Kamis, 02 Januari 2020

Bahagia Orang Percaya Kristus


“Man only likes to count his troubles; he doesn’t calculate his happiness” – Fyodor Dostoevsky, Notes from underground.

Sudah cukup lama saya pernah membaca karya Dostoevsky berjudul “Catatan dari Bawah Tanah” (Notes from underground). Bukunya tipis dan menarik. Isinya tidak seperti novel “gampangan” yang sekarang banyak beredar dan disukai mayoritas. Namun ada kebenaran-kebenaran yang diungkapkan secara sinis dan satir. Dostoevsky adalah seorang sastrawan Kristen Ortodoks Rusia yang memang mempunyai pesan khusus kekristenan dalam karya-karyanya. Menurut saya, ia selalu berusaha menyampaikan realitas dunia berdosa secara apa adanya. Salah satunya ia menyatakan: “Manusia hanya suka menghitung kesusahannya, ia tidak menghitung kebahagiaannya”.

Kita tidak bisa menyangkal bahwa pada dasarnya kita lebih sering menghitung kerugian, kekecewaan, dan penderitaan yang kita alami daripada kebahagiaan yang kita terima. Karena itu tidak heran bahwa kita lebih banyak mengeluh daripada bersyukur. Ini adalah salah satu bukti nyata bahwa kita adalah manusia berdosa yang hidup di tengah dunia berdosa. Dalam keberdosaan kita, kita selalu melihat hal-hal yang menyusahkan, menyedihkan, menakutkan, mengerikan, dan semacamnya lebih besar dan lebih banyak daripada hal-hal yang menyenangkan dan membahagiakan. Kita mengeluhkan kelemahan-kelemahan diri kita dan orang lain. Kita menghitung lebih banyaknya kekurangan dan kegagalan dalam studi, pekerjaan, keluarga, dan setiap hal yang kita kerjakan. Mengapa kita selalu merindukan “new me”? Karena dalam hati kita paling dalam kita menyadari bahwa “something wrong” dengan diri kita, orang lain, dan dunia ini. Kita ingin berubah tapi kita seringkali tidak tahu bagaimana dan perubahan seperti apa. “New me” hanya menjadi slogan kosong tanpa makna karena diusahakan dan dikejar dengan cara-cara manusiawi.

Tuhan Yesus mengatakan: “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyai dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:10). “Kelimpahan” dalam istilah Yunani yaitu perissos yang dapat dipahami dalam beberapa arti: lebih dari yang dibutuhkan, lebih dari luar biasa, dan lebih dari sangat baik. Penekanan di sini adalah kehidupan yang “lebih dari”. Inilah kebahagiaan orang Kristen sejati di dalam Kristus yang seringkali kita lupakan dan tidak kita hitung. Orang Kristen sejati mengalami kebahagiaan sejati dalam Kristus yang “lebih dari.” Masalahnya orang Kristen seringkali “sama seperti” yang belum percaya kepada Kristus dengan menghitung lebih banyak penderitaan dan kesusahan daripada kebahagiaan dalam Kristus. Mengapa seorang Kristen seharusnya dapat menghayati kebahagiaan sejati dalam keadaan apa pun? Kebahagiaan “lebih dari” itu seperti apa? Jonathan Edwards ketika berumur 18 tahun berkhotbah tentang “Christian Happiness.” Ia menyampaikan bahwa seorang Kristen sejati seharusnya dapat menghayati kebahagiaan sejati dalam keadaan apa pun karena beberapa alasan:

1.“Hal-hal buruk” mereka akan menghasilkan kebaikan (Roma 8:28)
2.“Hal-hal baik” mereka – diangkat ke dalam keluarga Allah, dibenarkan di hadapan Allah, persatuan dengan Dia – tidak bisa dirampas (Roma 8:1)
3.“Hal-hal terbaik” mereka – hidup di sorga, langit dan bumi yang baru, kebangkitan – belum tiba (Wahyu 22:1-dst)

Kebahagiaan sejati dan berlimpah sudah dinyatakan di dalam Kristus. Mari kita belajar untuk lebih banyak menghitung kebahagiaan itu dan tidak “take it for granted”. Dengan demikian kita hidup penuh syukur di dalam Kristus. Secara retoris Paulus mengingatkan jemaat di Roma yang sedang mengalami banyak kesulitan dan penderitaan: “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32). Happiness is not about a perfect life, but about The Perfect God and The Fulfilment of His Promises.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar