Kamis, 02 Desember 2010

Reflection on Acts (2)

2. Gereja: Christ-centered

Gereja mula-mula menekankan bahwa Kristus yang menjadi pusat segala misi dan ajaran mereka. Gereja dibangun di atas dasar Kristus. Hal inilah yang membedakan gereja dengan yang lainnya. Gereja ada untuk, oleh dan karena Kristus. Tanpa Kristus, gereja bukanlah gereja. Dalam Kisah Para Rasul dicatat bahwa Petrus, Stefanus, Filipus, Paulus, Apolos dan rasul-rasul lainnya mengkotbahkan mengenai Yesus. Ajaran mengenai Yesus Kristus (Kristologi) menjadi keunikan kekristenan yang membedakannya dengan ajaran yang lain. Ada kepercayaan lain yang percaya adanya manusia menjadi allah (dewa), allah (dewa) menjadi manusia, dan setengah dewa setengah manusia. Tapi cuma alkitab yang mengajarkan sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Dan hanya alkitab yang mengajarkan anugerah keselamatan hanya di dalam Yesus. Ajaran mengenai Kristus menjadi keunikan kekristenan dari perkembangan gereja mula-mula sampai dengan sekarang.

Para Rasul bukan hanya mengenal Kristus dalam ajaran dan menjadikan Kristus utama dalam ajaran mereka tapi juga meneladani Kristus. Seperti ketaatan Kristus sepenuhnya kepada Bapa sampai mati disalib (Philippians 2:8 "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib"). Demikian juga mereka, taat dan setia dalam menyatakan kebenaran dari Tuhan sampai kematian mereka. Petrus dan Paulus, saya percaya mewakili suara para rasul, menegaskan hal ini dalam suratnya:

(1 Peter 2:19-21) "Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya."

(Philippians 3:10-11) Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.

Sedikit pun tidak ada penyesalan akan penderitaan yang harus diterima karena Kristus itu. Petrus dan Paulus juga menyatakan ini dalam surat-suratnya:

(1 Peter 4:13) Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.

(Romans 5:3-4) Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.

Dari sejarah kita belajar untuk menapaki hari ini (sekarang) dan di depan kita (akan datang) dengan langkah meyakinkan dan bertanggungjawab akan kesatuan dan keutuhan visi dan misi yang dinyatakan di sejak awalnya. Kisah Para Rasul mengajak kita untuk merenungkan kembali mengenai Gereja sebagai wakil Kristus yang bertugas menjadi saksi Kristus di dunia yang, pasti, hanya meninggikan Kristus. Dan ada banyak tantangan yang akan terus di hadapi oleh gereja di sepanjang zaman baik dari dalam (internal) atau pun dari luar (eksternal). Semua itu bisa dipakai oleh iblis dan dunia yang berdosa dalam usaha mereka untuk menghentikan pergerakan gereja Tuhan.

Bagaimanakah dengan kita sekarang di sini? Apakah kita sudah dengan tanggung jawab penuh melaksanakan mandat Kristus atas gereja? Sangat sayang, jika karena kita yang tidak bertanggung jawab ini menyebabkan perjuangan para rasul menjadi seolah tidak bernilai. Sangat sayang, jika karena kita yang tidak bertanggung jawab ini menyebabkan pengorbanan Kristus di atas salib menjadi seolah tidak ada artinya. Secara tidak langsung kita membenarkan perkataan Friedrich Nietzsche (The Antichrist, 39) bahwa "In truth, there was only one Christian, and he died on the cross."

Sembari merenungkan, ingatlah darah yang tercurah demi Kristus dan gerejaNya! Ingatlah darah yang sudah tercurah di salib! Ingatlah perjuangan ini!

Sehingga, biarlah nampak bahwa “karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku (kita) tidak sia-sia” (1 Korintus 15:10).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar