Sabtu, 04 Desember 2010

Confession of Faith: Athanasian Creed (2)

29. Furthermore it is necessary to everlasting salvation that he also believe rightly the incarnation of our Lord Jesus Christ.

30. For the right faith is that we believe and confess that our Lord Jesus Christ, the Son of God, is God and man.

31. God of the substance of the Father, begotten before the worlds; and man of substance of His mother, born in the world.

32. Perfect God and perfect man, of a reasonable soul and human flesh subsisting.

33. Equal to the Father as touching His Godhead, and inferior to the Father as touching His manhood.

34. Who, although He is God and man, yet He is not two, but one Christ.

35. One, not by conversion of the Godhead into flesh, but by taking of that manhood into God.

36. One altogether, not by confusion of substance, but by unity of person.

37. For as the reasonable soul and flesh is one man, so God and man is one Christ;

38. Who suffered for our salvation, descended into hell, rose again the third day from the dead;

39. He ascended into heaven, He sits on the right hand of the Father, God, Almighty;

40. From thence He shall come to judge the quick and the dead.

41. At whose coming all men shall rise again with their bodies;

42. and shall give account of their own works.

43. And they that have done good shall go into life everlasting and they that have done evil into everlasting fire.

44. This is the catholic faith, which except a man believe faithfully he cannot be saved.

Amen

Sumber:
http://www.ccel.org/creeds/athanasian.creed.html

Confession of Faith: Athanasian Creed (1)

(Since the sixth century AD)

1. Whosoever will be saved, before all things it is necessary that he hold the catholic faith;

2. Which faith except every one do keep whole and undefiled, without doubt he shall perish everlastingly.

3. And the catholic faith is this: That we worship one God in Trinity, and Trinity in Unity;

4. Neither confounding the persons nor dividing the substance.

5. For there is one person of the Father, another of the Son, and another of the Holy Spirit.

6. But the Godhead of the Father, of the Son, and of the Holy Spirit is all one, the glory equal, the majesty coeternal.

7. Such as the Father is, such is the Son, and such is the Holy Spirit.

8. The Father uncreated, the Son uncreated, and the Holy Spirit uncreated.

9. The Father incomprehensible, the Son incomprehensible, and the Holy Spirit incomprehensible.

10. The Father eternal, the Son eternal, and the Holy Spirit eternal.

11. And yet they are not three eternals but one eternal.

12. As also there are not three uncreated nor three incomprehensible, but one uncreated and one incomprehensible.

13. So likewise the Father is almighty, the Son almighty, and the Holy Spirit almighty.

14. And yet they are not three almighties, but one almighty.

15. So the Father is God, the Son is God, and the Holy Spirit is God;

16. And yet they are not three Gods, but one God.

17. So likewise the Father is Lord, the Son Lord, and the Holy Spirit Lord;

18. And yet they are not three Lords but one Lord.

19. For like as we are compelled by the Christian verity to acknowledge every Person by himself to be God and Lord;

20. So are we forbidden by the catholic religion to say; There are three Gods or three Lords.

21. The Father is made of none, neither created nor begotten.

22. The Son is of the Father alone; not made nor created, but begotten.

23. The Holy Spirit is of the Father and of the Son; neither made, nor created, nor begotten, but proceeding.

24. So there is one Father, not three Fathers; one Son, not three Sons; one Holy Spirit, not three Holy Spirits.

25. And in this Trinity none is afore or after another; none is greater or less than another.

26. But the whole three persons are coeternal, and coequal.

27. So that in all things, as aforesaid, the Unity in Trinity and the Trinity in Unity is to be worshipped.

28. He therefore that will be saved must thus think of the Trinity.

Confession of Faith: The Nicene Creed

( first adopted in 325)

I believe in one God, the Father Almighty, Maker of heaven and earth, and of all things visible and invisible.

And in one Lord Jesus Christ, the only-begotten Son of God, begotten of the Father before all worlds; God of God, Light of Light, very God of very God; begotten, not made, being of one substance with the Father, by whom all things were made.

Who, for us men and for our salvation, came down from heaven, and was incarnate by the Holy Spirit of the virgin Mary, and was made man; and was crucified also for us under Pontius Pilate; He suffered and was buried; and the third day He rose again, according to the Scriptures; and ascended into heaven, and sits on the right hand of the Father; and He shall come again, with glory, to judge the quick and the dead; whose kingdom shall have no end.

And I believe in the Holy Ghost, the Lord and Giver of Life; who proceeds from the Father and the Son; who with the Father and the Son together is worshipped and glorified; who spoke by the prophets.

And I believe in one holy catholic and apostolic Church. I acknowledge one baptism for the remission of sins; and I look for the resurrection of the dead, and the life of the world to come. Amen.

Amen.

Sumber:
http://www.reformed.org/documents/nicene.html

Confession of Faith: Apostles' creed

(developed between the second and ninth centuries)

I believe in God, the Father Almighty,
the Maker of heaven and earth,
and in Jesus Christ, His only Son, our Lord:

Who was conceived by the Holy Ghost,
born of the virgin Mary,
suffered under Pontius Pilate,
was crucified, dead, and buried;

He descended into hell.

The third day He arose again from the dead;

He ascended into heaven,
and sitteth on the right hand of God the Father Almighty;
from thence he shall come to judge the quick and the dead.

I believe in the Holy Ghost;
the holy catholic church;
the communion of saints;
the forgiveness of sins;
the resurrection of the body;
and the life everlasting.

Amen

Sumber:
www.reformed.org/documents/apostles_creed.html

Kamis, 02 Desember 2010

Reflection on Acts (2)

2. Gereja: Christ-centered

Gereja mula-mula menekankan bahwa Kristus yang menjadi pusat segala misi dan ajaran mereka. Gereja dibangun di atas dasar Kristus. Hal inilah yang membedakan gereja dengan yang lainnya. Gereja ada untuk, oleh dan karena Kristus. Tanpa Kristus, gereja bukanlah gereja. Dalam Kisah Para Rasul dicatat bahwa Petrus, Stefanus, Filipus, Paulus, Apolos dan rasul-rasul lainnya mengkotbahkan mengenai Yesus. Ajaran mengenai Yesus Kristus (Kristologi) menjadi keunikan kekristenan yang membedakannya dengan ajaran yang lain. Ada kepercayaan lain yang percaya adanya manusia menjadi allah (dewa), allah (dewa) menjadi manusia, dan setengah dewa setengah manusia. Tapi cuma alkitab yang mengajarkan sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Dan hanya alkitab yang mengajarkan anugerah keselamatan hanya di dalam Yesus. Ajaran mengenai Kristus menjadi keunikan kekristenan dari perkembangan gereja mula-mula sampai dengan sekarang.

Para Rasul bukan hanya mengenal Kristus dalam ajaran dan menjadikan Kristus utama dalam ajaran mereka tapi juga meneladani Kristus. Seperti ketaatan Kristus sepenuhnya kepada Bapa sampai mati disalib (Philippians 2:8 "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib"). Demikian juga mereka, taat dan setia dalam menyatakan kebenaran dari Tuhan sampai kematian mereka. Petrus dan Paulus, saya percaya mewakili suara para rasul, menegaskan hal ini dalam suratnya:

(1 Peter 2:19-21) "Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya."

(Philippians 3:10-11) Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.

Sedikit pun tidak ada penyesalan akan penderitaan yang harus diterima karena Kristus itu. Petrus dan Paulus juga menyatakan ini dalam surat-suratnya:

(1 Peter 4:13) Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.

(Romans 5:3-4) Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.

Dari sejarah kita belajar untuk menapaki hari ini (sekarang) dan di depan kita (akan datang) dengan langkah meyakinkan dan bertanggungjawab akan kesatuan dan keutuhan visi dan misi yang dinyatakan di sejak awalnya. Kisah Para Rasul mengajak kita untuk merenungkan kembali mengenai Gereja sebagai wakil Kristus yang bertugas menjadi saksi Kristus di dunia yang, pasti, hanya meninggikan Kristus. Dan ada banyak tantangan yang akan terus di hadapi oleh gereja di sepanjang zaman baik dari dalam (internal) atau pun dari luar (eksternal). Semua itu bisa dipakai oleh iblis dan dunia yang berdosa dalam usaha mereka untuk menghentikan pergerakan gereja Tuhan.

Bagaimanakah dengan kita sekarang di sini? Apakah kita sudah dengan tanggung jawab penuh melaksanakan mandat Kristus atas gereja? Sangat sayang, jika karena kita yang tidak bertanggung jawab ini menyebabkan perjuangan para rasul menjadi seolah tidak bernilai. Sangat sayang, jika karena kita yang tidak bertanggung jawab ini menyebabkan pengorbanan Kristus di atas salib menjadi seolah tidak ada artinya. Secara tidak langsung kita membenarkan perkataan Friedrich Nietzsche (The Antichrist, 39) bahwa "In truth, there was only one Christian, and he died on the cross."

Sembari merenungkan, ingatlah darah yang tercurah demi Kristus dan gerejaNya! Ingatlah darah yang sudah tercurah di salib! Ingatlah perjuangan ini!

Sehingga, biarlah nampak bahwa “karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku (kita) tidak sia-sia” (1 Korintus 15:10).

Reflection on Acts (1)

Acts 1:1-3 -- Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya. Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.

Kisah Para Rasul adalah buku kedua yang ditulis oleh Lukas, yang pertama adalah injil Lukas. Mengapakah buku ke-2 ini perlu dituliskan? Ada beberapa alasan diantaranya: (1) Ada banyak buku sejarah beredar tapi tidak mempunyai pesan yang tepat. Beberapa diantaranya, yang terkenal, seperti yang ditulis oleh Josephus dan Tacitus. Mereka memberikan informasi dan data-data yang diakui oleh banyak sejarahwan keakuratannya. Tapi mereka tidak memiliki pesan yang tepat dalam sejarah. Mereka berfokus pada sejarah romawi (kebangkitan atau pun keruntuhannya), sedangkan mengenai Yesus dan pengikutNya hanya muncul sebagai satu fenomena kecil dalam catatan sejarah mereka. (2) Menyampaikan dampak dari Yesus dan ajaranNya yang kemudian diteruskan oleh para pengikutNya. Yesus Kristus sebagai fenomena yang muncul dalam sejarah bukanlah suatu omong kosong. Dan apa yang dia mulai bukanlah hal yang cuma meledak atau heboh sebentar lalu hilang. Ternyata, dalam sejarah, terbukti bahwa fenomena itu (Yesus Kristus dan ajaranNya) sangat mempengaruhi jalannya sejarah manusia. Ketika membaca seluruh Kisah Para Rasul, setidaknya ada beberapa hal berikut yang dapat kita renungkan:

1. Gereja dibangun di atas perjuangan yang tiada henti-hentinya

Kisah Para Rasul menceritakan mengenai awal terbangunnya gereja Tuhan. Gereja adalah wakil Kristus untuk menjadi saksi Kristus di dunia. Maka ada keterkaitan yang erat antara Yesus dan gerejaNya. Apa yang sudah dikerjakan oleh Yesus Kristus diteruskan "hanya" oleh gereja. Saya berani katakan "hanya oleh gereja" karena gereja adalah sarana satu-satunya yang dipercayakan secara langsung dimana kebenaran Kristus itu ditegakkan di dunia ini. Buktinya adalah Roh Kudus. Roh Kudus sudah dijanjikan oleh Yesus Kristus sebagai utusan yang akan memimpin orang percaya (Lukas 12:11-12; Yoh. 14:26). Hal ini ditegaskan/digenapi dalam peristiwa turunnya Roh Kudus (Kis. 2:2-4). Peristiwa ini paralel dengan peristiwa yang dicatat dalam Lukas 3:22. Roh Kudus turun ke atas Yesus sebagai konfirmasi bahwa Dia adalah anak Allah yang dinantikan Yohanes pembaptis. Demikian juga, Roh Kudus turun di atas orang percaya (gereja) sebagai konfirmasi bahwa orang percaya (gereja) adalah wakil Kristus.

Dimana kebenaran Tuhan yang sejati ditegakkan maka pasti selalu muncul tantangan atau perlawanan dari dunia berdosa. Gereja sudah dipercayakan ajaran yang sejati dari Tuhan. Semakin gencar gereja dalam menegakkan kebenaran Tuhan maka semakin gencar juga serangan iblis untuk menggagalkan itu semua. Iblis bisa "memakai" hal eksternal (mis. Pemerintah dan ajaran sesat dari luar - lihat Kis. 5:17-18, 12:1, 13:6) atau pun internal (mis. Perpecahan dan ajaran sesat dari dalam - lihat Kis. 15:35-41) gereja untuk menggagalkan tugas gereja. Inilah yang dialami oleh kekristenan mula-mula. Kekristenan dari sejak awal berkembangnya sudah mendapat tantangan dari dunia berdosa agar tidak berkembang dan gagal dalam menjalankan tugasnya. Tapi semakin dihambat, semakin merambat. Hal ini sudah dianalogikan dalam Perjanjian Lama yaitu ketika bangsa israel dalam perbudakan di Mesir, dimana firaun mencoba menghentikan pertumbuhan bangsa Israel tapi ternyata yang terjadi sebalilknya (Keluaran 1:12). Semakin kuat dan dahsyat tantangan atau perlawanan dari iblis dan dunia berdosa, semakin bertumbuh dan berkembang kekristenan.

Karena tugas penting dan berat yang ditanggung gereja sebagai wakil Kristus, tidak heran gereja dibangun di atas perjuangan yang tidak henti-hentinya. Bukan hanya mencucurkan air mata, menguras tenaga dan waktu tapi sampai pada mencurahkan darah demi Kristus. Martir sebagai bibit dari gereja. Gereja, pertama, dibangun di atas darah yang sudah dicurahkan oleh Yesus Kristus yang kemudian diteladani oleh para pengikutNya dengan menjadi martir. Mempertahankan kebenaran sampai kehilangan nyawa adalah karena kebenaran itu memang layak untuk diperjuangkan. Ini menjadi suatu bukti nyata bahwa Kristus dan ajaranNya itu bukanlah omong kosong. Kalau omong kosong mana mungkin ada orang yang mau berjuang sampai mati. Dan kalau omong kosong maka kematian mereka itu pasti sia-sia jadi buat apa ada yang melawan mereka dengan keras (I Korintus 15:14). Tapi heran, yang terjadi dalam sejarah justru ada banyak orang berusaha menghentikan pengikut Kristus dalam menjalankan misinya. Ini artinya mereka sendiri memandang bahwa kekristenan adalah hal serius, bukan omong kosong. Kekristenan menjadi ancaman bagi Iblis dan dunia berdosa.

Alkitab mencatat Stefanus sebagai martir pertama dalam sejarah gereja. Ia, Yakobus saudara Yesus dan Matias mati dirajam dengan batu. Yakobus dibunuh dengan pedang. Matius dibunuh dengan tombak. Tomas ditusuk dengan senjata tajam. Lukas digantung. Paulus dipenggal kepalanya. Filipus, Yudas saudara Yakobus, Andreas, Simon orang zelot dan Bartolomeus disalibkan. Petrus disalibkan terbalik. Dan masih banyak lagi nama-nama yang tidak disebutkan di sini. Mereka semua menumpahkan darah mereka demi Kristus. Martir menjadi bibit berdirinya gereja.

Gereja dibangun di atas perjuangan yang tiada henti-hentinya bahkan sampai tercurahnya darah para martir.