Jumat, 07 April 2023

Tercurah Darah Tuhanku

William Cowper (1731-1800) adalah seorang penyair dan penulis himne dari abad ke-18. Hidupnya adalah serangkaian peristiwa yang tidak menguntungkan, dengan keputusasaan menjadi tema hidupnya. Dia dibesarkan di 'rumah Kristen', ayahnya bekerja di gereja, meskipun dia belum mengalami pertobatan sejati dalam Yesus Kristus sampai dia berusia 32 tahun. Dia tahu tentang Tuhan tetapi tidak mengenal Tuhan. Ibunya meninggal ketika dia masih kecil, kemudian hari ayahnya meninggalkan dia sehingga pada dasarnya dia kehilangan kedua orang tuanya sekaligus. Dia dikirim ke sekolah berasrama di mana dia diintimidasi oleh seorang anak laki-laki yang lebih tua. Mengikuti sekolah berasrama dia magang untuk menjadi pengacara tetapi dia tidak pernah benar-benar bekerja sebagai pengacara.

Pada tahap inilah dalam hidupnya, dia tenggelam dalam depresi pertamanya, yang pertama dari empat depresi. Dia menyatakan bahwa rasanya dia tidak memiliki arti di dunia. Ketenangan untuk Cowper ditemukan dalam membaca puisi orang lain dan tulisannya sendiri. 

Pada suatu kali, tekanan dan stres membawanya ke depresi kedua, dia mencoba bunuh diri tiga kali dan ditempatkan di rumah sakit jiwa. Dokter yang merawat Cowper di rumah sakit jiwa adalah seorang yang mencintai Tuhan dan Injil. Enam bulan setelah Cowper tinggal, dokter itu meninggalkan sebuah Alkitab tergeletak di bangku untuk ditemukan Cowper. Saat membaca tentang Lazarus yang dibangkitkan dari kematian, Cowper “melihat begitu banyak kebajikan, belas kasihan, kebaikan, dan simpati dengan orang-orang yang sengsara” dan menyadari bahwa kasih dan belas kasihan yang Yesus berikan untuk Lazarus juga diberikan untuknya – “maka hatiku dilembutkan." Inilah titik di mana Cowper mengabdikan hidupnya untuk pekerjaan Tuhan.

Semakin dia mengalami kasih Tuhan Yesus, dia sadar bahwa dia tidak sendiri. Dia dituntun untuk membuka Alkitab, dan dengan tekun membaca ayat-ayat Alkitab seperti Roma 3:25. Dia menulis: "Segera saya menerima kekuatan untuk mempercayainya, dan sinar penuh dari matahari kebenaran menyinari saya… Saya hanya bisa melihat ke Surga dalam kegentaran yang sunyi, diliputi oleh cinta dan keajaiban." 

Setelah sungguh-sungguh bertobat, pergumulan Cowper dengan depresi masih berlanjut. Sampai suatu kali dia bertemu John Newton, yang menjadi teman dekat, pendeta, dan anggota dewan. Mereka menulis beberapa himne kristen menjadi berkat bagi banyak orang.

Hidupnya tidak berakhir dengan keceriaan, dia meninggal pada tahun 1800 (69 tahun), tampaknya dalam depresi yang mendalam. Bersama John Newton, mereka menulis lagu “Sangat Besar Anugerah-Mu.” Himne lainnya yaitu “Tercurah Darah Tuhanku” (There Is a Fountain Filled with Blood).

Tercurah darah Tuhanku di bukit Golgota
Yang mau bertobat, ditebus, terhapus dosanya,
Terhapus dosanya, terhapus dosanya.
Yang mau bertobat, ditebus, terhapus dosanya.

Darah-Mu ya Anak Domba, sungguh berkuasa,
Sehingga s’lamat umat-Mu dan suci s’lamanya, 
Dan suci s’lamanya, dan suci s’lamanya
Sehingga s’lamat umat-Mu dan suci s’lamanya.

Sejak kupandang salib-Mu dengan iman teguh,
Kasih-Mulah kupuji t’rus seumur hidupku,
Seumur hidupku, seumur hidupku,
Kasih-Mulah kupuji t’rus seumur hidupku.

Di tengah pergumulannya, saya percaya William Cowper telah bersama dengan Pencipta dan Penebusnya dalam keadaan yang sempurna. Hal ini dinyatakan dalam lagunya "Tercurah Darah Tuhanku" mengungkapkan bagaimana penderitaan Kristus itu begitu dia hayati dalam hidupnya. Tuhan Yesus Kristus menjadi harapan dan pertolongannya di tengah pergumulan depresinya. Ungkapan yang indah. Harapan yang pasti di dalam Tuhan Yesus. Tuhan Yesus adalah Tuhan yang menderita bersama dengan kita. Yesus Kristus menghayati kehidupan manusia melalui penderitaan-Nya. Demikian pula kita, dibentuk semakin serupa Kristus melalui penderitaan yang Tuhan izinkan kita gumulkan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar