Yudas 1:24-25
Bagi Dia, yang berkuasa
menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda
dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya, Allah yang esa, Juruselamat
kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran,
kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya.
Amin.
Surat Yudas merupakan surat yang cukup unik dalam
Perjanjian Baru. Surat ini begitu tipis dengan isi ajaran begitu praktis, jelas
dan padat. Kita bisa menyelesaikan surat Yudas dalam waktu kira-kira 5-10
menit. Bayangkan bagaimana surat yang oleh Guthrie ditulis antara tahun 65 dan
80 ini dibacakan kepada jemaat mula-mula dalam 5-10 menit, kemudian dijelaskan.
Kotbahnya begitu singkat. Namun yang singkat tersebut begitu praktis, jelas dan
padat. Sehingga dalam surat yang pendek kita dijelaskan dengan gamblang
bagaimana seharusnya menjadi seorang Kristen itu.
Dalam peng-kanonisasi-an alkitab paling tidak ada 3
hal yang diperhatikan: (1) kitab atau surat tersebut diterima gereja mula-mula,
(2) kitab atau surat tersebut memiliki otoritas dari nabi atau rasul (termasuk
orang dekat dengan rasul), (3) kitab atau surat tersebut memiliki ajaran yang
sejalan dengan kitab atau surat lainnya misalnya mengenai Allah, Kristus dan
lain-lain. So, who is Jude? Penulis
memperkenalkan dirinya sebagai Yudas, hamba Yesus Kristus dan saudara Yakobus
(Yudas 1:1).
Pada umumnya dimengerti bahwa Yakobus yang dimaksudkan yaitu saudara dari Tuhan
Yesus. Mereka menggunakan istilah yang sama “hamba Yesus Kristus” (Yakobus 1:1) menjadi identifikasi bahwa
mereka mempunyai flesh-relationship dengan Tuhan Yesus (bdk. 1 Kor. 9:5).
Kelihatannya memang tidak ada kemungkinan lain selain bahwa Yudas merupakan
saudara dari Tuhan Yesus. Pastilah, kekristenan mula-mula menghormati saudara
Tuhan Yesus Kristus sehingga mereka memandang Yudas memiliki otoritas
menuliskan surat kepada mereka. Selain itu, pelayanan yang dilakukannya dalam
kekristenan mula-mula. Di atas semua itu, otoritas tertinggi yaitu dari Tuhan
sendiri yang berfirman melalui Yudas sehingga ajaranNya sangat dapat membangun
dan menguatkan iman umatNya.
Awalnya
Yudas menuliskan surat ini untuk memperjelas lagi mengenai “doktrin
keselamatan”. Namun ternyata Tuhan menggerakkannya untuk menuliskan perihal
kesesatan yang menyusup dalam gereja. Maka melalui surat ini, Tuhan
memperingatkan umatNya agar waspada terhadap pengajar sesat/palsu. Mereka
dibandingkan dengan umat Israel yang
dihukum Tuhan karena dosa sesudah keluar dari Mesir, Bileam, Kain, Korah,
malaikat jatuh dan penduduk Sodom dan Gomora. Mereka ini mengerti anugerah
secara salah (ayat 4), mengutamakan
mimpi-mimpi daripada wahyu Allah (ayat
8) atau mungkin menganggap bahwa mimpi itu adalah wahyu Tuhan, kesalahan dalam
doktrin Roh Kudus (ayat 19), salah
dalam Doktrin malaikat (ayat 8),
yang mana menghasilkan sikap hidup yang salah dan berdosa (ayat 10). Dari semuanya itu yang paling puncaknya, mereka tidak
mengenal Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus (ayat 4).
Guru-guru
palsu ini sudah masuk ke dalam gereja. Mereka mempengaruhi dari dalam umat
Tuhan untuk melawan ajaran firman Tuhan sejati. Gereja bisa rusak melalui
hal-hal eksternal dan internal. Paling halus (subtle) rusaknya melalui hal-hal
internal yang menyusup masuk ke dalam gereja. Sama juga dengan sakit, sakit di
luar yang lukanya langsung kelihatan mudah dan cepat ditanggulangi. Tapi sakit
di dalam yang luka tidak kelihatan itu sulit dan lama untuk diketahui. Ini
merupakan seruan “siaga satu” untuk gereja menghadapi kesesaatan yang menyusup
di dalam gereja. Tentu saat itu masih “embrio” dari kesesatan. Namun sudah
menyatakan dasar-dasar penting yang diselewengkan oleh guru-guru sesat/palsu
harus diperhatikan gereja di sepanjang zaman (sampai sekarang bahkan sampai ke
depan).
Namun
menarik, bagian doksologi:
“Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung
dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya, Allah yang esa, Juruselamat
kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran,
kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya.
Amin.” (Yudas 1:24-25)
Doksologi
seperti ini hanya ada 2 dalam Perjanjian Baru. Selain di surat Yudas, ada di
surat Roma:
“Bagi Dia, yang berkuasa menguatkan kamu,
menurut Injil yang kumasyhurkan dan pemberitaan tentang Yesus Kristus, sesuai
dengan pernyataan rahasia, yang didiamkan berabad-abad lamanya, tetapi yang
sekarang telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah yang abadi, telah
diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa untuk membimbing
mereka kepada ketaatan iman bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat,
oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.” (Roma
16:25-27)
Surat
Roma ditujukan pada jemaat di Roma yang waktu itu mendapat penganiayaan begitu
besar dari pemerintahan. Dengan doksologi seperti ini menjadi pesan bagi umat
Tuhan agar tidak hidup dalam ketakutan dan kekuatiran. Demikian juga dalam
surat Yudas. Ada banyak hal yang mengancam orang Kristen baik secara internal
(bidat) maupun eksternal (penganiayaan). Kita harus berhati-hati dan
berjaga-jaga namun tidak dalam ketakutan dan kekuatiran. Mungkin saat itu
jemaat Tuhan jadi bertanya-tanya bagaimana kekristenan di depan. Di awal saja
sudah banyak tantangan, padahal masih ada para rasul dengan ajaran yang murni. Keraguan,
ketakutan dan kekuatiran akan kekristenan ke depannya pun mulai “menghantui”.
Namun umat Tuhan kembali diingatkan bahwa Dia sanggup menjaga umatNya.
Demikian
juga sampai saat ini, ada beberapa orang yang pernah cerita ke saya bahwa
mereka takut membaca alkitab dengan mengandalkan pikiran mereka sendiri. Mereka
takut akan memahami alkitab dengan salah sehingga menjadi sesat. Tapi
seharusnya ini tidak menjadi alasan kita tidak membaca alkitab. Gereja dan
lembaga-lembaga Kristen sudah menerbitkan tulisan-tulisan atau buku-buku
pembimbing dalam memahami alkitab. Namun di atas itu semua kita mesti ingat
bahwa Dia sanggup menjaga umatNya.
Ketika
kita mulai merasa bahwa perintah-perintah Tuhan itu sulit atau betapa sulit
hidup sebagai seorang Kristen seharusnya. Ketika kita terus saja (walaupun
tidak sering) jatuh dalam dosa (yang sama atau pun yang berbeda). Ketika
kelelahan kita menjadi seorang Kristen mulai menggerogoti kita. Dan kita mulai
patah semangat menjaga kekudusan kita di hadapan Tuhan. Ingatlah bahwa Dia
sanggup menjaga umatNya.
Bersandarlah
padaNya, bukan pada kekuatan diri. Kita yang berdosa begitu lemah dan terbatas.
Orang Kristen bukanlah orang yang tidak pernah jatuh dalam dosa, tapi orang
yang ketika jatuh bisa bangkit lagi dan berpegang pada lenganNya. Pada akhir
nanti, kita akan dengan penuh kegembiraan dan syukur di hadapanNya karena nyata
bahwa Dia sanggup menjaga umatNya.