Senin, 18 Mei 2020

Identitas dan Otoritas


“Bukan aku yang melakukannya,” ia berkata dan melanjutkan, “Ada harimau di dalam tubuhku.” - Margio dalam Lelaki Harimau (2004)

Lelaki Harimau ditulis oleh Eka Kurniawan. Ia adalah salah satu sastrawan kontemporer indonesia. Beberapa karyanya: Cantik itu Luka (2002), Lelaki Harimau (2004), Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2014), O (2016). Beberapa tahun lalu saya membaca Lelaki Harimua. Suatu karya sastra yang menarik dengan ragam polemik kompleksitas manusia dan sesamanya dalam konteks Indonesia pasca-kolonial. Lelaki Harimau seolah menyatakan identitas terikat dengan otoritas. 

Identitas Margio terikat dengan siapa yang berotoritas dalam hidupnya. Ia percaya adanya roh harimau putih jelmaan Prabu Siliwangi yang "diwariskan" kepadanya. Harimau itu menguasainya sehingga dapat membunuh seseorang secara brutal. Tentu hal ini dapat dilihat sebagai suatu afirmasi sekaligus alibi.

Dalam hal ini saya merenungkan bahwa identitas seorang kristen itu terikat dengan siapa yang berotoritas atas hidupnya. Alkitab mengatakan dalam Galatia 2:20, "Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku."

Siapakah atau apakah yang berotoritas atas hidup kita?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar