Senin, 27 Juli 2015

Tuhan adalah Naunganmu (Maz. 121:5)

Secara struktur mazmur ini bisa dibagi menjadi: 1-2, 3-5, 6-8. Bagian tengah (3-5) yang diapit oleh awal dan akhir bisa dimengerti sebagai bagian pokok pikiran (inti) dari pesan mazmur ini. Ini sebenarnya bukan pola mazmur 121 saja, kita bisa menemukan banyak pola yang serupa di mazmur yang lain. Pada bagian tengahnya seolah membunyikan kembali doa berkat Bil. 6:24-26,

TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau;
TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;
TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.

Tidak mengherankan karena memang mazmur ini disampaikan dalam konteks perjalanan ibadah (ziarah). Hal ini dikonfirmasikan lagi oleh bagian awal yaitu “gunung-gunung.” Tentu ini merupakan suatu ungkapan simbolis. Dimana gunung-gunung dimengerti sebagai tempat pewahyuan (revelation) dan penyembahan (worship). Ini konsep yang sangat common (umum dan universal) dalam kepercayaan atau agama dunia. Manusia cenderung hormat dan kagum bahkan menyembah hal-hal yang disebut oleh Rudolf Otto sebagai Mysterium Tremendum. Melihat gunung maka kita melihat kekuatan (aspek tremendum) dan kemisteriusan (aspek mysterium). Kekuatannya begitu nyata yang mampu memberi kehidupan juga kematian. Ketika lava keluar maka tanah-tanah yang terkena lava tersebut menjadi tanah yang subur walaupun memakan waktu yang cukup panjang. Namun dalam waktu itu terjadi maka lava itu menghancurkan apa yang ada di sekitarnya. Kita bisa melihat dari sejarah, gunung-gunung yang dipandang sakral karena kekuatannya memberi kehidupan dan kematian:

1. Gunung Toba
73.000 tahun silam menimbulkan dampak dahsyat luar biasa hingga memusnahkan keberadaan kawasan hutan di anak benua India yang letaknya terpisah sejauh 3.000 mil dari pusat letusan yang kini menjadi danau Toba.

2. Gunung Laki
Laki adalah sebuah gunung api di Islandia yang legendaris yang telah tertidur sejak letusan terakhirnya yang sangat dahsyat di tahun 1783 menyebabkan kerusakan di seluruh negara ketika secara spektakuler meletus, membunuh di atas 50% populasi makhluk hidup di Islandia dengan awan belerang dan fluorine beracunnya. Kelaparan menjadi penyebab matinya 25% populasi tersebut. Air mancur lahar memancar hingga 1.400 meter tingginya. Seluruh dunia merasakan akibat dari letusan tersebut. Awan beracun menyebar hingga ke Eropa, menutupi langit belahan bumi bagian utara yang menyebabkan musim dingin datang lebih awal di Inggris dan membunuh 8.000 orang. Di Amerika Utara, musim dingin 1784 menjadi musim dingin terpanjang dan paling dingin yang pernah tercatat. Ada catatan lebih banyak salju di New Jersey, sungai Mississippi membeku di New Orleans, dan di ditemukan es di Teluk Mexico!.

3. Gunung Vesuvius
Gunung api ini menyebabkan kematian hingga 25,000 nyawa. Ketika Vesuvius dengan letusan yang maha dahsyat di tahun 79 SM, sepenuhnya telah menguburkan kota Pompeii di bawahnya dengan memuntahkan ‘isi perutnya’ selama 20 jam nonstop. Sejak itu, gunung api ini meletus lusinan kali dan terakhir pada tahun 1944 beberapa desa didekatnya telah dibinasakan.

4. Gunung Tambora
Tambora adalah gunung api aktip dari 130-an gunung api yang yang ada di Indonesia. Gunung raksasa setinggi 4,300 meter telah ‘melakukan’ serangkaian ledakan dari April hingga Juni di tahun 1815 dan mengguncangkan dunia dengan after-effect-nya yang mengubah stratosfir dan menyebabkan kelaparan yang buruk hingga ke US dan Eropa pada abad ke 19. Secara keseluruhan, lebih 71,000 orang tewas karena terbakar, kelaparan ataupun keracunan.

5. Gunung Krakatau
Krakatau adalah pulau vulkanis yang still-dangerous, terletak di Selat Sunda, Indonesia. Agustus 1883, sebuah rangkaian ledakan dahsyat yang mengerikan dengan kekuatan 13,000 kali lebih besar dari bom Hiroshima. Ledakannya terdengar hingga ke Perth, Australia. Muntahan lebih dari 21 kilometer kubik batu dan debu membumbung hingga setinggi 70 mil. Secara resmi, lebih dari 37,000 orang tewas. Namun dengan tsunami yang ditimbulkannya, korban sepertinya bisa lebih besar lagi.

6. Gunung Pelee
Gunung api yang terletak di Martinique, kini menjadi tujuan wisatawa di Perancis yang populer untuk mengenang bahwa sesuatu yang sangat mematikan telah terjadi di sini. Pada tahun 1902, sebuah letusan yang terbesar di abad 20 terjadi di sini dan menewaskan lebih dari 30,000 orang.

7. Gunung Ruiz
Nevado Del Ruiz, Kolumbia, dikenal karena laharnya yaitu mudflow atau longsoran yang terdiri atas air dan material pyroclastic yang mengalir dan mematikan . Di tahun 1595, 635 orang terbunuh setelah lumpur yang yang mendidih seperti dituangkan ke dalam sungai Guali dan Lagunillas, dan di tahun 1845 lebih dari 1,000 orang tewas. Di tahun 1985, sebuah letusan telah mengalirkan lahar dengan kecepatan 40 mil per jam dan mengubur kota. Lebih dari 23,000 orang tewas.

8. Gunung Unzen
Unzen yang terdiri dari beberapa lapis stratovolcanoes terletak di daerah Kyushu, Jepang. Gunung api setinggi 1,500 meter ini masih aktip hingga kini. Pada tahun1792 beberapa kubah lahar roboh, menyebabkan tsunami yang membunuh lebih 15,000 orang. Sebuah letusan terbaru di tahun 1991 telam membunuh lebih dari 40 orang dan menyebabkan kerusakan luar biasa pada bangunan-bangunan disekitarnya.

9. Gunung Kelud
Sejak abad ke-15, Gunung Kelut telah memakan korban lebih dari 15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa. Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga kini setelah letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin menyapu pemukiman penduduk.

10. Gunung Papandayan
Papandayan adalah sebuah gunung api semi-aktif yang terletak di pulau Jawa, Indonesia. Pada 1772, gunung api ini meletus menghancurkan 40 desa di dekatnya. Lebih dari 3,000 orang terbunuh. Gunung api ini diperkirakan masih sangat berbahaya dan terus mengeluarkan asap dan letusan-letusan di tahun 1923, 1942, dan terus meningkatkan kekuatannya di tahun 2002.

11. Gunung Lamington
Lamington adalah gunung api dengan ketinggian 1,680 meter yang terletak di Papua New Guinea. Sialnya hingga tahun 1951, penduduk setempat di Provinsi Oro ini mengira gunung tersebut hanyalah gunung biasa yang ditumbuhi pepohonan. Hingga suatu malam pada 18 Januari, lahar dan asap mulai untuk keluar dari puncaknya, dan tiga hari kemudian, sebuah ledakan sangat besar dari sisi utara, menyebabkan langit ditutupi debu tebal dan gerimis magma bercampur uap sulfur. Dalam beberapa bulan kemudian getaran dan letusan terus berlanjut hingga radius 10 mil. Ledakannya menyebabkan total hampi 3,000 kematian.

Daftar di atas (terlepas dari perdebatan waktu kejadian) merupakan contoh-contoh gunung menyatakan kekuatan dan kemisteriusannya. Gunung seperti menjaga keseimbangan bumi. Kalau meletus maka dampaknya begitu luar biasa bahkan sampai ke tempat yang jauh dari gunung tersebut. Hal tersebutlah yang seringkali menjadikan gunung itu sakral. Seperti beberapa waktu lalu, seorang yang baru saja datang dari gunung Rinjani di Lombok bercerita bahwa ia melihat suatu ritual dijalankan oleh penduduk setempat. Mereka chanting dan bermusik sebagai wujud penyembahan. Selain itu juga melemparkan koin bahkan emas potongan kecil (mis. ikan kecil) ke danau yang ada di atas gunung Rinjani. Banyak lagi cerita seperti ini kita bisa dapatkan. Termasuk ketika seseorang ingin mencari ilham ilahi atau dari penguasa gaib. Dimana mereka bertapa dan berpuasa dalam waktu tertentu. Sampai seolah mendapat petunjuk ilahi.

Gunung menjadi tempat pewahyuan dan penyembahan. Sebenarnya juga dinyatakan dalam alkitab. Contohnya Tuhan berfirman kepada Musa di gunung Sinai. Tapi perlu diingat bahwa yang mysterium tremendum bukanlah gunungnya tapi ada Pribadi yang berfirman yaitu Tuhan. Karena itulah, pemazmur mengungkapkan bahwa pertolongannya datang bukan dari gunung-gunung yang dipandang sebagai mysterium tremendum. Tapi dari Tuhan yang mencipta segala yang ada termasuk gunung-gunung tersebut. Ini merupakan ungkapan iman yang luar biasa. Pemazmur bukan menyandarkan kekuatan pada apa yang kelihatan secara kasat mata, tapi apa yang kelihatan melalui mata iman.

Demikian juga, seringkali kita menyandarkan pada hal-hal yang kelihatan mempunyai kekuatan dan kemisteriusan. Mungkin masih ada orang Kristen yang percaya pada hal-hal sakral dari gunung-gunung. Pasti ini adalah suatu hal yang salah. Karena alkitab menyatakan bukan gunung yang penting tapi tempat itu sakral karena Tuhan hadir dan berfirman. Tuhan Allah sejati tidak terkunci atau terikat di satu gunung tertentu (mis. gunung Sinai). Tuhan Allah sejati mengatasi segala ciptaan. Dia Maha Hadir. Dia menyatakan diriNya kepada siapa Dia mau, dimana pun dan kapan pun.

Tapi bagi kita yang tidak percaya akan gunung yang sakral, bisa saja kita terikat dengan gunung-gunung sandaran hidup kita. Entah harta kekayaan kita yang menjadi sandaran pertolongan kita. Kita begitu bergantung pada harta kekayaan sehingga tanpanya kita tidak bisa hidup. Entah kepandaian kita yang membuat kita yakin bisa mencapai kebahagiaan hidup. Kita begitu bergantung pada kepandaian kita sampai lupa bahwa Tuhan jauh lebih pandai daripada kita. Dan Dia jauh lebih tahu apa yang terbaik bagi kita daripada diri kita sendiri. Entah juga kehormatan atau nama baik kita, sehingga orang lain segan dan takut dengan kita. Yang membuat kita bahkan kompromi terhadap dunia demi nama baik kita sendiri. Apakah gunung-gunung sandaran hidup kita?

Dari semua itu, pemazmur mengatakan dari Tuhan-lah datang pertolongannya.

Ini merupakan ungkapan iman terhadap providensia Allah (harafiah berarti “melihat segala sesuatu sebelumnya” atau “menyediakan untuk”) yaitu bagaimana Tuhan menyatakan pemeliharaan dan perlindunganNya atas ciptaanNya terlebih lagi umatNya. Namun yang menarik, ungkapan iman ini muncul bukan ketika lepas dari suatu kejahatan dan penderitaan. Tidak ada dijelaskan kejahatan dan penderitaan dalam Mazmur 121. Malahan dituliskan bahwa konteks saat itu adalah dalam perjalanan ibadah. Dengan kata lain, dalam suatu hal yang rutin atau keseharian dijalani. Dalam keadaan demikian pun pemazmur menyatakan bahwa sandaran hidupnya hanyalah Tuhan, the one and only.

Dasar iman ini dari janji Tuhan seperti dalam Bil. 6:24-26, yang salah satunya diungkapkan: “Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu” (ayat 5). Kita bisa bandingkan dengan Ratapan 4:20 dan Maz. 110:5. Ini merupakan ungkapan puitis yang begitu indah yang diungkapkan bukan hanya saat kejahatan dan penderitaan menimpa tapi saat melakukan suatu hal yang “rutin” dalam keseharian. Dalam keadaan demikian, pemazmur tetap menyatakan bahwa dirinya helpless dan bersandar pada Tuhan Allah Pencipta dan Penebus. Kesadaran self-helplessness ini sangat sulit untuk kita sadari setiap hari. Kesadaran itu muncul hanya saat kita mengalami kejahatan dan penderitaan. Tetapi alkitab mengajarkan pada dasarnya manusia itu lemah, terbatas dan helpless. Manusia tidak bisa menyangkali hal ini. Yang sering menjadi masalah adalah kepada apa atau siapa manusia menyandarkan hidupnya. Ada begitu banyak gunung-gunung sandaran hidup manusia. Tapi hanya ada satu Pribadi yang mampu dan layak sebagai sandaran hidup kita yaitu Tuhan Pencipta dan Penebus kita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar