Minggu, 21 Maret 2010

"The Idea of Holy" by Rudolf Otto (1)


Buku ini bisa dimasukkan dalam kategori psikologi agama dengan menggunakan pendekatan filosofis dalam pembahasannya. Psikologi agama karena adanya penekanan pada mental manusia akan respon terhadap yang Kudus. Pendekatan filosofis yang artinya menjelaskan esensi dari agama itu sendiri secara mendalam, universal, radikal dan sistematik. Ia berusaha mendalami tesisnya secara lebih dalam dan juga memberikan penjelasan sedalam mungkin. Universal yaitu dengan tidak berfokus pada satu agama saja dalam pejelasannya. Memang kesimpulannya jatuh pada agama kristen. Tapi tetap bertanggungjawab dalam argumentasinya. Radikal karena berusaha untuk studi lebih dalam terhadap semua agama dan kepercayaan dunia dan membentuk suatu definisi yang jelas misalnya saja dalam pengertian dia akan mysterium tremendum. Dan buku ini terlihat menggunakan metode berpikir yang jelas. Misalnya, pertama-tama pandangan penulis kemudian argumentasi ditambah dengan contoh atau aplikasi lalu perbandingan dan kritik yang diajukan dan terakhir kesimpulan.

Tiga orang yang sering dikutip oleh Otto yaitu William James, Schleiermacher dan Goethe. Dia terpengaruh oleh mereka baik secara tidak langsung ataupun langsung, baik secara negatif atau pun positif. Seperti pandangannya dalam creature-feeling yang dia bandingkan dengan schleiermacher akan the feeling of dependence dari manusia. Dia mengkritisi pandangan schleiermacher dan melampaui pengertian dari schleiermacher. Dia melihat bahwa Schleiermacher sendiri mempunyai kontribusi tersendiri dalam keagamaan yaitu mengangkat kembali feeling sebagai hal yang selama ini terlupakan karena pengaruh rasionalisme. Demikian dalam Goethe yang mana dia menemukan bahwa dalam karya-karya goethe juga menjelaskan mengenai mysterium tremendum tapi tidak sampai pada akarnya.

Sesuai dengan judul dari buku ini yaitu the idea of Holy, Rudolf Otto memaparkan mengenai the idea of Holy yang ada dalam setiap agama atau pun kepercayaan primitif dunia. Setiap agama dan kepercayaan manusia berespon terhadap yang Kudus. Responnya ini memiliki ekspresi yang berbeda-beda dalam membangun setiap ajaran-ajaran agama. Tapi, menurut Otto, mesti ada pengalaman dengan yang Kudus. Pengalaman ini membangkitkan suatu perasaan khusus pada diri seseorang. Contoh yang diberikan yaitu seperti seorang nabi yang mengalami pengalaman ini. Sesudah itu mereka berespon dan jadilah agama dan kepercayaan yang mereka pegang. Yang Kudus itu menyatakan wujudnya dan kehadirannya secara nyata dalam dunia ini. agama kristen adalah agama yang memiliki wujud nyata dari yang Kudus yaitu Yesus Kristus. Inilah gambaran singkat tesis Rudolf Otto dalam buku ini.

Otto menggunakan istilah dari bahasa latin the numen atau the numinous sebagai ganti yang Kudus. Ia tidak langsung menyebutkan bahwa yang Kudus itu adalah Tuhan. Ia menggunakan istilah ini karena banyak agama dan kepercayaan secara umum memiliki pengertian ini tapi dengan arti berbeda-beda. Mereka me-rasionalisasi-kan dan me-moralisasi-kan yang Kudus ini. Yang mana sebenarnya mempersempit pengertian yang Kudus itu dalam suatu konsep terbatas dan dalam taraf moral saja. Salah satu contohnya dalam pengertian “kudus” yang diganti dengan “baik”. Memang dalam arti kata “kudus” aspek “baik” termasuk di dalamnya, tapi penekanan ini mengurangi kedalaman arti kudus itu sendiri.

The numen ini dikenali sebagai suatu objek yang berada di luar diri manusia yang diidentifikasi dengan suatu perasaan khusus. Otto menyebut perasaan khusus ini sebagai creature-feeling atau creature-consciousness. Perasaan ini akan nyata ketika seseorang itu masuk dalam suatu pengalaman religius dengan the numen artinya the numen itu sendiri secara aktif hadir dalam pengalaman tersebut. Dan perasaan ini bersifat spontan. Ketika seseorang itu mengalami kehadiran the numen maka, secara spontan, seseorang tersebut menyadari keterbatasannya sebagai ciptaan yang berhadapan dengan yang Maha Kuasa. Kesadaran inilah yang disebut sebagai creature-feeling.

The numen dijelaskan sebagai mysterium tremendum. Penjelasan dimulai dengan menggali dari arti kata pembentuknya. Yang pertama yaitu tremendum. Ada beberapa elemen dari tremendum yaitu awefulness, overpoweringness dan energy (urgency). Tremendum itu dari kata tremor yang bisa diartikan sebagai takut (fear/dread). Ketakutan ini merupan perasaan yang sebenarnya timbul karena elemen awefulness dari the numen. Elemen kedua overpoweringness yang menimbulkan perasaan ketidakberdayaan sebagai ciptaan karena berada dihadapan yang Maha Kuasa. Selain kedua hal ini, ada pula elemen energy dari the numen yang menyatakan bahwa the numen tersebut hidup dan aktif. Kata kedua yaitu mysterium yang berhubungan dengan kemisteriusan dari the numen. Misterius ini dijelaskan sebagai suatu yang Wholly Other dan elemen pesona (fascination). The numen itu adalah suatu objek yang misterius karena bukan hanya tidak mampu untuk ditangkap secara komprehensif oleh rasio tapi juga karena the numen itu sesuatu yang lain dari ciptaan (Wholly Other). Selain dipandang sebagai sesuatu yang lain, the numen juga memiliki karakter yang positif yaitu pesona. Hal ini menyebabkan seseorang yang mengalami suatu pengalaman bersama the numen itu kesukacitaan yang tidak habis atau yang tak terkatakan.

Ada sarana khusus untuk mengekspresikan the numen itu keluar. Yang pertama secara ekspresi secara langsung yaitu the spirit in the heart. The spirit ini sudah ada di dalam diri manusia sehingga memberikan manusia kemampuan untuk menerima dan mengerti the numen melalui pengalaman dengan the numen. The spirit inilah yang membangkitkan perasaan khusus manusia akan the numen sehingga manusia dapat mengerti dengan tepat akan the numen itu. Ekpresi secara tidak langsung yaitu perasaan khusus yang hampir sama dengan perasaan natural manusia. Misalkan perasaan khusus itu mengekspresikan unworthy yang dalam pengertian tertentu sama dengan perasaan natural fearful dan horrible. Selain itu the numen juga diekspresikan dalam seni. Yang mewakili the numen dalam seni adalah the sublime. Artinya the numen dalam seni dikenali sebagai the sublime. Seni memberikan impresi khusus akan the numen yang diekspresikan secara nyata. Misalnya dalam bangunan gothic pada abad pertengahan yang sangat terkenal memberikan kesan mistik dalam kegelapan dan kesunyian yang ada. Demikian juga dengan empty distance, jarak yang jauh antara dasar dengan atas dalam bangunan gothic. Hal ini menimbulkan perasaan khusus akan the sublime yang adalah the numen itu sendiri. (bersambung)

3 komentar:

  1. Terimkash atas uraian anda mengenai konsep Rudolf Otto. Sy mengambil konsep Rudolf Otto sebagai salah satu teori yg mendukung penulisan skripsi sy. Hanya saja, sy kewalahan mencari bukunya. Kalau diperkenankan, sy ingin bertanya apakah anda memiliki buku tersebut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukunya sy pinjam dari perpustakaan. buku ini memang sulit dicari di indo karena setau saya belum diterjemahkan. jadi mesti pesan dari luar indo

      Hapus
  2. Terimakasih atas uraian anda mengenai konsep Rudolf Otto. Jika diperkenankan sy ingin bertanya mengenai buku dari pada R. Otto sendiri, karena sy kewalahan mencari bukunya. Mohon konfirmasi mengenai lokasi penjualan buku tersebut yg anda temukan? Trimakasih

    BalasHapus