Lukas 19:1-10
Setiap kita pasti ingin mengalami sukacita.
Mengapa? Pada umumnya karena sukacita menandakan bahwa kita Bahagia. Sukacita
merupakan ekspresi dari kebahagiaan. Saya pernah membaca sekilas info berdasarkan
pengamatan sosial bahwa “tertawa, makan enak, dan tidur nyenyak”
merupakan kunci bahagia. Selain itu,
Meik Wiking dalam “Kunci Kebahagiaan” menyatakan enam hal pembangun
kebahagiaan: kebersamaan, uang, kesehatan, kebaikan, saling percaya, dan
kebebasan. Apa yang diajarkan alkitab tentang sukacita kristiani yang sejati?
1.
Dikenal oleh Kristus
Sukacita kristiani
adalah dikenal oleh Kristus. Dalam kisah Zakheus tidak terdapat latar di mana
Tuhan Yesus bertemu Zakheus. Tokoh ini “tiba-tiba” muncul. Mengapa?
Alasan injil Lukas memunculkan Zakheus bukan hanya sekadar ia adalah salah satu
saksi mata yang mungkin sekali diwawancarai oleh Lukas namun juga hal ini
terkait dengan konteks sosial budaya saat itu. Dalam konteks sosial budaya saat itu, pemungut cukai adalah pekerjaan
yang sangat rendah. Pemungut cukai adalah seorang bangsa A yang diangkat oleh
kekaisaran Romawi untuk memungut cukai (pajak) kepada masyarakat bangsa A. Demikian
Zakheus adalah seorang Israel yang seharusnya mencintai dan membela negaranya.
Malahan ia bekerja untuk Romawi yang menjajah Israel. Sebagai warga Israel
pasif saja sudah dipandang rendah apalagi menjadi warga Israel yang memungut
cukai dari sesama Israel. Zakheus masuk dalam kelompok yang sangat dipandang
rendah oleh orang Israel. Tidak ada orang yang peduli dengan seorang seperti
Zakheus. Walaupun ia adalah seorang yang kaya dan mempunyai pasukan yang dapat
membela dan melakukan apa pun yang dia kehendaki. Di Israel, ia adalah orang
yang rendah, hina, dan tidak dipedulikan. Tetapi Yesus mengenal Zakheus.
Saya membayangkan adegan saat Tuhan Yesus
memasuki Yerikho. Berita itu sudah tersebar sebelumnya. Banyak orang menanti
saat itu: perempuan-laki-laki, muda-tua, miskin-kaya, buda-tuan,
penjahat-pekerja, dll. Semua kalangan
menanti kedatangan Tuhan Yesus Kristus di Yerikho. Tentu saja para ahli Taurat
dan orang Farisi tidak ketinggalan kesempatan ini. Tibalah Ia memasuki Yerikho,
di depan gerbang kota sudah banyak yang menanti dari berbagai kalangan dan
dengan beragam kepentingan. Semua berlomba untuk menyapa duluan dan berada di
barisan paling depan. Tidak heran karena Kristus adalah salah satu publik figur
yang sangat terkenal saat itu. Kemudian narasi alkitab memberikan penyorotan
khusus mengarahkan perhatian kita dengan menggunakan istilah “Di situ ada” (There – ESV & NIV, Behold – KJV). Siapa? Zakheus = Israel, kepala pemungut cukai = pekerjaan yang “haram”, kaya
= rakus. (Lukas 19:2). Ia adalah
Zakheus, seorang “bos” yang mempunyai banyak ajudan dan budak. Ia bisa meminta
para ajudannya untuk menarik paksa Tuhan Yesus datang ke rumahnya. Namun tidak
ia lakukan. Mengapa? Inilah bukti bahwa Zakheus adalah orang berdosa yang
sangat menghormati Tuhan Yesus. Ia adalah seorang yang direndahkan dan pasti
orang berdosa namun ia tidak menggunakan kuasanya untuk memaksa Tuhan Yesus
bertemu dengannya. Apa yang ia lakukan? Dengan tubuhnya yang pendek ia berusaha
menerobos orang-orang banyak namun tidak berhasil sehingga ia tidak berada di
barisan paling depan. Akhirnya ia memakai cara yang paling konyol yang dapat
dilakukan seorang “bos”, ia naik pohon. Orang-orang tidak peduli dengan tingkah
konyolnya. Dia pun tidak peduli karena yang penting baginya melihat Tuhan
Yesus. Di tengah kerumunan itu tiba-tiba Sang Guru melihat ke atas pohon dan
berkata: "Zakheus, segeralah
turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu" (ayat 5). Semua orang ikut menatap ke atas dan pasti
disertai banyak pertanyaan bahkan keluhan: Kenapa Tuhan Yesus yang agung dan
sangat dihormati memanggil dia, bukan saya atau orang lain karena masih banyak
orang yang lebih baik dalam kerumunan ini? Kenapa Tuhan Yesus memperhatikan
pemungut cukai dan mau makan bersama orang berdosa itu?
Apa yang dilakukan
Zakheus ketika Tuhan Yesus memanggilnya? Ia segera turun dengan sukacita. Ini
suatu hal yang sangat mengejutkan. Siapa Zakheus? Pemungut cukai yang dihina,
direndahkan, dan tidak dipedulikan secara sosial tapi diantara orang banyak
Tuhan Yesus “hanya” memanggil namanya. Dia bersukacita. Mengapa? Karena Kristus
mengenal dia. Bayangkan suatu kali pemimpin negara mampir ke daerah
kita, lalu di tengah keramaian itu tiba-tiba ia memanggil nama kita. Padahal
kita tidak kenal dia dan kita bukan pejabat atau orang yang dihormati, bagaiman
respon kita? Kita pasti terkejut dan penuh sukacita. Demikian pula Zakheus, ia
bersukacita karena Kristus mengenal dia dan itu cukup.
Mengapa Kristus mengenal
Zakheus? Karena Tuhan Yesus mengenal milik kepunyaan-Nya. Akulah gembala yang
baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku (Yoh.
10:14). “Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah:
"Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya" (2 Timotius 2:19). Dengan
memanggil nama Zakheus menyatakan Kristus mengenal Zakheus. Karena dalam
alkitab, nama bukan sekadar tempelan saja dan dapat diganti sembarangan. Dalam
istilah Yunani “onoma” berarti nama
yang dapat dipahami sebagai “setiap hal yang digambarkan dengan nama itu,
setiap pikiran atau perasaan yang muncul ketika menyebut nama itu entah itu
posisi seseorang, otoritasnya, kesukaannya, kesenangannya, karakternya, perbuatannya,
dll”. Nama berarti deskripsi seorang pribadi entah karakternya,
jabatannya, identitasnya, bahkan keunikannya. Nama berarti deskripsi
eksistensial seseorang. Tentu Tuhan Yesus mengenal bahwa Zakheus adalah orang
berdosa. Namun ia juga mengenal Zakheus berarti seorang yang murni (pure).
Ia adalah orang berdosa yang mempunyai motivasi murni untuk bertemu Kristus. Ia
tidak menggunakan kuasanya untuk memaksa Kristus bertemu dengannya. Ia juga
melepaskan gengsinya dengan naik pohon hanya untuk melihat Kristus. Perhatian
Kristus melampaui hal-hal yang kasat mata. Ia melihat the searching heart and the
dignity dari Zakheus (bdk. 1
Samuel 16:7). Ia melihat Zakheus sebagai gambar Allah yang unik dan
bernilai. Ia melihat Zakheus yang berhasrat untuk mengenal Kristus. Ia pun
memanggil Zakheus. (Yesaya 43:1 –
mengenal nama Umat-Nya). Kristus mengenal
hati Zakheus. Itulah sukacita sejati Zakheus. Itulah sukacita kristiani yang
sejati.
2.
Dikasihi oleh Kristus
Pada umumnya, kita datang ke rumah seseorang
karena diundang oleh orang yang bersangkutan. Kita tidak pernah mengundang diri
sendiri ke rumah orang lain karena hal itu tidak sopan. Namun Tuhan
Yesus mengundang diri-Nya sendiri untuk makan di rumah Zakheus. Mengapa
Tuhan Yesus harus melakukan ini? (1) Karena Ia ingin bertemu Zakheus, (2)
Zakheus tidak dihormati (no
self-respecting) di kalangan Yahudi karena itu tidak mungkin mengundang
orang Yahudi apalagi pemimpin agama Yahudi ke rumahnya. Zakheus bahkan
dipandang lebih rendah daripada orang Yunani (misalnya perempuan siro-fenisia).
Hal ini semakin jelas ketika dinyatakan reaksi orang banyak tentang Tuhan Yesus
yang mau makan di rumah Zakheus: Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut (Lukas 19:7). Orang-orang membenci Zakheus karena ia
seorang kepala pemungut cukai.
Ia bekerja untuk Romawi, musuh Israel. Pemungut cukai tidak digaji oleh Romawi
karena itu mereka harus mengumpul uang mereka sendiri. Dengan demikian pemungut
cukai merupakan pekerjaan yang mudah sekali mengambil untung yang sangat besar.
