Kamis, 02 Januari 2014

Perubahan & Pengorbanan

Ketika Obama memberikan pidato pada pelantikannya, ia menyebutkan satu kata penting: change. Semua rakyat Amerika Serikat bersorak ketika mendengar seruan itu. Terlebih lagi ketika melihat dunia sekarang yang semakin hari semakin mengecewakan. Tentunya ketika mendengar seruan change dari Obama, semua orang yang hadir saat itu memikirkan dan mengharapkan hal yang sama yaitu perubahan menjadi lebih baik. Hal ini sama persis apa yang pernah dituliskan oleh Michael Jackson dalam salah satu liriknya: heal the world make it a better place. Karena itu saya percaya harapan untuk berubah bukan hanya harapan rakyat Amerika saja tapi harapan semua manusia. Kita semua mengharapkan agar hidup yang mengecewakan, penuh penderitaan, dan kesusahan ini berubah menjadi lebih baik. Tapi dalam realitanya kita seringkali melupakan satu kunci penting dalam perubahan: pengorbanan. Satu kata yang mungkin cukup sering kita dengar tapi sering kita lupakan dan tak pedulikan. Coba kita buka kembali buku sejarah yang mungkin sudah usang dan berdebu di gudang kita, maka kita akan menemukan bahwa perubahan sejarah terjadi ketika ada pengorbanan. Banyak orang ingin perubahan tapi tidak mau pengorbanan. Terlebih lagi ketika akhir-akhir ini dunia hiburan kita dikagetkan oleh munculnya artis-artis instan. Orang-orang yang iseng meng-upload video ke internet kemudian secara singkat menjadi terkenal. Sejak itu hidup mereka pun berubah. Yang dulu biasa-biasa saja menjadi luar biasa. Masyarakat banyak yang mendengar cerita ini pun terdorong mengikuti jejak yang serupa. Tujuannya yaitu mencapai perubahan singkat dan tanpa pengorbanan tapi memperoleh keuntungan yang besar.

Maukah perubahan? Mau. Sudahkah berkoban? Ada yang sudah, ada yang belum. Kalau belum, beranilah berkorban. Kalau sudah berkorban tapi ternyata tidak melihat perubahan, mungkin karena kita belum lebih berani untuk berkorban lebih besar. Karena sejarah mengajarkan bahwa semakin besar pengorbanan, semakin besar perubahan, vice versa.

Pada 5 Desember 2013, Nelson Mandela, seorang tokoh yang begitu dihormati dunia meninggal dunia. Banyak orang berduka karena kehilangan satu lagi pahlawan dan teladan bagi manusia. Ia dipandang membawa perubahan yang besar bagi Negaranya (Afrika) dan bahkan dunia dalam hal memperlakukan sesama (tentang apartheid, racism, kesamaan hak, freedom, justice dll). Namun perubahan yang dikerjakannya bukan tanpa pengorbanan. Ia harus rela menjalani masa hukuman 27 tahun atas hal yang sebenarnya bukan suatu tindak kejahatan/kriminalitas. Lalu menjadi presiden Afrika Selatan yang pertama terpilih secara demokratis pada tahun 1994-1999. Mandela mengatakan: “I was not a messiah, but an ordinary man who had become a leader because of extraordinary circumstances.”

Namun lebih dari itu, ada perubahan terbesar yang sekaligus pengorbanan terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah manusia adalah: Allah menjadi Manusia, supaya manusia berdosa menjadi anak-anak Allah. Yohanes, murid Tuhan Yesus, dengan jelas memaparkan kedua hal ini: Yohanes 1:14, Yohanes 3:16 dan 1 Yohanes 3:1. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, Ia rela memberikan AnakNya yang Tunggal yaitu Kristus untuk menebus manusia yang berdosa. Supaya manusia berdosa yang percaya kepadaNya tidak binasa tapi diangkat menjadi anak-anak Allah.

  1. Allah menjadi manusia (Yoh. 1:14; 3:16) – Tidak terbatas menjadi Terbatas
Perubahan dan pengorbanan terbesar yaitu Sang Pencipta menjadi sama dengan ciptaan. Sungguh aneh jikalau kita menganggap hal ini begitu biasa. Aneh, kalau kita ketika mendengar ini tidak menjadi kagum dan memuji Dia. Karena Pencipta pasti berbeda dengan ciptaan, tapi di satu titik dalam sejarah, Pencipta itu menjadi sama dengan ciptaan. Mungkin kita sempat berpikir bahwa pasti akan ada pengecualian-pengecualian yang Dia terima karena Dia adalah Pencipta. Ternyata tidak ada pengecualian (no exception). Salah satu berita terbesar dalam tahun 2013 adalah kelahiran putra mahkota dari Pangeran William dan Kate Middleton. Pernikahan mereka dinantikan dan disorot banyak media, begitu pula kelahiran anak mereka. Dunia menyambut dengan penuh sukacita kelahiran sang putra mahkota Inggris. Kurang lebih 2000 tahun lalu, Yusuf hampir menghentikan hubungannya dengan Maria karena dipandang sebagai aib. Kurang lebih 2000 tahun lalu, Raja di atas segala Raja lahir namun tidak ada sambutan dan tidak ada perayaan oleh dunia. Yang ada penolakan (mau dibunuh). Dunia tidak siap menerima Sang Pencipta hadir di tengah-tengah ciptaanNya. Dunia tidak tahu dan tidak menyadari, bahwa moment itulah dimana Allah merealisasikan perubahan yang begitu besar akan dunia yang berdosa.
Ia lahir, tumbuh dan menjadi dewasa sebagaimana manusia pada umumnya, no exception. Ini merupakan perubahan dan pengorbanan yang begitu besar dari Sang Pencipta.

  1. Manusia diangkat menjadi anak-anak Allah (1 Yoh. 3:1) – Yang dalam kesementaraan menjadi kekal
Kenapa Ia mau melakukan semua itu? Ia mempunyai misi yang begitu besar yaitu perubahan status manusia berdosa menjadi anak-anakNya. Sebagaimana ditegaskan kembali oleh Athanasius: “Allah menjadi manusia supaya manusia berdosa menjadi serupa dengan Allah”. Kesadaran dan kebutuhan akan hal ini diberikan oleh Roh Kudus. Sayang sekali ketika kita melihat segala sesuatu berubah tapi kita belum diubahkan menjadi anak-anak Allah (bandingkan Yeremia 8:20). Kita diangkat menjadi anak-anak Allah yang serupa dengan gambaran AnakNya yang Tunggal (Roma 8:29) yaitu Kristus itu dalam kondisi present dan eternity. Jadi bukan sesuatu yang hari ini anak-anak Allah, kemudian esok hari atau dalam kekekalan tidak pasti anak-anak Allah. Status kita yang di dalam Kristus itu jelas dari sekarang sampai kekekalan adalah anak-anak Allah. Ini merupakan identitas kita yang bersifat kekal yang membedakan dengan dunia berdosa.
Apa specialnya perubahan identitas sebagai anak-anak Allah? Dalam perumpamaan tentang “anak yang hilang” dijelaskan relasi bapa dan anak demikian: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu (Lukas 15:31). Dalam “Deeper Life”, Andrew Murray menjelaskan hal ini: 1. Unbroken fellowship with Him, 2. He has given us all things that are in Him.

Ketika kita mengharapkan suatu perubahan, maka perlu dipertanyakan: “Perubahan seperti apa yang kita mau?” Jawaban ini akan mengimplikasikan adanya pengorbanan untuk perubahan tersebut. Perubahan kecil memerlukan pengorbanan kecil, perubahan besar memerlukan pengorbanan besar. Alkitab memaparkan kepada kita perubahan dan pengorbanan terbesar dalam sejarah manusia. “Allah menjadi manusia supaya manusia berdosa menjadi serupa dengan Allah".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar