Kamis, 02 Desember 2010

Reflection on Acts (1)

Acts 1:1-3 -- Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya. Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.

Kisah Para Rasul adalah buku kedua yang ditulis oleh Lukas, yang pertama adalah injil Lukas. Mengapakah buku ke-2 ini perlu dituliskan? Ada beberapa alasan diantaranya: (1) Ada banyak buku sejarah beredar tapi tidak mempunyai pesan yang tepat. Beberapa diantaranya, yang terkenal, seperti yang ditulis oleh Josephus dan Tacitus. Mereka memberikan informasi dan data-data yang diakui oleh banyak sejarahwan keakuratannya. Tapi mereka tidak memiliki pesan yang tepat dalam sejarah. Mereka berfokus pada sejarah romawi (kebangkitan atau pun keruntuhannya), sedangkan mengenai Yesus dan pengikutNya hanya muncul sebagai satu fenomena kecil dalam catatan sejarah mereka. (2) Menyampaikan dampak dari Yesus dan ajaranNya yang kemudian diteruskan oleh para pengikutNya. Yesus Kristus sebagai fenomena yang muncul dalam sejarah bukanlah suatu omong kosong. Dan apa yang dia mulai bukanlah hal yang cuma meledak atau heboh sebentar lalu hilang. Ternyata, dalam sejarah, terbukti bahwa fenomena itu (Yesus Kristus dan ajaranNya) sangat mempengaruhi jalannya sejarah manusia. Ketika membaca seluruh Kisah Para Rasul, setidaknya ada beberapa hal berikut yang dapat kita renungkan:

1. Gereja dibangun di atas perjuangan yang tiada henti-hentinya

Kisah Para Rasul menceritakan mengenai awal terbangunnya gereja Tuhan. Gereja adalah wakil Kristus untuk menjadi saksi Kristus di dunia. Maka ada keterkaitan yang erat antara Yesus dan gerejaNya. Apa yang sudah dikerjakan oleh Yesus Kristus diteruskan "hanya" oleh gereja. Saya berani katakan "hanya oleh gereja" karena gereja adalah sarana satu-satunya yang dipercayakan secara langsung dimana kebenaran Kristus itu ditegakkan di dunia ini. Buktinya adalah Roh Kudus. Roh Kudus sudah dijanjikan oleh Yesus Kristus sebagai utusan yang akan memimpin orang percaya (Lukas 12:11-12; Yoh. 14:26). Hal ini ditegaskan/digenapi dalam peristiwa turunnya Roh Kudus (Kis. 2:2-4). Peristiwa ini paralel dengan peristiwa yang dicatat dalam Lukas 3:22. Roh Kudus turun ke atas Yesus sebagai konfirmasi bahwa Dia adalah anak Allah yang dinantikan Yohanes pembaptis. Demikian juga, Roh Kudus turun di atas orang percaya (gereja) sebagai konfirmasi bahwa orang percaya (gereja) adalah wakil Kristus.

Dimana kebenaran Tuhan yang sejati ditegakkan maka pasti selalu muncul tantangan atau perlawanan dari dunia berdosa. Gereja sudah dipercayakan ajaran yang sejati dari Tuhan. Semakin gencar gereja dalam menegakkan kebenaran Tuhan maka semakin gencar juga serangan iblis untuk menggagalkan itu semua. Iblis bisa "memakai" hal eksternal (mis. Pemerintah dan ajaran sesat dari luar - lihat Kis. 5:17-18, 12:1, 13:6) atau pun internal (mis. Perpecahan dan ajaran sesat dari dalam - lihat Kis. 15:35-41) gereja untuk menggagalkan tugas gereja. Inilah yang dialami oleh kekristenan mula-mula. Kekristenan dari sejak awal berkembangnya sudah mendapat tantangan dari dunia berdosa agar tidak berkembang dan gagal dalam menjalankan tugasnya. Tapi semakin dihambat, semakin merambat. Hal ini sudah dianalogikan dalam Perjanjian Lama yaitu ketika bangsa israel dalam perbudakan di Mesir, dimana firaun mencoba menghentikan pertumbuhan bangsa Israel tapi ternyata yang terjadi sebalilknya (Keluaran 1:12). Semakin kuat dan dahsyat tantangan atau perlawanan dari iblis dan dunia berdosa, semakin bertumbuh dan berkembang kekristenan.

Karena tugas penting dan berat yang ditanggung gereja sebagai wakil Kristus, tidak heran gereja dibangun di atas perjuangan yang tidak henti-hentinya. Bukan hanya mencucurkan air mata, menguras tenaga dan waktu tapi sampai pada mencurahkan darah demi Kristus. Martir sebagai bibit dari gereja. Gereja, pertama, dibangun di atas darah yang sudah dicurahkan oleh Yesus Kristus yang kemudian diteladani oleh para pengikutNya dengan menjadi martir. Mempertahankan kebenaran sampai kehilangan nyawa adalah karena kebenaran itu memang layak untuk diperjuangkan. Ini menjadi suatu bukti nyata bahwa Kristus dan ajaranNya itu bukanlah omong kosong. Kalau omong kosong mana mungkin ada orang yang mau berjuang sampai mati. Dan kalau omong kosong maka kematian mereka itu pasti sia-sia jadi buat apa ada yang melawan mereka dengan keras (I Korintus 15:14). Tapi heran, yang terjadi dalam sejarah justru ada banyak orang berusaha menghentikan pengikut Kristus dalam menjalankan misinya. Ini artinya mereka sendiri memandang bahwa kekristenan adalah hal serius, bukan omong kosong. Kekristenan menjadi ancaman bagi Iblis dan dunia berdosa.

Alkitab mencatat Stefanus sebagai martir pertama dalam sejarah gereja. Ia, Yakobus saudara Yesus dan Matias mati dirajam dengan batu. Yakobus dibunuh dengan pedang. Matius dibunuh dengan tombak. Tomas ditusuk dengan senjata tajam. Lukas digantung. Paulus dipenggal kepalanya. Filipus, Yudas saudara Yakobus, Andreas, Simon orang zelot dan Bartolomeus disalibkan. Petrus disalibkan terbalik. Dan masih banyak lagi nama-nama yang tidak disebutkan di sini. Mereka semua menumpahkan darah mereka demi Kristus. Martir menjadi bibit berdirinya gereja.

Gereja dibangun di atas perjuangan yang tiada henti-hentinya bahkan sampai tercurahnya darah para martir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar