipakai untuk menyampaikan firman Tuhan.

Ibadah kita di dunia ini haruslah merupakan gambaran akan ibadah surgawi. Karena ibadah sangat besar pengaruhnya terhadap kita dalam menyikapi kehidupan yang akan datang. Hal ini dikatakan juga dalam Ibrani 8:5 mengenai ibadah di dunia sebagai gambaran dari ibadah surgawi, “Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, … .” Dalam Wahyu 4, Yohanes dinyatakan mengenai gambaran tentang ibadah surgawi. Beberapa hal diantaranya yaitu:

(1) Allah satu-satu yang bertahta (ayat 2-3)
Dalam ibadah yang bertahta adalah Tuhan Allah saja. Demikian yang digambarkan dalam Wahyu 4. Semua yang kita kerjakan dalam ibadah adalah untuk Tuhan. Dan merupakan respon kita di hadapan tahta Allah. Kita bisa dilayakkan berada di hadapan Allah karena Allah sudah lebih dahulu menebus kita di dalam Kristus. Ibrani 10:22, “Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.”

(2) Kehadiran Kesucian Allah (ayat 5)
Ada sebuah lagu sekolah minggu yang kalimatnya demikian: “Dosa tak boleh masuk, Dosa tak boleh masuk. Surga tempat yang tinggi. Ada Bapa yang Suci. Dosa tak boleh masuk.” Lagu yang sederhana sekali namun mempunyai pesan yang sangat sesuai dengan apa yang diajarkan firman Tuhan. Dalam ibadah surgawi, Yohanes menyatakan ada kehadiran kesucian Allah. Demikian juga ibadah kita di dunia ini. Karena Allah adalah Allah yang suci dan kesucianNya dinyatakan dalam ibadah.

(3) Pujian pada Allah (ayat 8-11)
Nyanyian menjadi bagian ibadah yang memang sudah diajarkan oleh Alkitab. Nyanyian ada berbagai macam. Yang dimaksud di sini tentu adalah nyanyian pujian kepada Allah bukan pada manusia. Bayangkan suatu ibadah dimana terdapat banyak bangsa dan bahasa menyanyi bersama memuji Tuhan Allah. Karena "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!" (Wahyu 5:12).

Pasti setiap orang Kristen sudah tidak sabar lagi menantikan hari dimana kita menikmati bersama ibadah sorgawi. Dimana kita akan berada di hadapan Tuhan Allah Pencipta dan Penebus kita. Memang sekarang waktu itu belum tiba, namun kita bisa sedikit mencicipi ibadah sorgawi tersebut dalam ibadah yang kita kerjakan di dunia sekarang ini.