Kepala pemungut cukai adalah seorang yang sangat kaya dan berkuasa besar. Dalam
Kapitalisme dikenal dengan sebutan “orang
makan orang” (man eat man). Dalam zaman sekarang, posisi Zakheus dapat
disejajarkan dengan seorang teroris, pasti kita pun membenci dia bukan?
Namun
Tuhan Yesus menyatakan kasih-Nya kepada Zakheus melalui perjamuan makan bersama
di rumah Zakheus. Menerima
seorang seperti Zakheus merupakan penghormatan yang tidak dapat dibandingkan
dengan apa pun. Perjamuan (feast) dalam tradisi Israel
dan dalam konteks alkitab secara luas bukan hanya tentang pesta pora atau
hal-hal lahiriah melainkan yang terpenting tentang celebrations of God’s goodness
toward his people. Perjamuan bermakna sebagai persekutuan untuk
mengingat dan merayakan kebaikan Allah. Bahkan lebih jauh, Leland Ryken
menyatakan perjamuan merupakan lambang ikatan perjanjian. Inilah
sukacita Zakheus bahwa Ia dikasihi oleh Kristus. Ia mengalami penerimaan dirinya
ke dalam ikatan perjanjian ilahi.
3.
Diselamatkan oleh Kristus
Puncak wujud kasih Kristus
kepada Zakheus dan setiap orang yang percaya kepada-Nya adalah diselamatkan
oleh-Nya. Inilah tujuan kedatangan-Nya: Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang
(Lukas 19:10). Batasan sosial tidak berarti apa-apa bagi
Kristus demi menyelamatkan yang hilang. Dia datang bukan untuk menjauh dari
kumpulan orang berdosa atau mendemonstrasikan hidup yang socially acceptable. Ia datang untuk menggenapi janji Allah dalam Yehezkiel 34:11-16.
Ketika Zakheus mengalami kasih penerimaan
Kristus akan dirinya, ia berespon untuk memberikan kasih itu juga ke orang lain.
Ia digerakkan oleh kasih karunia Yesus sehingga ia memandang apa yang sudah dia
kerjakan setara dengan seorang pencuri. Ia semakin menyadari keberdosaannya dan
semakin bersukacita atas kasih (penerimaan dan pengampunan) Kristus kepadanya. Rumah
yang sebelumnya adalah tempat korupsi dan kerakusan diubah menjadi Rumah yang
menyatakan anugerah dan kebaikan ilahi. Inilah bukti bahwa ia telah menerima
keselamatan dari Kristus.
Ada banyak hal yang membuat kita bersukacita. Mulai
dari hal-hal lahiriah sampai dengan hal-hal batiniah. Dalam sukacita kristiani
sejati yang utuh hendaknya tidak dipahami secara dualisme. Sukacita yang
dialami oleh Zakheus tidak dapat disempitkan kepada salah satu jasmani atau
rohani. Sukacita sejati yang dialami Zakheus bersifat menyeluruh dalam hidupnya
yang sekarang bahkan yang akan datang. Dia mengalami sukacita yang konkret dan
eksistensial dalam hidupnya. Sukacita itu dia terima dari Tuhan Yesus Kristus
yang mengenal-Nya, mengasihi-Nya, dan menyelamatkan-Nya. Sebagaimana dinyatakan
dalam pertanyaan pertama Katekismus Heidelberg: “Apakah satu-satunya kenyamanan
(jaminan sukacita) anda dalam hidup dan mati?”
“Bahwa saya bukan milik saya, tetapi tubuh dan
jiwa, hidup dan mati adalah milik Sang Juruselamat saya yang setia, Yesus
Kristus. Dia telah membayar sepenuhnya semua dosa saya dengan darah-Nya yang
berharga, dan telah membebaskan saya dari tirani iblis. Dia juga memeliharakan
saya sedemikian rupa sehingga tidak ada rambut yang bisa jatuh dari kepala saya
tanpa kehendak Bapa saya di surga; faktanya, segala sesuatu turut bekerja
bersama untuk keselamatan saya. Karena saya milik-Nya, Kristus, melalui Roh
Kudus-Nya, meyakinkan saya tentang kehidupan kekal dan membuat saya dengan
sepenuh hati rela dan siap mulai sekarang untuk hidup untuk-Nya.”
(That I am not my own, but belong -
body and soul, in life and in death - to my faithful Savior, Jesus Christ. He
has fully paid for all my sins with his precious blood, and has set me free
from the tyranny of the devil. He also watches over me in such a way that not a
hair can fall from my head without the will of my Father in heaven; in fact,
all things must work together for my salvation. Because I belong to him,
Christ, by his Holy Spirit, assures me of eternal life and makes me
wholeheartedly willing and ready from now on to live for him.)